Menuju konten utama
Sejarah Indonesia

Jepang Menyerah kepada Sekutu Tanpa Syarat: Sejarah 14 Agustus 1945

Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu usai mendapatkan dua kali ledakan bom nuklir.

Jepang Menyerah kepada Sekutu Tanpa Syarat: Sejarah 14 Agustus 1945
Bom atom 'Little Boy' dijatuhkan di Hiroshima. FOTO/Getty Images

tirto.id - Jepang menyerah kepada Sekutu tanpa syarat pada 14 agustus 1945. Penyataan kekalahan Jepang ini disampaikan langsung oleh Kaisor Hirohito melalui siaran radio nasional.

Kendati demikian, Jepang secara resmi menyerah pada Sekutu terjadi pada 2 September 195 usai ditandatanganinya pernyataan tersebut di atas kapal USS Missouri yang saat itu merapat di Teluk Tokyo.

Tidak mudah bagi Jepang untuk menyerah begitu saja pada Sekutu. Sebab, perlawanan Jepang sangat gigih dengan kekuatan militernya.

Jepang bahkan berhasil menghancurkan pangkalan militer angkatan laut Pearl Harbor milik Amerika Serikat (AS) di Hawaii, pada 8 Desember 1941.

Posisi Jepang sebenarnya sudah di atas angin saat itu. Berbagai kemenangan telah diraih. Impian untuk mendirikan Persemakmuran Asia Timur Raya perlahan mulai diwujudkan.

Menurut modulSejarah Indonesia (2020), Jepang melalui Kaigun (Angkatan Laut Jepang), mengirim empat kapal induk untuk menghabisi sisa armada Pasifik milik AS usai menghancurkan Pearl harbor. Peristiwa terjadi di Kepulauan Midway yang ada di tengah Samudra Pasifik.

Saat itu armada AS berhasil membuka kode komunikasi rahasia Kaigun. Kekuatan militer Jepang bisa diprediksi. Akhirnya, setelah terjadi pertempuan laut, justru kemenangan ada di pihak AS yang mampu memetakan kekuatan Kaigun.

Kaigun berusaha menutupi kekalahan tersebut dari publik Jepang sampai berakhirnya perang Pasifik. Ironinya, kekalahan di Midway membuat Jepang makin terpuruk dalam perang-perang selanjutnya.

Jepang dominan kalah. Pulau Saipan, Iwo jima, dan Okinawa yang selama ini menjadi bagian penting milter Jepang dapat dikuasai AS.

Infografik SC Jepang Dijatuhi Nuklir

Infografik SC Jepang Dijatuhi Nuklir. tirto.id/Fuad

Jepang Menyerah kepada Sekutu dan Sejarah Bom Atom di Jepang

Tanda-tanda akhir dari Perang Dunia II mulai terlihat sejak memasuki tahun 1945. Angin kemenangan telah menyelimuti pihak sekutu. Benar saja, pada 7 Mei 1945, Jerman mengakui kekalahannya dan menyerah kepada sekutu Barat di Reims. Menginjak 9 Mei 1945, Jerman kembali menyerah kepada Uni Soviet di Berlin.

Meskipun perang telah berakhir di Eropa, peperangan di Pasifik sedang mencapai puncaknya dan itu terjadi pada pertengahan 1945. Dengan kekuatan yang tersisa, Jepang terus berjuang mengalahkan Amerika. Kegigihan yang diperlihatkan Jepang menunjukkan bahwa mereka memiliki karakter yang tak gampang menyerah.

Para pemimpin sekutu yang telah menang dalam perang mengadakan pertemuan di Jerman. Pertemuan itu dikenal dengan nama Konferensi Postdam. Pemimpin sekutu yang menghadiri pertemuan itu, di antaranya Harry S. Truman (Presiden AS), Winston Churchill (PM Inggris), Joseph Stalin (PM Uni Soviet). Selain itu, hadir juga pemimpin nasionalis Cina Chiang Kai Sek.

Pada 24 Juli 1945, Amerika, Inggris, dan Cina menyampaikan hasil Konferensi Postdam yang intinya meminta kepada Jepang untuk menyerah tanpa syarat. Selain itu, Amerika juga memberikan ultimatum kepada Jepang. Amerika mengancam akan membombardir Jepang dengan kekuatan yang lebih keras, apabila permintaan menyerah tanpa syarat tidak dipenuhi.

Kondisi militer Jepang makin sekarat setelah akhir tahun 1944 itu, membuat para pemimpin negara Sekutu yang terdiri dari AS, Inggris, dan Cina melakukan konferensi di Postdam, Jerman.

Perwakilan dari ketiga negara tersebut adalah Presiden Harry S. Truman (AS), Perdana Menteri Winston Churchill (Inggris Raya), dan Chiang Kai Sek (Cina). Ketiganya menyepakati pernyataan Deklarasi Postdam.

Isi Deklarasi Postdam yaitu:

1. Semua penjahat perang harus diadili secara keras, termasuk pelaku kekejaman kepada para tawanan.

2. Pemerintah Jepang harus memberi kebebasan dan memberlakukan demokrasi, serta penghormatan atas hak-hak asasi manusia.

3. Pemerintah Jepang diberikan kesempatan untuk memilih mengakhiri perang kepada Sekutu dengan cara menyerah tanpa syarat, atau memilih penghancuran besar-besaran.

Jepang memutuskan untuk menolak Deklarasi Postdam. Atas keputusan tersebut, akhirnya AS menjatuhkan bom nuklir di Kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945, dan berlanjut di Kota Nagasaki pada 9 Agustus 1945.

Melansir laman Kebudayaan Kemdikbud, bom atom berjuluk "little boy" yang jatuh di Hiroshima memiliki panjang 3 meter dibawa oleh pesawat B-29 Enola Gay.

Bom nuklir ini dijatuhkan dari ketinggian sekitar 10 ribu meter. Ratusan ribu orang tewas seketika begitu meledak di darat, lalu sisanya mengalami luka atau cacat seumur hidup.

Peristiwa bom atom Hiroshima-Nagasaki inilah yang kemudian membuat perekonomian dan perpolitikan Jepang lumpuh. Jepang sebenarnya juga dalam kondisi harus melawan Rusia yang menyatakan perang pada Jepang pada 8 Agustus 1945.

Sumarmo dalam Pendudukan Jepang dan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (1991) menyebutkan, Rusia masuk ke Jepang dengan langsung menyusuri Korea. Selanjutnya, Rusia melakukan penyerangan dan berhasil merebut Sakhalin.

Sampai pada 14 Agustus 1945, Jepang menyatakan menyerah tanpa syarat pada Sekutu. Keesokan hari, 15 Agustus 1945, Kaisar Hirohito berpidato di radio NHK untuk membacakan Perintah Kekaisaran mengenai kapitulasi dan mengumumkan Jepang telah menyerah.

Secara resmi, Jepang menyerah pada 2 September 1945. Jepang menandatangani pernyataan menyerah di atas kapal USS Missouri yang berlabuh di Teluk Tokyo.

Baca juga artikel terkait JEPANG atau tulisan lainnya dari Ilham Choirul Anwar

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Ilham Choirul Anwar
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Dipna Videlia Putsanra
Penyelaras: Yulaika Ramadhani