tirto.id - Hotel Roxis di Tripoli, Ibukota Libya pada Jumat (24/5/2019) dihantam sebuah roket yang diduga oleh Pemerintah sebagai serangan dari pasukan Timur untuk mengokupasi kota tersebut, NST melaporkan.
Menteri Dalam Negeri merilis sebuah foto menunjukkan ruangan yang hancur di Hotel Rixos. Belum ada keterangan lebih lanjut mengenai serangan tersebut.
Pasukan yang setia pada Khalifa Haftar telah berupaya mengambil Tripoli sejak April 2019, namun tidak dapat mengalahkan pertahanan di wilayah selatan.
Pertempuran antara kedua kubu pemerintah, yaitu pemerintah yang diakui PBB dan pemerintah yang setia pada Haftar berpusat di wilayah pinggiran kota.
Namun, Rixos memiliki lokasi dekat dengan pusat kota, dekat dengan kediaman Muammar Gaddafi terdahulu, yang digulingkan pada 2011.
Melansir The National, Perdana Menteri Fayez Al Sarraj menyebut pasukan oposisi bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Sejak digulingkan dan dibunuhnya Qaddafi pada pemberontakan yang didukung NATO, Libya terus menerus berada dalam konflik.
Hingga hari ini, Libya memiliki dua pemerintahan, yang satu berbasis di Tripoli dan satu lagi berada di bagian Timur Libya, berafiliasi dengan Tentara Nasional Libya (LNA).
Sebelumnya, Libya dipimpin oleh dictator Kolonel Muamar Qaddafi sejak 1969 hingga 2011. Pada tahun 1970 dan 80 an, dia disebut mendukung kelompok teroris Palestina, dan pada tahun 90 an dia berupaya mendekatkan diri ke Barat, seperti diwartakan CNN.
Perang sipil Libya dimulai pada 2011, yaitu pertarungan antara pemerintah Qaddafi dan pasukan pemberontak. Administrasi Khalifa Haftar di sebelah Timur Libya seringkali berselisih dengan Pemerintah yang didukung Barat, Government of National Accord (GNA) yang bermarkas di Tripoli.
Selain kedua kelompok besar tersebut, Libya juga memiliki banyak suku-suku lokal yang saling berseteru memperebutkan kekayaan minyak Libya.
Kelompok lainnya, termasuk kelompok militant seperti ISIS juga berkembang pesat di Libya.
Editor: Yandri Daniel Damaledo