Menuju konten utama

Seberapa Ketat Pemeriksaan Corona di Bandara Soetta? Biasa Saja.

Sejumlah narasumber mengatakan pemeriksaan antisipasi Corona biasa-biasa saja. Mereka hanya diminta mengisi formulir kesehatan.

Seberapa Ketat Pemeriksaan Corona di Bandara Soetta? Biasa Saja.
Penumpang beraktifitas di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (20/12/2019). ANTARA FOTO/Fauzan/pd.

tirto.id - Ketika negara lain mewaspadai penyebaran Corona atau Covid-19 dengan mengeluarkan travel warning dan memperketat lalu lintas warga asing, Indonesia justru ingin mendatangkan lebih banyak turis. Beragam insentif diberikan pemerintah agar sektor pariwisata tetap berdenyut.

Sikap pemerintah tersebut semakin menimbulkan tanda tanya karena pemeriksaan kesehatan di bandara internasional--sebagai 'gerbang' resmi keluar masukanya warga negara asing (WNA) dan Warga negara Indonesia (WNI)--belum optimal. Beberapa narasumber Tirto mengatakan mereka tidak mendapatkan pemeriksaan intensif saat masuk atau keluar Indonesia.

Salah satunya adalah Febry Yuanita (25), warga Bekasi, Jawa Barat, yang baru saja vakansi ke Korea Selatan, negara yang nyaris 3 ribu warganya telah terinveksi Corona. Ia bercerita bagaimana pemeriksaan kesehatan di Bandara Soekarno-Hatta, dan akhirnya menyimpulkan pemeriksaan tidak maksimal.

Febry pergi ke Korea Selatan pada 12 Februari dan kembali ke Indonesia pada 16 Februari 2020 bersama 17 orang lain. Ia pulang sepekan sebelum pemerintah Korea Selatan mengumumkan jumlah Corona mencapai 602 dengan 5 kasus kematian.

Saat di Korea, Febry dan rombongan sempat cemas lantaran saat itu sudah ada beberapa orang yang positif terinfeksi Corona. Ia pun merasa cemas karena di tiap-tiap lokasi wisata seperti museum atau pusat perbelanjaan selalu terpasang alat pendeksi suhu tubuh. Tersedia pula cairan cuci tangan.

Ia pun mendapat pesan peringatan lewat ponselnya, sesuatu yang tidak ia alami di dalam negeri. "Isinya diharapkan untuk tidak banyak keluar rumah," kata Febry kepada reporter Tirto, Jumat (28/2/2020) lalu.

Di Soekarno Hatta, ia hanya diminta mengisi surat 'Kartu Kewaspadaan Kesehatan' berwarna kuning. "Suruh diisi data diri dan kondisi kesehatan," kata dia. Meja untuk menulis yang terbatas membuat orang-orang mengisi formulir kesulitan.

Ia diberikan dua kertas. Setelah diisi, satu diminta oleh pemeriksa satu lagi ia pegang. Pemeriksa mengatakan jika sewaktu-waktu mengalami masalah kesehatan dan menjurus gejala infeksi Corona, ia diminta untuk langsung ke dokter dan menyerahkan kertas tersebut.

"Tidak ada pemeriksaan kesehatan," katanya.

Pemeriksaan juga sebenarnya tidak ketat di Bandara Incheon Korea Selatan. Namun di sana setidaknya ia melewati alat pendeteksi suhu tubuh.

Pengalaman serupa diutarakan Yantina Debora, yang juga bervakansi ke Korea Selatan. Menurutnya jumlah petugas atau alat pendeteksi suhu tubuh yang ada di bandara dengan jumlah penumpang masih belum sebanding, sehingga ia menilai ada kemungkinan deteksi dini tidak dapat dilakukan secara optimal.

Karenanya Yantina berharap "agar diperbanyak kamera [pendeteksi suhu tubuh] di bagian imigrasi [bandara], kalau perlu ada di sebelum dan sesudah pemeriksaan imigrasi biar dobel cek," kata Yantina.

Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono mengatakan upaya pencegahan penyebaran Corona dilakukan dengan memeriksa penumpang, terutama yang datang dari Cina, langsung di dalam pesawat dan kapal. Pemeriksaan yang dilakukan sebelum penumpang turun tersebut merupakan bentuk peningkatan kewaspadaan, katanya. Pemeriksaan dilakukan dengan mengecek suhu tubuh penumpang memakai thermal scanner.

"Jadi biasanya penumpang turun kemudian dicek dengan thermal scanner, sekarang kami mendatangi penumpang ke pesawat sebelum mereka turun," kata Anung di Jakarta lewat siaran pers, Selasa (28/1/2020).

Menurut Anung, pemeriksaan penumpang langsung itu sudah dilakukan di Bandara Soekarno-Hatta sejak Minggu, 26 Januari 2020. PT Angkasa Pura II juga menyediakan tempat khusus parkir pesawat apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Lokasinya berada di apron C.

"Di Pelabuhan Tanjung Priok juga sudah dilaksanakan seperti di Bandara Soekarno Hatta, yakni petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) memeriksa dulu penumpang di kapal, kemudian kapal diparkirkan di tempat yang sudah ditetapkan," ujar dia.

Di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali yang selama ini menjadi salah satu badara yang paling banyak melayani wisatawan mancanegara, antisipasi dilakukan dengan thermal scanner dan 48 unit hand sanitizer atau cairan pembersih tangan. "Setelah sebelumnya menerapkan penggunaan alat pelindung diri (APD) terhadap petugas operasional bandara," kata General Manager PT Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Herry A.Y. Sikado, di Mangupura, Badung, dikutip dari Antara, Jumat (14/2/2020).

Di Bandara Internasional Adisutjipto Yogyakarta, yang melayani penerbangan langusung dari Malaysia dan Singapura, antisipasi dilakukan dengan mengecek suhu tubuh penumpang di pintu kedatangan internasional. Mereka akan dikarantina di ruang isolasi dan dirujuk ke Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta jika menunjukkan suhu tubuh tinggi.

Ambisi Datangkan Wisatawan

Presiden Joko Widodo sejak awal masa pemerintahan periode keduanya ini menjadikan ekonomi sebagai panglima. Hampir seluruh kebijakannya di tiap masalah, termasuk Corona, menggunakan pendekatan ekonomi.

Jokowi tidak mau kehilangan sama sekali potensi duit dari sektor ini. Buktinya, baru-baru ini ia dan kabinet menganggarkan Rp72 miliar untuk mendanai influencer media sosial. Anggaran tersebut diklaim dapat meningkatkan promosi pariwisata, sehingga lebih banyak orang mau bepergian ke Indonesia.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Whisnutama menjelaskan saat ini pemerintah masih mendata influencer yang akan digandeng pemerintah. Meski begitu, dia memastikan para influencer yang disewa dengan dana APBN ini berasal dari luar negeri. "Paling enggak dari Amerika, dari India, middle east. Negara-negara yang kami kira punya potensi yang luar biasa," kata Wishnutama.

Ia juga memasukkan Australia dalam daftar asal influencer. "Itu kan sudah dekat. Visitor banyak, spending-nya besar," tambahnya.

Baca juga artikel terkait VIRUS CORONA atau tulisan lainnya dari Irwan Syambudi

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Irwan Syambudi
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Rio Apinino