tirto.id - Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyatakan Indonesia berpeluang menjadi bangsa besar di masa depan. Akan tetapi, Ketua Umum DPP Partai Demokrat tersebut menyatakan, untuk menjadi bangsa besar, ada sejumlah syarat penting.
"Jangan jadi bangsa yang cengeng, terus mengeluh dan suka menyalahkan pihak lain," kata SBY dalam acara Dialog Kebangsaan "Mengelola Keberagaman, Meneguhkan Keindonesiaan" di Auditorium Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jakarta, pada Selasa (15/8/2017).
Menurut SBY, masyarakat Indonesia harus memiliki jiwa optimis dalam melaksanakan pembangunan dan menghadapi beragam masalah. SBY berpendapat optimisme merupakan kunci agar bangsa Indonesia tidak lemah dan mudah mengeluh saat menghadapi masalah.
Dia mengingatkan sejarah panjang Bangsa Indonesia sejak sebelum merdeka hingga sekarang telah melewati banyak masalah besar. SBY menyatakan banyak hikmah bisa diambil dari sejarah panjang itu untuk menentukan nasib bangsa Indonesia di masa depan
SBY mencontohkan Indonesia sudah pernah berhasil keluar dari berbagai krisis ekonomi dan politik di masa lalu.
Sementara sekarang, kata dia, Indonesia juga masih memiliki potensi sumber daya alam yang besar. Selain itu, saat ini, Indonesia sedang mengalami transformasi, baik dari sisi sistem pengelolaan negara maupun kualitas sumber daya manusia.
Oleh sebab itu, SBY menyarankan pemerintah ke depan harus memperhatikan tiga isu krusial yang bisa menentukan nasib bangsa Indonesia di masa mendatang.
Pertama, menurut SBY, pemerintah harus memperhatikan masalah ekonomi dan kesejahteraan rakyat dengan menjaga pertumbuhan ekonomi dan membuat kesejahteraan merata.
Kedua, SBY meminta pemerintah menjaga demokrasi dengan menghindari tindakan represif. Dia menilai demokrasi Indonesia pasca-reformasi 98 masih perlu disempurnakan.
Isu ketiga, SBY menambahkan, pemerintah perlu berfokus membangun peradaban. Dia berharap Indonesia terus mampu menghadapi beragam bentuk guncangan, baik di level nasional maupun internasional.
Di forum yang sama, selain SBY, juga hadir dua mantan presiden Indonesia lainnya. Mereka ialah Presiden RI ke-5 Megawati Soekarno Putri yang juga Ketua Umum DPP PDIP dan Presiden RI ke-3 BJ Habibie yang kini menjabat Ketua Dewan Kehormatan Partai Golkar.
Keduanya, sebagaimana SBY, sama-sama berbicara persoalan kebangsaan. Megawati menyoroti kemunculan sejumlah pihak yang bersikap anti-Pancasila. Sementara BJ Habibie berbicara soal pengalamannya membangun demokrasi pasca reformasi 1998.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Addi M Idhom