Menuju konten utama

SBY dan Barisan Pensiunan Presiden yang Eksis di Twitter

Twitter kini menjadi salah satu alat yang cukup penting untuk menyampaikan berbagai kegiatan kampanye hingga menyerang kandidat lawan. Twitter juga jadi cara yang ampun untuk mengkritik, dan curhat tentang kondisi terkini. Seperti yang dilakukan oleh SBY akhir-akhir ini.

SBY dan Barisan Pensiunan Presiden yang Eksis di Twitter
Barack Obama aktif menggunakan Twitter. FOTO/ Lawrence Jackson

tirto.id - Sejak awal kemunculannya pada 21 Maret 2006, media sosial Twitter berhasil mengukuhkan diri menjadi salah satu media tercepat dalam mengirim kabar terbaru atau tentang suatu peristiwa terkini kepada publik.

Ketika setiap hari Twitter bertanya “Apa Yang Terjadi?” ada jutaan orang merespons dengan berbagai cuitan singkat yang tak lebih dari 140 karakter. Tidak hanya individu, tetapi ada juga perusahaan hingga kelompok kepentingan.

Di Amerika, para pesohor dari dunia hiburan menggunakan Twitter sebagai salah satu sarana untuk menghubungkan mereka dengan para penggemar. Sarana untuk memberi informasi kepada penggemar atau publik tentang aktivitas mereka atau apa yang sedang mereka lakukan.

Salah satu cuitan pesohor dunia yang memiliki retweet terbanyak sepanjang sejarah Twitter adalah “Oscar Selfie”, begitu mereka menamai momen itu. Sebuah foto kebersamaan para pesohor dunia di acara Oscar yang diunggah Ellen DeGeneras itu mendapat 3,2 juta retweet, 2,2 juta like dan 221 ribu tanggapan komentar dari netizen.

Twitter menjadi jembatan yang baik antara satu individu dengan individu lainnya, atau antara satu kelompok dengan kelompok yang lainnya. Jembatan yang baik ini membuat Twitter memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia saat ini. Mulai dari sosial hingga politik. Kehadiran Twitter menjadi salah satu pendorong dalam perubahan sosial dan politik di berbagai negara di dunia.

Di Arab, media sosial seperti Twitter dan juga Facebook menjadi alat komunikasi ampuh bagi mereka yang melakukan pergerakan politik dan sosial. Tunisia misalnya, negara yang berada di wilayah Afrika utara ini telah membuktikan pengaruh yang ditimbulkan oleh cuitan di Twitter. Aktivis politik di negara tersebut menggunakan media sosial ini untuk menjatuhkan rezim pemerintah otoriter.

Christopher Golda dari Backtype -firma yang melakukan analisis Twitter- melaporkan terkait penggunaan di Twitter di Tunisia saat itu. Setiap detik ada sekitar 28 cuitan dengan kata Tunisia di dalamnya. Mereka meminta agar presiden Ben Ali segera mengundurkan diri, menurut laporan TechCrunch.

Saat Ben Ali resmi meninggalkan Tunisia atau dengan kata lain mengundurkan diri dari presiden Tunisia, ada lebih dari 196 ribu cuitan yang menyebut kota Tunisia serta menggunakan tagar #Tunisia. Selain itu tagar #Sidibouzid -provinsi di Tunisia yang memulai protes terhadap presiden tersebut- ada lebih dari 103 ribu cuitan.

Julia Caplan dalam jurnalnya yang berjudul Social Media and Politics: Twitter Use in the Second Congressional District of Virginia mengungkapkan bahwa media sosial seperti Twitter menjadi platform pertukaran informasi yang efektif mulai dari sosial hingga politik untuk berkomunikasi dengan massa dan untuk mempengaruhi sikap massa.

Ini juga yang kemudian digunakan oleh sebagian orang saat melakukan kampanye. Memengaruhi sikap massa melalui cuitan. Barack Obama menjadi salah satu presiden yang oleh berbagai media massa menyatakan sebagai presiden yang berhasil memanfaatkan kekuatan media sosial termasuk Twitter dalam membantu dirinya menduduki Gedung Putih.

Annie Hellweg dalam jurnal berjudul SocialMedia Sites of Politicians Influence Their Perception by Constituents mengungkapkan bahwa “kemenangan Obama didukung oleh internet dan gerakan sosial yang luar biasa sehingga memungkinkannya mendekati kekuasaan.”

Dalam jurnalnya Annie mencatat jika sebelum pemilu sekitar 10 persen penduduk AS menggunakan jejaring sosial Twitter serta Facebook untuk mengumpulkan informasi tentang kandidat dalam kampanye. Namun perlu diketahui, cuitan untuk menyebarluaskan visi dan misi Obama di Twitter serta aktivitas saat kampanye Obama di kota-kota di AS itu berasal dari pendukungnya dan tim suksesnya karena saat itu Barack Obama belum memiliki akun Twitter. Cuitan pertama Obama adalah tahun 2011 saat sudah menjadi presiden.

Trik senada diikuti oleh pengganti Obama yakni Donald Trump saat berkampanye untuk Pilpres AS 2016 lalu. Ketika Twitter bertanya: “Apa Yang Terjadi?” kepada Trump yang memiliki 24,1 juta pengikut, dengan sigap ia membeberkan mulai dari kota yang segera ia kunjungi untuk bertemu dengan para pendukungnya, janji untuk “mengembalikan kejayaan AS” hingga cuitan pedas yang menyerang lawannya Hillary Clinton. Misalnya cuitan Trump pada 4 September 2014 yang menuduh Hillary berbohong terkait skandal email.

Cuitan Para Presiden

Twitter tidak hanya digunakan saat kampanye saja. Mereka yang sudah terpilih memimpin suatu negara tetap menggunakan Twitter. Namun kali ini, cuitannya sedikit berbeda. Jika sebelumnya sebagian besar cuitan terkait kampanye, maka cuitan saat menjadi presiden lebih banyak berbicara soal kebijakan baru hingga aktivitas keseharian sang presiden.

Studi Burson-Marsteller's Twiplomacy 2016 mengidentifikasi ada 793 akun twitter milik kepala negara dan pejabat pemerintahan lainnya di 173 negara. Twitter menjadi pilihan utama para pejabat pemerintahan dibandingkan Facebook yang hanya 573 akun dan Instagram yang hanya 300 akun dari kepala negara dan pejabat pemerintahan lainnya. Sehingga tak herang jika informasi dari para kepala negara sering diinformasikan kepada warganya melalui Twitter.

Beberapa kepala negara yang aktif di Twitter misalnya presiden Meksiko Enrique Pena Nieto dengan akun @EPN yang menjadi salah satu presiden dengan akun tertua -bergabung sejak 2007. Cuitan presiden ini sebagian besar berhubungan dengan tindakan resmi dan tindakan pemerintah. Salah satu tweet yang paling populer dari presiden ini adalah cuitannya pada 22 Februari 2014. “saya mengakui kerja pihak keamanan Meksiko yang dapat menangkap Joaquin Guzman Loera [El Chapo] di Mazatlan.” Cuitan presiden ini mendapat 24 ribu retweet, 10 ribu like dan cuitan tanggapan netizen mencapai 5,6 ribu.

Barack Obama, saat memimpin AS juga mulai mencuit berbagai hal melalui akun @BarackObama mulai dari kebijakan AS di sektor ekonomi, energi hingga perubahan iklim. Namun Obama tidak hanya mencuit terkait tugasnya sebagai presiden AS, mendekati akhir dari masa jabatannya pada 3 Oktober 2016, ia mengunggah fotonya sedang mencium pipi kiri istrinya Michelle Obama dan mencuit “berdampingan selama 24 tahun” dengan #HappyAnniversay. Cuitan itu mendapat 126 ribu retweet dan 316 ribu like.

Di dunia Twitter, Obama menjadi presiden dengan pengikut Twitter terbanyak di dunia dalam studi Burson-Marsteller's Twiplomacy 2014. Saat itu Obama memiliki 43,7 pengikut di Twitter. Ada juga presiden Indonesia ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono yang dianggap salah satu pemimpin dunia dengan pengikut 5,06 juta pada tahun 2014. Ia berada di bawah Barack Obama.

Cuitan pertama pertama SBY sapaan untuk presiden ke-6 ini lewat akun @SBYudhoyono pada 13 April 2013. Cuitannya “Halo Indonesia. Saya bergabung ke dunia twitter untuk ikut berbagi sapa, pandangan dan inspirasi. Salam kenal. *SBY*.

Saat mendaftar menjadi salah satu pengguna Twitter, SBY memang aktif di media sosial ini. Mencuit mulai dari laporan kegiatan atau kunjungan ke daerah hingga mencuit capai-capaian yang sudah dicapai di masa kepemimpinannya.

Salah satu cuitan SBY pada 15 Agustus 2014 “Dalam 5 tahun terakhir, pemerintah telah turunkan jumlah penduduk miskin sekitar 4,5 juta. Maret 2014, tingkat kemiskinan turun 11%”. Ada juga cuitan semangat yang ucapkan oleh SBY pada 8 Agustus 2014 “Berhenti mengeluh, ganti dg ikhtiar & bekerja. Insya Allah, Allah akan beri pertolongan & yg dicitakan akan terwujud”.

Selain cuitan pendek itu, SBY juga kerap membuat kuliah tweet atau kultweet. Misalnya soal pencetakan uang di Australia yang menyerat namanya dan Megawati pada 31 Juli 2014. Dalam kultweet tersebut, SBY memberi klarifikasi terkait masalah tersebut.

India juga memiliki pemimpin yang aktif di Twitter. Narendra Modi yang menjadi Perdana Menteri India dengan akun @narendramodi termasuk pempimpin yang eksis di Twitter. Dalam laporan Burson-Marsteller's Twiplomacy 2014, Modi bersanding bersama Barack Obama dan SBY sebagai pemimpin dengan pengikut Twitter terbanyak di dunia tahun 2014.

Cuitan Modi tak jauh beda dengan cuitan Enrique, Obama dan SBY. Sebagian besar cuitan Modi terkait pekerjaannya menjadi pemimpin di India. Namun sedikit perbedaan sebab Modi lebih ramah terhadap pengikutnya dengan sering membalas cuitan dari pengikutnya. Bahkan ia tak segan untuk menyatakan siap dikritik lewat Twitter ketika membalas cuitan @kailashwg.

“Anda bebas untuk mengkritik saya. Kritik konstruktif membuat demokrasi kita menjadi kuat dan ini sangat penting,” cuit Modi pada 6 Februari 2017, yang kemudian direspon 2 ribu retweet dan 7 ribu like.

Infografik Eksis di Twitter

Cuitan Barisan Para Mantan Presiden

Lantas jika mereka yang menjadi presiden sering mencuit sebagian besar tentang pekerjaan mereka sebagai presiden, apa isi cuitan mereka yang sudah menjadi mantan presiden?

Vincente Fox Quesada adalah salah satu mantan presiden yang masih aktif di Twitter. Ia adalah mantan presiden Meksiko. Memimpin dari tahun 2000 hingga 2006. Cuitannya yang cukup menarik perhatian dunia yakni menjawab Sean Spicer, seorang politisi AS.

“Sean Spicer, saya sudah mengatakan ini kepada @realDonaldTrump dan sekarang saya akan memberitahu Anda: Meksiko tidak akan membayar untuk tembok sialan itu. #Fuckingwall.” cuit Vincente pada 25 Januari 2017. Cuitan Vincente pun menjadi perbincangan publik.

Dalam satu tahun terakhir, cuitan Vincente sering ditujukan kepada presiden AS terkait kebijakan Trump yang dianggapnya “dil uar akal sehat” yakni soal tembok pembatas antara Meksiko dan AS serta kebijakan Imigrasi Trump. The Guardian bahkan menurunkan laporan How Former Mexican President Vicente Fox Use Twitter to Troll Trump yang berisi cuitan-cuitan sang mantan presiden kepada Donald Trump.

Selain di Meksiko, di AS ada Barack Obama yang saat ini menjadi mantan presiden dengan pengikut terbesar di dunia. Ada 84,3 juta pengikut pada tahun 2017. Cuitan pertama Obama saat lengser dari Gedung Putih adalah tentang liburannya bersama Michelle dan setelah kembali, mereka akan kembali bekerja. Sekitar 1,9 juta pengikut langsung memberi tanda like di cuitan ini. Baru ada tiga cuitan dan 1 retweet Obama semenjak menjadi mantan presiden.

Di Indonesia ada SBY, presiden keenam Indonesia yang aktif di Twitter dengan pengikut sebanyak 9,5 juta pengikut di 2017. Jika Vincente sering menyerang Trump dan Obama yang mulai kurang eksis di Twitter karena baru mencuit tiga kali, maka beda halnya dengan SBY. Akhir-akhir ini, SBY tampak banyak “mengeluh” di Twitter.

“Saya bertanya kpd Bapak Presiden & Kapolri, apakah saya tidak memiliki hak utk tinggal di negeri sendiri, dg hak asasi yang saya miliki? *SBY*,” Cuit SBY 6 Februari lalu menanggapi aksi demo di depan kediamannya. Cuitan ini kemudian menjadi viral di berbagai media sosial. Sebanyak 4,4 ribu cuitan merespon cuitan SBY tersebut.

Sebelumnya, SBY juga mengeluhkan soal hoax. “Ya Allah, Tuhan YME. Negara kok jadi begini. Juru fitnah & penyebar 'hoax' berkuasa & merajalela. Kapan rakyat & yg lemah menang? *SBY*,” cuit SBY pada 19 Januari lalu. Cuitan ini juga mengundang 8,4 ribu respon cuitan dari netizen.

Selain sebagai tempat untuk “mengeluh”, Twitter di tangan SBY juga menjadi tempat untuk mengklarifikasi berita yang beredar di masyarakat yang berkaitan dengan dirinya. Misalnya terkait TPF Munir. SBY juga mencuit berbagai aktivitasnya dari menghadiri pertemuan internasional hingga sekadar minum kopi bersama memo sapaan untuk istrinya.

Sedangkan dua mantan presiden Indonesia lainnya yakni Megawati Soekarno Putri dan BJ Habibie tidak begitu tertarik dengan Twitter. SBY pun menjadi mantan presiden Indonesia yang paling eksis di media sosial Twitter dengan beragam cuitan yang mengundang respons beragam dari netizen.

Baca juga artikel terkait TWITTER PEMIMPIN NEGARA atau tulisan lainnya dari Yantina Debora

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Yantina Debora
Penulis: Yantina Debora
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti