Menuju konten utama
20 Mei 2012

Saturday Night Fever, Kisah Sukses Robin Gibb Bersama Bee Gees

Album soundtrack Saturday Night Fever menjadi pembuka kesuksesan Robin Gibb bersama The Bee Gees.

Saturday Night Fever, Kisah Sukses Robin Gibb Bersama Bee Gees
Header Mozaik Robin Gibb. tirto.id/Tino

tirto.id - Tahun 1977 Paramount Pictures memproduksi film Saturday Night Fever, salah satu film yang menandai gemerlap era musik disko dalam budaya populer di AS. Adegan film dibuka dengan alunan musik "Stayin Alive" yang mengiringi Tony Mareno, diperankan oleh aktor kawakan John Travolta. Di Brooklyn, New York, Tony yang berjaket kulit hitam ketat dan potongan celana panjang cutbray berjalan penuh percaya diri. Kemeja merah melengkapi gayanya. Ia mampir ke toko pizza langganannya di tepi jalan, membeli dua potong sebelum melanjutkan jalan kaki.

Matanya jelalatan melihat beberapa perempuan di sepanjang jalan sebelum akhirnya sampai di toko cat tempatnya bekerja. Ia sudah ditunggu oleh seorang pelanggan yang mencarinya untuk mengambil pesanan satu kaleng cat. Adegan berikutnya mengambil latar rumah tinggal keluarga Mareno. Di meja makan, Tony yang berdandan necis bersiap menyantap spaghetti masakan ibunya.

“Seharusnya kamu jadi pastor saja, kamu tak perlu lagi mencari pekerjaan,” kata Flo Manero, ibu Tony yang melihat anaknya berdandan necis untuk keperluan dansa. Tony tidak sepakat. Ia lebih menikmati dansa dan tampak serius dengan kegiatan rutinnya. Film berlanjut ke pertualangan Tony yang baru 19 tahun dalam mencari jati dirinya di tengah kegemaran berdansa dan kegamangan menghadapi masa depan.

Musik pendukung film ini menggambarkan suasana zaman dan semangat remaja era itu. Pengisi musik utama film ini adalah The Bee Gees, grup musik asal Australia yang saat itu relatif baru memulai kiprahnya di ranah musik disko. Selain "Stayin Alive", ada juga "How Deep is Your Love", "Night Fever", dan "More Than a Woman". Pengalaman mereka tampil bermusik di panggung sudah dilalui sejak kecil. Barry Gibb, anggota tertua, kala itu berusia 31 tahun, sementara Maurice dan Robin Gibb kembarannya baru 29 tahun.

Film Saturday Night Fever menjadi titik balik dalam karier musik mereka. The Bee Gees kian dikenal seiring dengan semakin pesatnya perkembangan musik disko. Media memberikan mereka titel The Disco Kings dan The Kings of Dance Music.

Robin sebenarnya sempat mengumumkan keluar dari The Bee Gees pada 1969, saat mereka sedang dalam proses merekam single "Tomorrow Tomorrow". Sementara album solo pertama Robin yang berjudul Robin’s Reign pada 1970 kurang sukses. Ia juga mengaku bersolo karier tidak memuaskan hasrat bermusiknya. Maka di tahun itu juga The Bee Gees mengumumkan bahwa mereka telah kembali menjadi satu grup.

Sejak itu, para penggemar mereka kembali bisa menikmati alunan tiga suara harmoni yang rapi ketika mereka menyanyikan lagu-lagu hit yang semuanya mereka tulis sendiri. Selain itu, ada ciri khas The Bee Gees yang tak dimiliki grup musik lain. Barry kerap bernyanyi dengan teknik falsetto yang halus, sementara Robin lebih sering bernyanyi dengan teknik vibrato lembut. Di antara mereka berdua, Maurice menyelaraskan musik dengan berbagai instrumentasi pendukung.

Dengan formasi ini, The Bee Gees sukses melintasi berbagai tren musik dan bertahan sebagai grup band kenamaan dengan memproduksi berbagai hit. Dimulai pada masa kanak-kanak di Australia, kemudian meraih sukses yang lumayan di Inggris era 1960-an, dan mengarungi disko di 1970-an. Album soundtrack Saturday Night Fever bahkan sempat menjadi album paling laris sepanjang masa dengan penjualan mencapai 40 juta keping. Hanya album Thriller karya Michael Jackson yang sanggup melampauinya. Dalam satu kesempatan wawancara, Michael Jackson sempat mengakui bahwa Thriller sangat terinspirasi dari gaya musik dan kesuksesan karya The Bee Gees.

Infografik Mozaik Robin Gibb

Infografik Mozaik Robin Gibb. tirto.id/Tino

Setelah kesuksesan di akhir 1970-an, mereka makin laris sebagai grup musik. Album rekaman laku keras dan popularitas menanjak drastis. Pada 1983, Robin menggarap album solo keduanya yang bertajuk How Old Are You? Dalam album ini ia mengajak Maurice untuk mengisi instrumentasi bas, piano, synthesizer, dan gitar.

Album ini juga tak terlalu sukses, meski sempat masuk jajaran tangga lagu di beberapa negara di Eropa dan mencapai Top 20 di Jerman dan Swiss. Single "Another Lonely Night in New York" bahkan tak sempat dirilis di AS. Hasil kurang memuaskan tak menghentikan langkahnya memproduksi album solo. Pada 1984 dan 1985 ia tetap merilis album. Hingga 2006 Robin telah memproduksi 7 album solo.

Di luar dunia musik, Robin merupakan pendukung aktif gerakan New Labour, bagian dari British Labour Party. Ia berteman akrab dengan Tony Blair, mantan Perdana Menteri Inggris yang sempat dikritik karena pernah menginap di rumah mewah Robin di Miami pada natal 2006.

Pada 14 Agustus 2010, Robin merasakan sakit di bagian perutnya ketika sedang melakukan konser di Belgia. Empat hari kemudian ia dirawat di rumah sakit Oxford dan terpaksa menjalani operasi. Meski sempat pulih dan melanjutkan tur musik di New Zealand dan Australia, kondisi kesehatannya tak pernah kembali seperti semula. Selama dua tahun kemudian ia harus bolak-balik membatalkan tur, penampilan publik, dan acara-acara lainnya karena masalah kesehatan. Puncaknya, pada Maret 2012 ia harus dirawat dan menjalani operasi usus. Sebulan kemudian ia mengalami pneumonia. Robin meninggal pada 20 Mei 2012, tepat hari ini sepuluh tahun yang lalu.

Meski media menyebut penyebab meninggalnya Robin adalah kanker, namun Robin-John Gibb, anaknya, menyatakan bahwa ayahnya meninggal karena masalah ginjal. Jenazah Robin dikremasi di gereja St. Mary the Virgin yang tak jauh dari tempat tinggalnya di Oxfordshire, Inggris. Barry, sang kakak, melepaskan jenazah Robin dengan sedikit penyesalan yang mengganggu ingatannya. Harian Huffington Post menuliskan kata-kata penyesalan Barry ketika mengenang adiknya.

“Bahkan hingga saat-saat terakhir, kami masih terus menemukan hal-hal yang menimbulkan konflik di antara kami berdua,” katanya.

Baca juga artikel terkait JOHN TRAVOLTA atau tulisan lainnya dari Tyson Tirta

tirto.id - Musik
Kontributor: Tyson Tirta
Penulis: Tyson Tirta
Editor: Irfan Teguh Pribadi