Menuju konten utama
Pandemi COVID-19

Satgas Sebut 163 Wilayah Zona Kuning akan Jalani Belajar Tatap Muka

Data per 2 Agustus 2020 ada 163 zona kuning yang bisa melakukan kegiatan belajar tatap muka meski kasus COVID-19 terus meningkat.

Satgas Sebut 163 Wilayah Zona Kuning akan Jalani Belajar Tatap Muka
Kepala BNPB selaku Ketua Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan COVID-19 Doni Monardo (tengah) bersiap mengikuti rapat kerja dengan Komisi VIII DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (13/7/2020). (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/wsj)

tirto.id - Satuan Tugas Penanganan COVID-19 mengumumkan ada sekitar 163 wilayah dengan zona kuning yang akan menggelar sekolah secara tatap muka.

“Kalau kita lihat peta hari ini, per 2 Agustus 2020 maka ada 163 zona kuning yang kiranya nanti ini akan bisa dilakukan kegiatan belajar tatap muka," kata Ketua Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Letjen Doni Monardo dalam konferensi pers secara daring di Youtube Kemendikbud RI, Jumat (7/8/2020).

Selain zona kuning, zona hijau yang tidak ada kasus baru dan tidak terdampak juga akan memulai kegiatan belajar tatap muka.

Akan tetapi, Doni menuturkan daerah zona hijau tidak sepenuhnya bisa menjalankan pendidikan tatap muka. Sebab, keputusan pendidikan tatap muka di zona hijau dikembalikan kepada pengelola sekolah yakni para guru serta kepala dinas daerah. Hal tersebut juga berlaku di zona kuning.

“Artinya keputusan untuk memulai sekolah atau belajar tatap muka juga dikembalikan kepada daerah. Para bupati, para wali kota, dan juga gubernur, karena para pejabat itulah yang paling tahu situasi di daerah masing-masing,” kata Doni.

Doni pun memahami beberapa daerah sudah mulai menggelar simulasi pendidikan tatap muka di tengah pandemi. Akan tetapi, sejumlah orangtua murid ternyata belum mengizinkan anak untuk sekolah secara tatap muka meski ada orangtua ingin ada pelajaran tatap muka.

Oleh karena itu, Doni berpendapat para kepala daerah perlu melakukan sejumlah tahapan seperti simulasi dan sosialisasi sebelum membuka sekolah.

Ia pun menambahkan, sosialisasi perlu melibatkan elemen masyarakat seperti tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh formal maupun informal daerah. Sebab, pelajaran tatap muka menimbulkan potensi penularan Covid-19 sementara pelajaran secara jarak jauh juga menimbulkan masalah.

Ia berharap, pertemuan ini bisa menemukan solusi dari keluhan sejumlah orangtua dalam pembelajaran jarak jauh serta menjaga siswa tidak terpapar Covid-19.

"Oleh karenanya, bapak ibu sekalian, dalam kondisi seperti sekarang ini kita tidak perlu saling menyalahkan apa pun kebijakan yang kita lakukan pasti akan ada risikonya, ini adalah status darurat kebencanaan di bidang kesehatan dan semua masalah terjadi di seluruh bagian di dunia, tidak ada negara satu pun yang betul-betul terbebas dari masalah COVID-a9 ini," kata Doni.

Baca juga artikel terkait VIRUS CORONA atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Pendidikan
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz