tirto.id - Satuan Tugas Penanganan (Satgas) COVID-19 memaparkan bahwa kunci untuk mempertahankan penurunan kasus Corona adalah dengan disiplin dalam mematuhi protokol kesehatan (prokes).
“Jelas bahwa lonjakan kasus terjadi bukan semata-mata akibat varian delta, tetapi akibat aktivitas sosial masyarakat yang tidak sejalan dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat,” kata Juru Bicara Satgas COVID-19, Wiku Adisasmito, seperti dikutip dari situs Covid19.go.id, Jumat (17/9/2021).
Wiku mengemukakan, varian mutan seperti Delta memang terbukti lebih cepat dalam penularannya, tetapi perlu dicatat, kendati varian ini di India pada Oktober 2020, kasusnya baru melonjak pada April 2021.
Sama dengan Indonesia, di mana varian tersebut ditemukan pada Januari 2021, tetapi kasus baru melonjak pada bulan Juli.
“Jika kita mampu membatasi aktivitas sosial, dampak mutasi varian tidak akan menyebabkan lonjakan kasus yang signifikan,” ujarnya.
Wiku mengatakan, ada dua pelajaran utama yang harus dicatat untuk mempertahankan penurunan kasus di Indonesia.
Pertama, serius menjaga prokes sejalan dengan dibukanya kembali kegiatan sosial kemasyarakatan.
Kedua, dengan melihat pola lonjakan di Indonesia selama 3 bulan, dan dari lonjakan di dunia juga India, Malaysia dan Jepang, waspada dan tetap disiplin prokes diharuskan agar Indonesia tidak mengalami lonjakan ketiga dalam beberapa bulan ke depan.
“Kita bisa belajar dari India karena kasus-kasus di negara ini telah mendatar selama 2,5 bulan terakhir meskipun sebelumnya mengalami peningkatan yang signifikan,” kata Wiku.
Gelombang Ke-3
Perkembangan pandemi COVID-19 di tingkat global sedang menghadapi gelombang ke-3 atau puncak ketiga pada September 2021. Puncak ketiga ini terjadi setelah dua puncak sebelumnya di tahun 2021 pada bulan Januari dan April. Saat ini puncak ketiga dunia perlahan kurva kasusnya mulai melambat.
Apabila melihat pola Indonesia, puncak pertama sejajar dengan negara-negara lain pada Januari 2021. Namun, ketika dunia dan negara-negara lain mengalami puncak kedua pada April 2021, Indonesia masih mengalami penurunan kasus.
Penyumbang terbesar jumlah kasus positif di dunia, Amerika Serikat (AS), tengah mengalami puncak ketiga dan kurvanya sudah melambat. Pola di AS mirip dengan pola global, terutama pada Januari dan September 2021. Bedanya, puncak kedua April kasus global mengalami lonjakan, AS mengalami penurunan.
Lalu, Malaysia dan Jepang, kedua negara ini memiliki pola yang mirip dengan pola kasus global. Saat ini kasus di Jepang mulai menurun, Malaysia masih berada di puncak gelombang ketiga.
Yang cukup unik di India, yang mengalami lonjakan pertama pada September 2020, ketika negara-negara lain belum mencapai puncak pertama pada Januari 2021.
Saat global mengalami lonjakan pertama, India mengalami penurunan kasus. Dan India mengalami lonjakan kedua pada April 2021 yang berkontribusi pada jumlah kasus tertinggi pada periode itu.
Akan tetapi, puncak kedua ini menurun dan terus menunjukkan kurva datar selama 2,5 bulan berturut-turut. Sementara negara-negara lain di seluruh dunia mengalami peningkatan kasus.
Apabila melihat perkembangan di Indonesia, puncak kedua pada Juli 2021. Negara lain dan dunia tidak mengalami hal yang sama. Apalagi pada September ini, saat kasus di Indonesia terus menurun, kasus dunia masih mengalami gelombang ke-3 atau puncak ketiga.
Selain itu, meskipun populasi Indonesia mirip dengan AS, Indonesia mengalami jumlah kasus positif harian yang jauh lebih kecil dan jumlah kasus per 1 juta penduduk. Bahkan, jumlah ini masih lebih kecil dari negara tetangga yang populasinya jauh lebih sedikit dari Indonesia.
Hal yang baik ini dikarenakan kasus di Indonesia segera ditangani. Sehingga pada kurva kasusnya menunjukkan kemiringan yang landai, tidak seperti negara lain yang mengalami lonjakan ketiga.
“Lonjakan kedua di Indonesia tidak diikuti lonjakan kasus dunia. Hal ini menunjukkan bahwa meski Indonesia mengalami peningkatan kasus yang signifikan, namun tidak cukup signifikan untuk berkontribusi terhadap peningkatan kasus global,” kata Wiku.
Editor: Yantina Debora