tirto.id - Santri Milenial untuk Jokowi-Maruf (Samil Jokowin) Lumajang, Jawa Timur akan melakukan aksi massa, jika Fadli Zon tidak meminta maaf terkait puisi "Doa yang Ditukar" yang dinilai melecehkan ulama karismatik KH Maimun Zubair (Mbah Moen).
Ketua Samil Jokowin Khoirun Nasikin mengatakan, mereka menuntut Fadli Zon untuk segera meminta maaf dan menarik pernyataannya dalam puisi tersebut.
"Menuntut agar Fadli Zon minta maaf dan menarik puisinya sudah sangat merebak. Bila dalam waktu 5 hari tidak ada respons, maka santri Lumajang akan meramaikan jalanan dengan gemuruh selawat," kata Khoirun saat dihubungi Tirto melalui pesan singkat, Selasa (12/2/2019).
Sebelumnya, aksi serupa telah dilakukan oleh sejumlah santri di Jember, dengan membawa poster dan turun ke jalan, mengecam puisi Fadli Zon.
Aksi tersebut mendapat pengawalan dari Gerakan Pemuda Ansor dan Banser Jember hingga menuju alun-alun kota Jember.
Lebih lanjut, kata Khoirun, puisi tersebut telah mengganggu dan menyinggung perasaan para santri, meski tidak mengatakan siapa kiai yang dimaksudkan.
"Benar, dia tidak mengatakan secara langsung puisinya ditujukan kepada kiai siapa, namun jelas bahwa puisi itu muncul beberapa waktu pasca KH. Maimoen Zubair kedatangan Presiden RI, Ir. Joko Widodo," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Tirto.
Oleh karena itu, para Santri Milenial Lumajang menyatakan sikap sebagai berikut:
Pertama, para santri mendesak Fadli Zon untuk mencabut puisinya yang kami anggap menyinggung KH. Maimoen Zubair dan menyampaikan permohonan maaf melalui media massa.
Kedua, mereka meminta Fadli Zon berjanji untuk tidak membawa-bawa agama dalam urusan politik praktis, serta meminta kepada Fadli Zon berjanji untuk tidak membuat pernyataan yang meresahkan, khususnya untuk para santri.
Apabila hal ini tetap dilakukan, maka Santri Milenial akan melakukan aksi turun jalan ke jalan.
Juru Bicara (Jubir) Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Muhammad Syafi'i membantah tudingan yang menilai puisi Fadli Zon berjudul "Doa Yang Ditukar" menghina Kiai Maimun Zubair (Mbah Moen).
"Itu keluar dari hati, pikiran dan ucapan Mbah Moen, saya kira itu harus dimuliakan, jangan diprotes. Yang memprotes itu menghina, seakan-akan Mbah Moen tidak kontrol, itu tidak mungkin," tambah dia.
Editor: Yandri Daniel Damaledo