tirto.id - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI Sandiaga Salahuddin Uno menilai tren remaja Citayam dan Bojonggede nongkrong di Jalan Sudirman Jakarta membantu pariwisata.
"Ini mereka memopulerkan destinasi wisata dalam kota. Saya nanti akan koordinasi dengan Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta," katanya di Buleleng Bali, Kamis (7/7/2022) malam.
Sandiaga mengatakan viralnya kebiasaan baru remaja dari pinggiran Jakarta di Jalan Sudirman sedang menjadi topik hangat. Menurutnya, ini merupakan bentuk demokratisasi gaya hidup milenial.
"Mereka menampilkan produk fesyen dari daerahnya tapi tidak membebani daerah itu dengan kegiatan yang negatif. Ini bagian dari urbantourism (wisata perkotaan). Mereka datang lalu di pojok-pojok kota mengambil gambar," ujar Menparekraf RI usai meresmikan program pengurangan jejak karbon di Taman Nasional Bali Barat.
Sandiaga tak mempermasalahkan tren yang viral di berbagai sosial media tersebut. Bahkan ia memperkirakan hal ini akan berlangsung satu atau dua pekan ke depan, mengingat waktu liburan sekolah belum selesai.
"Yang menarik dari anak-anak Citayam ini yang penting tidak nyampah, tidak membuat onar, tidak melakukan kegiatan yang negatif, mereka asik-asik saja. Saya lihat mereka ada yang ngambil gambar di GBK, di pelataran hutan kota, ada beberapa spot jadi harus kita percantik," kata dia.
Sandiaga senang melihat tren remaja di kawasan Dukuh Atas dan sekitarnya yang menampilkan gaya berpakaian khas.
"Menurut saya kalau mereka berbakat sebagai agen-agen promosi dari destinasi wisata itu, bisa kita rangkul dan kita berikan pelatihan," kata mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta tersebut.
Sandiaga bahkan menawarkan beasiswa sekolah pariwisata bagi remaja-remaja menengah ke bawah yang dinilai berpotensi mendukung pariwisata Indonesia.
"Kebetulan kita ada Politeknik Pariwisata NHI di Bandung, tidak jauh dari Citayam untuk mengembangkan bakatnya, karena konten-kontennya keren, menarik dan mereka anak-anak eksis yang mengemas konten secara kekinian," kata Sandiaga.
Editor: Gilang Ramadhan