Menuju konten utama

Sandiaga Dinilai Bisa Lebih Fleksibel dan Kritis Jika Jadi Oposisi

"Kalau oposisi kan dia bisa berbeda pendapat, sekeras apapun pasti dihormati," kata Direktur Eksekutif Puskapol Fisip UI Aditya Perdana.

Sandiaga Dinilai Bisa Lebih Fleksibel dan Kritis Jika Jadi Oposisi
Cawapres 02, Sandiaga Uno dan tim kuasa hukum Hasyim Djojohadikusumo gelar konfrensi pers di Rumah Kertanegaraan pada Jumat (24/5/19) sekitar pukul 15:30 terkait pengajuan sengketa pilpres 2019 yang akan diajukan ke MK pada malam nanti . tirto.id/HafitzMaulana

tirto.id - Direktur Eksekutif Puskapol Fisip UI Aditya Perdana menyoroti pernyataan mantan Cawapres, Sandiaga Uno yang mengatakan peran oposisi pemerintah adalah posisi yang dapat membantu negara sebagai penyeimbang yang sangat bermartabat dan terhormat.

Aditya mengatakan, keuntungan Sandi jika menjadi oposisi yaitu ia bisa secara fleksibel berkeliling Indonesia untuk mengkampanyekan program-programnya kepada masyarakat sepanjang waktu.

Selain itu menurutnya, Sandi juga bisa selalu memberikan pandangan kritis terhadap pemerintahan Jokowi-Ma'ruf selama lima tahun ke depan. Sebab kata dia, jika Sandi berada dalam pemerintahan, ia pasti akan selalu bersikap setuju apapun yang diputuskan oleh Jokowi-Ma'ruf.

"Kalau oposisi kan dia bisa berbeda pendapat, sekeras apapun pasti dihormati. Akan mudah juga menarik simpati publik terhadap pandangan-pandangan itu," ujarnya kepada Tirto, Senin (3/7/2019).

Apalagi kata dia, Sandi mulai dari mencalonkan diri sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta, hingga cawapres kemarin, sudah memiliki dukungan yang rill dari masyarakat.

"Dengan mempertahankan ini untuk 2024, juga butuh usaha yang keras juga. Artinya kalau itu di-manage, Sandi dengan aktifitas ekonomi kerakyatan, dia ini menjadi sangat penting untuk [Pilpres] 2024," ucapnya.

Akan tetapi, dirinya mengatakan jika Sandi ingin menjadi oposisi untuk tetap kritis dan maju menjadi peserta pilpres 2024, harus memiliki kendaraan politik. Seperti organisasi masyarakat ataupun partai politik.

Sebab, jika Sandi tidak memiliki kendaraan politik tersebut, tidak cukup kuat dalam menyosialisasikan programnya seperti OK OC untuk bahan kampanye pilpres 2024 mendatang.

"Enggak cukup hanya itu [Kampanye OK OC]. Dia butuh kendaraan politik, entah itu organisasi, atau Partai politik. Itu yang harus dipikirkan Mas Sandi," tuturnya.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Riyan Setiawan

tirto.id - Politik
Reporter: Riyan Setiawan
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Irwan Syambudi