tirto.id - Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno tak mau terburu-buru memaparkan konsep penataan kawasan Kota Tua Jakarta Utara. Menurutnya, persoalan itu perlu dibahas secara serius, salah satunya penataan pedagang kaki lima (PKL).
Sandiaga menilai, tanpa perencanaan justru bakal mematikan usaha para PKL yang sudah lama menggantungkan hidupnya di tempat tersebut. Ia mencontohkan, misalnya, semakin sepinya lokasi binaan PKL Taman Kota Intan, Jalan Cengkeh, Kota Tua.
"400 (PKL) yang waktu itu ditata, tahun lalu, hanya bertahan 30 dan yang 30 juga sudah tutup. termasuk soto yang kita makan waktu itu, karena memang keadaannya sangat berat ya dan mereka sudah lelah menunggu," ujar Sandiaga di Kawasan Monas, Jakarta Pusat, Jumat (23/3/2018).
Pemprov DKI Jakarta rencananya bakal memulai penataan kawasan Kota Tua akan pada akhir Maret atau awal April mendatang. Beberapa pekan sebelumnya, Sandiaga meminta satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang terlibat dalam penataan menggencarkan sosialisasi, termasuk kepada stakeholder lain seperti kepolisian.
Sandiaga berujar, sosialisasi dan pelibatan seluruh stakeholder penting dilakukan agar tak menimbulkan polemik seperti penataan kawasan Tanah Abang.
"Kami harapkan dalam 1-2 minggu ini akan dipresentasikan oleh tim yang sudah selalu kumpul sejak 3 pekan terakhir, untuk mengupdate. Kemarin sudah dipresentasikan filosofinya, kami koordinasi juga dengan konsorsium, berikutnya dengan pemilik-pemilik gedung," imbuhnya.
Nantinya penataan kawasan Kota Tua akan dibagi menjadi tiga tahap, yakni awal, menengah dan akhir. Penataan tersebut itu akan digarap oleh tiga stakeholder yakni Dinas Bina Marga, Dinas Perhubungan DKI dan PT Transjakarta.
Mantan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia itu berharap penataan tahap pertama dan kedua dapat selesai sebelum perhelatan Asian Games dimulai pada Agustus mendatang.
"(Tahap pertama dan kedua) sebelum Asian Games, untuk membuka dan menginstruksikan proyek revitalisasi Kali Besar," ujarnya. Sementara tahap ketiga, kata dia, "memastikan Kota Tua menjadi tempat wisata yang terintegrasi."
Penulis: Hendra Friana
Editor: Agung DH