Menuju konten utama

Samsung yang Mencoba Bangkit dari Skandal Galaxy Note 7

Samsung dihantam keras soal skandal meledaknya Galaxy Note pada 7 tahun lalu. Tahun berganti, apakah skandal ini masih memengaruhi bisnis produsen elektronika asal Korea Selatan ini?

Samsung yang Mencoba Bangkit dari Skandal Galaxy Note 7
Ilustrasi logo Samsung. GETTY IMAGES

tirto.id - Pekan lalu otoritas penerbangan Amerika Serikat (Federal Aviation Administration/FAA) resmi mencabut imbauan maskapai penerbangan melarang Note 7 dibawa masuk ke pesawat. Ini tentu jadi kabar positif bagi Samsung. Setelah tahun lalu, Samsung dirundung skandal meledaknya smartphone Galaxy Note 7 yang membuat Samsung rugi besar.

Sehari sebelum kabar dari FAA, Samsung mengumumkan 96 persen dari perangkat Galaxy Note 7 yang telah dijual ke AS telah ditarik oleh Samsung. Samsung juga telah melakukan sejumlah langkah preventif, seperti merilis update firmware yang membuat Galaxy Note 7 tidak dapat dipakai lagi oleh para penggunanya.

Samsung juga telah menyimpulkan penyebab dari meledaknya Galaxy Note 7. Ini menjawab pertanyaan besar publik tahun lalu. Seperti dikutip dari Fortune, biang keroknya adalah baterai pada Galaxy Note 7. Rencananya, laporan menyeluruh hasil investigasi Samsung ini akan disampaikan 23 Januari, jelang pengumuman kinerja kuartal IV-2016.

Pasca kasus besar itu, Samsung tetap menegaskan mereka tetap bertahan dari badai Galaxy Note 7. Pada awal Januari, Samsung memperkirakan kenaikan laba operasi sekitar 50 persen pada kuartal IV-2016 menjadi 9,2 triliun won (y-o-y) dari 6,14 triliun won.

Proyeksi kinerja yang kiclong ini bukan berasal dari unit bisnis mobile mereka, tapi ditopang dari bisnis komponen seperti memory chips dan layar digital. Namun, analis memperkirakan kinerja bisnis mobile Samsung akan segera pulih, dan bisa menopang kinerja di 2017. Rencana peluncuran perangkat terbaru Samsung seri Galaxy Note 8 pada kuartal II-2017 akan menjadi warna baru bagi Samsung.

"Kerugian yang akibatkan oleh Note 7 tidak seburuk yang orang perkirakan, jika Anda melihat bagaimana penjualan Samsung versus Apple," kata Patrick Moorhead, Presiden dan Kepala Analis di Moor Insights and Strategy, seperti dikutip dari CNBC.

Apa yang dikatakan oleh Moorhead sangat beralasan, menurut International Data Corporation (IDC) dan Strategy Analytics pada Oktober tahun lalu mengungkapkan bahwa pada kuartal III-2016, saat berlangsungnya skandal Galaxy Note 7, pangsa pasar smartphone Samsung mencapai sekitar 20 persen. Sementara Apple hanya berhasil duduk di posisi kedua dengan rata-rata 12 persen secara global.

Di sisi lain, seperti dilaporkan oleh Marketing Week di Britania Raya, seiring dengan ekspektasi Samsung terhadap kenaikan laba operasi mereka, brand image Samsung pada indeks merek YouGov juga telah meningkat.

Infografik Lesu Penjualan Samsung tetap perkasa

Skor 'Buzz' Samsung telah bergerak naik dari sebelumnya di angka -12,9 ke skor positif sebesar 1,3. Indeks tersebut membuat raksasa elektronika asal Korea Selatan ini beranjak dari posisi ke-34 menjadi ke posisi yang lebih terhormat, yakni posisi ke-11, dalam 12 minggu terakhir. Ini buah dari keputusan tepat Samsung yang me-recall Galaxy Note 7 untuk memastikan dampak negatifnya tidak meluas.

"Berita terbaru Samsung mengenai melonjaknya keuntungan kuartal IV mungkin merupakan cara yang paling efektif untuk mengubah narasi dari kegagalan dan krisis menjadi keberhasilan dan kemenangan," kata Ahmad Badr, Direktur Strategi di Siegal + Gale seperti dikutip dari Marketing Week.

Namun Badr memperingatkan bahwa Samsung perlu untuk melakukan klarifikasi mengenai pembedaan hubungan antara merek utama Samsung dan Note sebagai sub-brand mereka, sekaligus menambahkan bahwa ujian sesungguhnya akan berlangsung saat peluncuran Galaxy Note 8, maupun Galaxy S8 tahun ini.

Sementara itu, berdasarkan survei yang dilakukan oleh Reuters/Ipsos dalam periode 26 Oktober hingga 9 November 2016, yang mencakup 50 negara bagian Amerika Serikat dan melibatkan 2.375 responden. Terungkap tingkat loyalitas para pelanggan Samsung begitu tinggi. Sebanyak 91 persen pengguna Samsung tetap akan kembali membeli produk lainnya, dan sebanyak 92 persen mengatakan mereka akan membeli produk umum Samsung lainnya.

Di antara mereka yang mengetahui tentang skandal Samsung, sebanyak 27 persen berkata mereka akan menempatkan merek Samsung dalam prioritas pertama mereka ketika akan membeli ponsel. Sementara di antara mereka yang tidak tahu skandal tersebut, sebanyak 25 persen mengatakan mereka akan menilik terlebih dahulu.

Perusahaan riset Brand Stock di Korea Selatan mengatakan bahwa merek Samsung Galaxy masih menduduki posisi puncak dalam daftar Top 10 Brand Stock Index di Korsel pada kuartal III-2016. Samsung Galaxy mendapatkan skor 912,2 poin, diikuti oleh toko ritel lokal E-Mart dengan skor 908,5 dan Kakao Talk dengan skor 903,4 poin.

Brand Stock mengungkapkan, respons cepat Samsung dalam menanggapi masalah pada smartphone Note 7 tahun lalu telah ditanggapi positif di pasar, seperti dikutip dari The Korea Herald. Lembaga riset lain juga memperkirakan kebangkitan Samsung akan sangat tergantung pada kesuksesan seri Galaxy S8.

"Keputusan untuk menarik Galaxy Note 7 sudah benar, tetapi kerusakan pada merek Samsung akan membuat perusahaan lebih sulit untuk meningkatkan penjualan smartphone dalam jangka pendek," kata Anshul Gupta, Direktur Riset di Gartner.

"Bagi Samsung, suksesnya peluncuran Galaxy S8 kemudian menjadi penting, supaya mitra dan pelanggan kembali percaya pada merek Samsung."

Jadi, kita tunggu ujian sesungguhnya yang akan dilewati Samsung tahun ini pasca skandal Galaxy Note 7 di 2016.

Baca juga artikel terkait TEKNOLOGI atau tulisan lainnya dari Ign. L. Adhi Bhaskara

tirto.id - Teknologi
Reporter: Ign. L. Adhi Bhaskara & Suhendra
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara