tirto.id - Rusia mengingatkan pemerintah Inggris jika mereka memiliki kewajiban untuk menjamin keselamatan para diplomat Rusia di wilayahnya, terlepas dari hal apapun yang telah dilakukan oleh Rusia mengenai kebijakan luar negerinya.
Hal tersebut ditegaskan oleh pihak Rusia dalam menanggapi seruan Menteri Luar Negeri Inggris agar para warga melakukan aksi protes mengenai Suriah di luar kantor Kedutaan Rusia di London, Rabu (13/10/2016).
Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson sehari sebelumnya mengimbau masyarakat agar berunjuk rasa di luar Kedutaan Besar Rusia untuk menentang serangan-serangan udara yang dilancarkan Rusia ke daerah yang dikuasai pasukan pemberontak di kota Aleppo, Suriah.
"Mungkin Kementerian Luar Negeri Inggris ingat akan Konvensi Wina dan Inggris Raya terikat kewajiban untuk bertanggung jawab atas keamanan misi diplomatik Rusia di teritorinya," kata Juru Bicara Kremlin Dimitry Peskov dalam konferensi pers melalui telepon yang dilansir Reuters.
Pesawat-pesawat tempur Rusia pada hari Selasa sendiri dikabarkan melanjutkan pengeboman di wilayah Aleppo timur yang dikuasai pemberontak setelah beberapa hari yang relatif tenang, demikian menurut seorang pejabat pemberontak dan kelompok Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia.
Serangan udara sebagian besar mengenai wilayah Bustan Al Qasr, kata Zakaria Malhifji dari kelompok pemberontak Fastaqim di Aleppo kepada wartawan Reuters. "Ada pengeboman baru dan itu gencar," ujarnya.
Observatorium mengatakan jumlah korban tewas akibat pengeboman Bustan Al Qasr, Fardous dan wilayah lainnya meningkat menjadi setidaknya 25 orang, dan sejumlah orang lainnya terluka.
Sedikitnya 50 warga sipil tewas karena sejumlah serangan terhadap bagian-bagian kota dan desa yang diduduki pemberontak menurut warga setempat dan pekerja penyelamat.
Di Bustan Al Qasr, warga mengatakan serangan itu mengenai sebuah pusat medis dan sebuah taman bermain anak-anak.
Tentara Suriah, yang didukung oleh milisi yang dibantu oleh Iran, juga mengatakan bahwa mereka telah memperkuat kendali mereka atas Al Jandoul di sebuah persimpangan besar yang ada di bagian utara Aleppo.
Moskow dan Damaskus mengurangi serangan udara mereka di kota bagian utara minggu lalu. Militer Suriah mengatakan itu dilaksanakan sebagian untuk memperbolehkan warga meninggalkan wilayah-wilayah yang diduduki oleh oposisi. Pemerintah Suriah mengatakan pemberontak yang bersembunyi di Aleppo bisa meninggalkan lokasi bersama keluarga mereka jika mereka meletakkan senjata.
Akan tetapi, para pemberontak menyebut tawaran itu sebagai sebuah pembohongan.
Presiden Bashar Al Assad berusaha untuk merebut kembali Aleppo sepenuhnya. Kota itu merupakan kota terbesar Suriah sebelum perang meletus lima setengah tahun lalu, yang telah membagi kota itu antara wilayah yang diduduki oleh pemerintah dan pemberontak.
Sejak Rusia campur tangan dalam konflik itu satu tahun lalu, pemerintah telah memperoleh kemenangan di sejumlah lokasi, termasuk di Aleppo, di mana oposisi sepenuhnya mengepungnya selama berminggu-minggu.
Para pemberontak telah bergerak di tempat lain, termasuk di provinsi Hama yang ada di bagian selatan, tempat mereka menduduki sejumlah kota dan desa bulan lalu.
Namun dalam beberapa hari terakhir pasukan pemerintah telah berhasil merebut kembali sejumlah wilayah.
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara