Menuju konten utama

Rusia Sebut Kasus Peracunan Mata-Mata Hanya Pengalihan Isu Brexit

“Ini bisa menjadi kepentingan pemerintah Inggris yang tengah terjebak situasi, setelah gagal memenuhi janji kepada pemilih mengenai syarat untuk Brexit.”

Rusia Sebut Kasus Peracunan Mata-Mata Hanya Pengalihan Isu Brexit
Ilustrasi orang keracunan gas. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyatakan kasus peracunan eks mata-mata Sergei Skripal bisa menguntungkan pemerintah Inggris dengan mengalihkan perhatian masyarakat dari perkara Brexit.

“Ini bisa menjadi kepentingan pemerintah Inggris yang tengah terjebak situasi, setelah gagal memenuhi janji kepada pemilih mengenai syarat untuk Brexit,” ujar Lavrov di sebuah konferensi pers di Moskow, pada Senin (2/4/2018) merujuk pada rencana perpisahan Inggris dari Uni Eropa.

Lavrov mengungkapkan peracunan Sergei Skripal dan putrinya juga bisa menjadi kepentingan pasukan khusus Inggris dalam bertindak dengan menggunakan izin membunuhnya.

“Ada banyak alasan dan semuanya tidak bisa dikesampingkan,” ungkap Lavrov seperti dikutip AFP.

Sementara itu, Inggris mengatakan terdapat kemungkinan besar Rusia dalang di balik serangan yang menggunakan racun saraf yang dikembangkan Uni Soviet, sebuah pandangan yang didukung sekutu Barat.

Pada 4 Maret 2018 lalu seorang eks mata-mata Rusia, Sergei Skripal (66) dan putrinya, Yulia (33) ditemukan terbujur kaku dan tak sadarkan diri di sebuah bangku taman di Salisbury, Inggris. Kini Skripal dan Yulia sedang dalam keadaan kritis dan dirawat secara intensif. Theresa May mengatakan kepada Parlemen Inggris, Rusia secara langsung bertanggung jawab baik karena meracuni atau mengizinkan racun saraf tersebut berpindah tangan ke orang lain.

Kepada Dewan Keamanan PBB, wakil duta besar Inggris, Jonathan Allen, menuduh Rusia melanggar kewajibannya berdasarkan Konvensi Larangan Senjata Kimia. Ia mengklaim telah mendapat ancaman dari Rusia namun menyatakan Inggris tidak akan berhenti.

"Kami akan bertahan dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh mayoritas mayoritas di dewan PBB ini dan kami meminta Anda hari ini, untuk mendukung kami," kata Allen seperti dilansir BBC.

Menanggapi hal itu, duta besar Rusia untuk PBB, Vasily Nebenzya, membantah keterlibatan Moskow dalam serangan tersebut dan menuntut bukti material dari Inggris untuk mendukung tuduhannya.

“Kami menuntut bukti material disediakan mengenai dugaan ditemukannya jejak Rusia dalam peristiwa yang memiliki gema kuat ini. Tanpa ini, pernyataan bahwa ada kebenaran yang tak terbantahkan bukanlah sesuatu yang bisa kami terima," papar Nebenzya, Rabu (14/3/2018).

Novichok, dalam bahasa Rusia berarti "pendatang baru". Racun ini dikembangkan pada masa Uni Soviet pada 1970-an. Senjata kimia generasi keempat itu dikembangkan secara rahasia, dan diberi kode program "Foliant".

Berdasarkan laporan dari BBC beberapa varian Novichok sudah diproduksi sebagai bagian dari senjata kimia yang digunakan Rusia.

Baca juga artikel terkait NOVICHOK atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Politik
Reporter: Yulaika Ramadhani
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yulaika Ramadhani