tirto.id - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa (13/11/2018) pagi, melemah sebesar 37 poin menjadi Rp14.867 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.830 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Senin (12/11/2018), tercatat mata uang rupiah melemah menjadi Rp14.747 dibanding sebelumnya Jumat (9/10/2018) di posisi Rp14.632 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Senin, mengatakan pelemahan rupiah dipengaruhi oleh dolar AS yang cenderung bergerak naik terhadap mayoritas mata uang dunia.
"Data inflasi Amerika Serikat akan dirilis pada pekan ini, diperkirakan menunjukkan kenaikan seiring meningkatnya harga konsumen AS pada bulan Oktober," katanya.
Ia menambahkan meningkatnya inflasi maka peluang bagi the Fed untuk menaikan suku bunganya akan cukup terbuka. Apalagi, the Fed pada awal bulan ini juga telah menyampaikan normalisasi kebijakan suku bunga masih dalam jalurnya.
"Pergerakan dolar AS cukup solid karena outlook kenaikan suku bunga AS dan data ekonomi AS yang optimis," katanya.
Kendati demikian, menurut dia, penguatan dolar AS masih relatif terbatas terkendala Pemilu Sela Amerika Serikat yang hasilnya menimbulkan kemungkinan perubahan peta politik, dimana Partai Demokrat memenangi suara dalam DPR AS.
"Agenda legislatif Presiden AS Donald Trump dapat terhambat di parlemen," katanya.
Sementara itu, pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk Rully Nova mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah masih relatif wajar setelah sempat menguat hingga menyentuh level Rp14.400-an per dolar AS.
"Pergerakan rupiah dalam hariannya akan bervariasi seiring sentimen yang beredar di pasar. Data ekonomi nasional yang masih cukup baik masih menjaga kepercayaan pasar sehingga pelemahannya tidak lebih dalam," katanya.
Penulis: Yantina Debora
Editor: Yantina Debora