Menuju konten utama

Rubik Kubus dan Rumus-rumus yang Dihapal Mati

Layaknya puzzle, rubik kubus seharusnya dipecahkan dengan menggunakan logika dan kemampuan spasial, bukan dengan menghapal rumus-rumus yang bahkan si penghapal tak paham asal usulnya.

Rubik Kubus dan Rumus-rumus yang Dihapal Mati
Seorang peserta menyelesaikan kubus rubik dengan menggunakan kakinya ketika ia bersiap untuk kejuaraan kubus rubik Eropa di Praha, Republik Ceko, Jumat (15/7). Antara foto/reuters/david w cerny/cfo/16

tirto.id - Sejak 1983 hingga 2009, hidup seorang warga Inggris bernama Graham Parker tak tenang sebab ada satu persoalan yang tak kunjung bisa dipecahkannya selama 26 tahun itu. Persoalan itu bernama rubik kubus.

Parker pertama kali membeli rubik pada 1983, ketika usianya 19 tahun. Dia kemudian berkomitmen untuk memecahkan puzzle tiga dimensi itu dengan kemampuannya sendiri, tanpa mencari tahu trik-triknya.

Saking terobsesinya dengan rubis kubus, Parker sampai menderita susah tidur dan sakit pinggang. Ia juga melewatkan beberapa peristiwa penting dalam hidupnya. Jika ada acara keluarga atau pesta di rumah teman, ia memilih diam di rumah, berusaha memecahkan teka-teki rubik kubus itu.

Upaya menyelesaikan teka-teki rubik dilakukannya bertahun-tahun. Beberapa teman telah menawarkan diri untuk memecahkannya. Tahun 2000-an, rumus dan trik cara menyelesaikan rubik kubus juga sudah bertaburan di Internet. Hanya saja, Parker konsisten tak melanggar komitmennya.

Parker sudah berupaya menyelesaikan rubik itu sejak ia masih lajang. Sampai menikah dan menjadi seorang ayah, ia tak kunjung berhasil memecahkannya. Barulah pada 2009 Parker bisa bernapas lega. Setelah 26 tahun, ia berhasil memecahkannya.

Keberhasilan Parker memecahkan rubik kubus menjadi pemberitaan di banyak media, Telegraph salah satunya. Dari media itulah kisah Parker dan rubiknya saya kutip.

Rubik pertama kali ditemukan pada 1974, oleh seorang profesor muda bidang arsitektur di Budapest bernama Erno Rubik. Hanya sembilan tahun sebelum Parker membeli rubik pertamanya.

Saat pertama kali diciptakan, rubik kubus diberi nama “kubus ajaib”. Penciptanya membutuhkan waktu satu bulan untuk menyusun puzzle tiga dimensi yang diciptakannya sendiri. Erno juga menggunakan rubik untuk mengajarkan hubungan spasial kepada mahasiswanya. Hubungan spasial adalah hubungan posisi objek di dalam ruang.

Setelah memperkenalkan kubus ajaib kepada mahasiswa dan teman-temannya, Erno mulai melihat adanya potensi bagi kubus ciptaannya menjadi permainan yang dipasarkan ke seluruh dunia. Erno mendapatkan paten atas kubus ajaibnya pada 1975.

Produksi dalam skala besar pertama dilakukan pada 1977 dan didistribusikan oleh Politechnika. Waktu itu, kubus ajaib hanya dijual ke toko mainan di Budapest. Dua tahun kemudian, Erno menandatangani kesepakatan dengan Ideal Toys, kubus ajaibnya dipamerkan hingga ke London, Nuremberg, dan New York. Nama “Rubic's Cube” juga dipilih untuk menggantikan “kubus ajaib”.

Infografik Rubik

Rubik Cube atau Rubik Kubus pertama kali dipasarkan secara internasional pada 1980. Hingga kini, ada sekitar 350 juta rubik telah terjual. Diperkirakan satu dari tujuh orang yang hidup di bumi pernah bermain rubik.

Kini, tak banyak orang yang mau menyelesaikan puzzle pada rubik tanpa membaca dan menghapal rumusnya ataupun dengan menonton video tutorial. Kalaupun ada yang berusaha memecahkannnya, akan sulit sekali, sebab ada lebih dari 43 juta triliun kemungkinan.

Saya mulai bisa menyelesaikan teka-teki rubik pada 2009, saat sudah duduk di bangku kuliah. Sebelum itu, bagi saya, rubik hanya teka-teki yang tak mungkin bisa saya pecahkan. Beberapa kali saya memutar-mutar kubus ajaib itu. Hanya tiga sisi kubus yang warnanya bisa saya seragamkan.

Tahun 2009 itu, seorang teman datang, membawa rubik, memutar-mutar sisinya, dengan mulut yang tampak komat-kamit. Ternyata ia sedang menghapal rumusnya. Rumus itu lalu diberitahukan kepada saya, dan saya hapalkan. Sesaat, menyelesaikan teka-teki rubik menjadi mudah sekali. Beberapa teman yang lain juga ikut menghapal rumusnya dan kami mempraktikkannya bersama-sama.

Alih-alih menjadi puzzle yang harus dipikirkan penyelesaiannya, di tangan kami, rubik hanya menjadi permainan adu kecepatan menghapal rumus dan mengaplikasikannya. Rumus itu kami hapal mati. Yang menentukan siapa paling cepat bisa menyelesaikan hanyalah kecepatan gerak tangan dan kualitas rubik yang dimiliki. Ada yang gampang sekali diputar, ada yang sering macat sebab bukan rubik asli.

Saat ini, dengan akses informasi yang sulit dibendung, mencari rumus menyelesaikan rubik gampang sekali. Coba saja ketik kata rubik cube di mesin pencari, selain artikel Wikipedia yang muncul paling atas, temuan selanjutnya adalah tentang cara menyelesaikan rubik kubus. Berbagai tutorial pun tersedia di Youtube. Maka, tak akan ada yang mau menghabiskan 26 tahun seperti Graham Parker hanya untuk memikirkan cara menyelesaikan teka-teki rubik kubus. Tak ada lagi keajaiban dari kubus ajaib Erno Rubik.

Baca juga artikel terkait RUBIK atau tulisan lainnya dari Wan Ulfa Nur Zuhra & Wan Ulfa Nur Zuhra

tirto.id - Hobi
Penulis: Wan Ulfa Nur Zuhra & Wan Ulfa Nur Zuhra
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti

Artikel Terkait

Lomba Rubik di Dalam KRL
Minggu, 29 Juli 2018

Lomba Rubik di Dalam KRL