tirto.id -
Hal ini disampaikan Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polri Brigjen Arthur Tampi di RS Polri Kramat Jati. Arthur menegaskan sampai sekarang ia hanya menerima kantung jenazah dengan isi potongan bagian tubuh korban kecelakaan pesawat JT-610.
"Tidak ada satupun dari kantung jenazah itu yang kita terima dalam bentuk jenazah yang masih utuh. Kaitan dengan itu maka kita akan melakukan proses identifikasi ini akan rumit dibanding dengan menemukan jenazah yang masih utuh atau relatif utuh," tegas Arthur.
Arthur menyatakan pihaknya akan memakai metode yang paling lama dan memakan biaya mahal, yakni identifikasi DNA. Hal ini karena identifikasi melalui gigi gerigi dan sidik jari belum dimungkinkan.
Arthur juga berharap keluarga segera memberikan data-data sekunder yang akan membantu menguatkan proses identifikasi seperti foto korban dan sebagainya. Dia juga meminta agar pihak keluarga yang terhubung langsung bisa datang terkait dengan identifikasi melalui DNA.
"Sampai saat ini yg kita terima data antem mortem itu sudah 185 dan yang kemudian yang kita ambil DNAnya sekitar 72 dan masih berlangsung hingga saat ini. Yang datang kadang-kadang memang bukan garis keturunannya," katanya lagi.
Menurut Wakapolri Komjen Ari Dono Sukmanto, petugas forensik menemukan adanya berbagai potongan tubuh dalam satu kantung. Di antara potongan itu, ada bagian tubuh bayi sampai dengan orang dewasa.
"Iya jadi yang saya lihat tadi memang potongan-potongan tubuh sudah juga ada bayi, dewasaa sebagian besar, ada juga material, sepatu, itu yg saya lihat tadi. Mudah mudahan segera lah. Karena tadi agak besar-besar tadi [potongannya]," kata Ari.
Memang dari 24 kantung mayat yang terkirim sampai jam 23.30 hari Senin (29/10/2018) nampak beberapa kantung tidak berbentuk utuh seperti tubuh orang dewasa. Di antara penumpang yang ikut, diketahui bahwa ada dua bayi yang ikut pergi.
Pesawat Lion Air jatuh di koordinat S 5’49.052” E 107’ 06.628” yang berada di sekitar Karawang, Jawa Barat setelah 13 menit mengudara.
Pada pukul 06.33 WIB, pesawat yang diperkirakan membawa total 189 penumpang dengan rincian 178 orang dewasa, 1 anak, 2 bayi infant, 8 kru pesawat itu kehilangan kontak. Ada satu teknisi yang juga turut dalam penerbangan ini untuk memastikan pesawat laik terbang.
Pesawat yang jatuh ini buatan 2018 dan baru dioperasikan Lion Air sejak 15 Agustus 2018 . Pesawat dinyatakan laik operasi.
Pesawat dikomandoi Capt. Bhavye Suneja dengan copilot Harvino bersama enam awak kabin atas nama Shintia Melina, Citra Noivita Anggelia, Alviani Hidayatul Solikha, Damayanti Simarmata, Mery Yulianda, dan Deny Maula. Kapten pilot sudah memiliki jam terbang lebih dari 6.000 jam terbang dan copilot telah mempunyai jam terbang lebih dari 5.000 jam terbang.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Maya Saputri