tirto.id - Pihak Rumah Sakit (RS) Mitra Keluarga buka suara terkait meninggalnya bayi Debora yang diduga akibat telatnya penanganan di rumah sakit yang berada di Kalideres, Jakarta Barat itu. Kasus ini ramai dibicarakan warganet di media sosial, bahkan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Thahjo Kumolo ikut merespons kasus ini.
Saat dikonfirmasi Tirto, Minggu (10/9/2017), Humas RS Mitra Keluarga Een Haryani membantah pihaknya menunda pelayanan karena faktor biaya. Ia mengkalim, RS Mitra Keluarga telah melakukan penanganan terhadap bayi Debora.
"Kondisi setelah dilakukan intubasi lebih baik, sianosis (kebiruan) berkurang, saturasi oksigen membaik, walaupun kondisi pasien masih sangat kritis," kata Een.
Akan tetapi, kata Een, kondisi bayi Deborah mendadak kembali kritis. Tim dokter menyarankan untuk melakukan perawatan di ICU kepada orangtua Deborah.
“Mereka mengaku tidak punya dana. Kami tanya apakah ada BPJS. Mereka bilang punya. Dokter merujuk ke rumah sakit yang bekerjasama dengan BPJS," kata Een.
Een menyatakan, dokter RS Mitra Keluarga pun masih berkomunikasi dengan dokter di rumah sakit tempat Deborah dirujuk. Tapi, tak berselang lama perawat yang melakukan monitoring melaporkan keadaan Deborah memburuk.
“Dokter melakukan penanganan 20 menit dengan resuitasi jantung, tapi gagal. Pasien tidak bisa diselamatkan,” katanya.
Sebelumnya, Mendagri Tjahjo Kumolo menyayangkan meninggalnya bayi Debora, pada 3 September lalu akibat telatnya penanganan di RS Mitra Keluarga, Kalideres, Jakarta Barat.
“Rumah Sakit yang hanya berfikir uang harus diberi sanksi sosial oleh masyarakat dan pers,” kata Tjahjo Kumolo melalui rilis yang diterima Tirto, Minggu (10/9/2017).
Tjahjo juga mengkritik sikap RS Mitra Keluarga yang lamban menangani bayi Deborah, padahal keadaannya sedang kritis. Tjahjo menyatakan, seharusnya pihak rumah sakit bertindak cepat, bukan malah merujuk ke rumah sakit lainnya.
"Kalau sudah stabil baru dirujuk," kata Tjahjo.
Meski begitu, Tjahjo menyadari lemahnya undang-undang yang mengatur perihal pelayanan rumah sakit belum kuat. Oleh karenanya, masyarakat diminta untuk pintar memilih rumah sakit.
“Jangan pilih rumah sakit yang tidak manusiawi,” kata Tjahjo.
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Abdul Aziz