tirto.id - Rumah sakit khusus penanganan wabah virus corona di Wuhan, Cina yakni RS Huoshenshan yang disahkan oleh pemerintah Tiongkok pada Senin (3/2/2020) lalu didesain seorang arsitek bernama Huang Xiqiu yang ternyata merupakan alumnus Chung Hua School di Kabupaten Jember, Jawa Timur.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh salah satu guru Chung Hua School, Iwan Natawidjaja di Jember, Jawa Timur.
"Memang benar Huang Xiqiu pernah sekolah Chung Hua School atau disebut Chung Hua Xie Xiao sebelum saya menjadi guru di sana," ujar Iwan seperti dilansir dari Antara, Jumat (7/2/2020).
Rumah sakit yang pembangunannya hanya dikerjakan secara singkat yakni 10 hari dengan sejumlah fasilitas medis yang lengkap dengan 1.000 tempat tidur dibuat oleh Wuhan CITIC Design Institute and Constructed yang merupakan bagian dari perusahaan konstruksi Tiongkok, China Construction Third Engineeing Bureau Co.Ltd.
Arsitek yang mendesainnya yakni Huang Xiqiu diketahui lahir di Indonesia dan sempat mengenyam pendidikan SD dan SMP di Chung Hua School Jember, bahkan orang tuanya juga tinggal di Jember hingga meninggal dunia.
Menut Iwan, saat dirinya mengajar, Huang Xiqiu sudah tidak lagi bersekolah di sana, tetapi dua adiknya masih mengenyam pendidikan di sekolah Tionghoa tersebut dan orangtuanya juga menjadi pengurus sekolah.
"Saya mengajar di Chung Hua School Jember pada tahun 1958, namun saat itu Huang Xiqiu sudah melanjutkan studinya ke SMA di Surabaya karena saat itu tidak ada SMA di Jember," jelas Iwan.
"Adik-adiknya juga sangat pandai, dan mereka setelah lulus di Chung Hua School mengikuti jejak kakaknya sekolah di Tiongkok juga. Huang Xiqiu dulu juga pernah menjadi ketua organisasi sekolah, mungkin kalau sekarang namanya OSIS," tambahnya.
Chung Hua School merupakan sekolah Tionghoa yang terbesar yang didirikan di Jember dan sekolah tersebut merupakan sekolah yang berada di bawah naungan Tionghoa Hwee Koan.
Chung Hua School menyediakan pendidikan taman kanak-kanak (yu er yen), pendidikan sekolah rendah (siao xie) hingga sekolah menengah pertama (chung xie), namun sekolah tersebut ditutup pada 1966 akibat situasi politik Indonesia.
Sekolah itu menggunakan kurikulum tersendiri yang berbeda dengan sekolah yang didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda karena mengacu pada kurikulum sekolah Tiongkok.
Penulis: Dewi Adhitya S. Koesno
Editor: Agung DH