tirto.id - Juventus berhasil lolos ke babak perempat-final Liga Champions Eropa. Mereka berhasil menyingkirkan Atletico Madrid 3-0 dalam leg kedua 16 besar Liga Champions Eropa yang digelar di Stadion Allianz, Turin, Rabu (13/3/2019).
Juventus lolos karena unggul agregat 3-2 dari Atletico Madrid, setelah sebelumnya kalah 2-0 pada leg pertama. Bintang kemenangan Juventus pada pertandingan itu adalah pemain yang benar-benar paling diharapkan untuk menjadi juru selamat: Cristiano Ronaldo.
Ronaldo mencetak hattrick dalam pertandingan itu. Menurut Opta, itu adalah hattrick kedelapan Ronaldo dalam gelaran Liga Champions Eropa, menyamai rekor Lionel Messi, saingan abadinya.
"Ini," kata Ronaldo setelah pertandingan, "adalah alasan mengapa Juventus membeliku: untuk menolong menciptakan malam ajaib seperti ini."
Pujian untuk Ronaldo tidak hanya datang dari dirinya sendiri, tentu. Mantan bintang Real Madrid juga mendapatkan pujian dari sejumlah pandit sepakbola, seperti Jonathan Wilson serta Paolo Bandini.
Wilson menyebut "Ronaldo membayar kepercayaan yang diberikan Juventus dengan heroic hattrick di UCL", sementara Bandini mentwit, "April 2018 lalu, Ronaldo mendapatkan standing ovation dari para penggemar Juventus setelah tampil gemilang saat Real Madrid menang 0-3 atas Si Nyonya Tua. Sebelas bulan setelah itu, ia lagi-lagi mendapatkan standing ovation dari fans Juventus. Kali ini, karena ia menjadi bintang Juventus kala Si Nyonya Tua menang 3-0 atas tim yang berasal dari Madrid.”
Seperti pada pertandingan leg pertama, Ronaldo tampil menonjol dalam pertandingan leg kedua. Ia masih rajin bergerak, ke kanan, ke kiri, hingga sesekali ke belakang untuk menjeput bola. Namun, jika pada pertandingan pertama ia nampak berjuang sendiri di lini depan, pada pertandingan kedua ini ia mendapatkan dukungan penuh dari rekan-rekannya. Semua outfield player mendukungnya; pemain-pemain Juventus berani tampil menyerang. Dan itulah yang menjadi pembeda.
Statistik lantas bisa menjadi pembanding: Menurut Whoscored, Ronaldo melakukan tujuh percobaan tembakan ke arah gawang pada pertandingan pertama tapi tak mampu mencetak satu gol pun. Pada pertandingan kedua, meski hanya melakukan lima kali percobaan tembakan ke gawang, ia berhasil mencetak tiga gol.
Yang menarik, efektivitas Ronaldo di lini depan itu ternyata bukan hanya soal permainan menyerang Juventus, tapi juga karena pakem menyerang yang dirancang dengan matang.
Pada babak penyisihan grup Liga Champions serta dalam sebuah pertandingan di La Liga, Dortmund dan Real Madrid pernah mengajarkan bahwa Atletico Madrid mempunyai kelemahan di sisi lapangan. Saat mereka ditekan dari sisi tersebut, pertahanan terorganisir mereka bisa dibikin berantakan. Tahu itu, dan seolah ingin membayar kesalahannya pada pertandingan leg pertama, sisi kanan dan sisi kiri pertahanan Atletico lantas menjadi sasaran tembak anak asuh Massimiliano Allegri.
Bermain dengan formasi 3-4-3, Allegri menempatkan Joao Cancelo sebagai wing-back kanan dan Leonardo Spinazzola sebagai wing-back kiri. Instruksi kepada mereka jelas: menyerang sisi lapangan Atletico layaknya sebuah mesin. Sementara Emre Can dan Giorgio Chiellini, dua bek tengah terluar Juventus, akan memberikan dukungan dari lini belakang, Miralem Pjanic dan Leonardo Bonucci mempunyai tugas untuk memindahkan alur serangan, dari kiri ke kanan atau sebaliknya, secepat mungkin.
Selain itu, di depan Cancelo dan Spinazzola, ada Federico Bernardeschi yang rajin berpindah tempat dari kanan ke kiri.
Pendekatan ini kemudian dilengkapi dengan umpan-umpan silang yang sudah dirancang sedemikian rupa. Umpan silang biasanya itu diarahkan ke Cristiano Ronaldo yang bergerak ke tiang jauh. Sasarannya: dua full-back lawan yang cenderung lemah dalam duel udara.
"Dengan mengandalkan kemampuan duel udara Ronaldo, terutama saat menghadapi tim yang bermain sempit, pendekatan ini cenderung diterapkan Juve," tulis Michael Cox, analis sepakbola Inggris, yang datang langsung ke Stadion Allianz.
Hitung-hitungan Allegri itu ternyata tepat sasaran. Karena Atletico memilih bermain pasif dan sempit, mereka harus menanggung akibatnya. Setidaknya, gol pertama dan kedua Juventus bisa menjadi bukti suksesnya pendekatan Allegri tersebut.
Gol pertama Juventus berawal dari umpan silang yang dilakukan Bernardeschi dari sisi kiri pertahanan Atletico. Umpan itu mengarah ke Cristiano Ronaldo yang berada di tiang jauh. Ronaldo kemudian berhasil menyundul bola ke dalam gawang Atleti setelah menang duel atas Juanfran, full-back kiri Atletico.
Gol kedua Juventus pun tak jauh beda dari gol pertama. Dari sisi kanan, Cancelo mengirim umpan silang ke arah tiang jauh. Bola itu lagi-lagi mengarah ke Ronaldo yang kemudian berhasil menyelesaikan peluang itu setelah menang duel atas Santiago Arias, full-back kanan Atletico.
Setelah unggul 2-0 dan tahu bahwa Atletico tak bisa memberikan perlawanan berarti, Juventus semakin mudah mendominasi pertandingan. Dari sana, Allegri membikin Juventus bermain lebih menyerang: Paolo Dybala dan Moise Kean, dua pemain berkarakter menyerang dimasukkan, menggantikan Spinazzola serta Mario Mandzukic; Bernardeschi digeser menjadi wing-back kiri.
Perubahan itu mempunyai tujuan: di sisi lapangan, Juventus tidak akan menyerang hanya dengan mengandalkan umpan silang, tapi juga dengan pergerakan penetratif. Sekali lagi, hitung-hitungan ternyata Allegri tepat sasaran. Gol ketiga Juventus bermula dari penetrasi yang dilakukan Bernardeschi di sisi kanan pertahanan Atletico. Gol ini lantas mengunci hasil pertandingan.
Untuk semua itu, dari permainan hebat Ronaldo hingga keberanian Allegri, Juventus memang pantas menang dalam pertandingan tersebut. Bermain menyerang adalah satu hal, tetapi menghilangkan rasa takut adalah perkara lain.
Editor: Mufti Sholih