Menuju konten utama

Ridwan Kamil soal Penolakan Warga di Jaktim: Ujungnya Salaman

RK sebut penolakan warga di Jakarta Timur saat dirinya ke Bamus Betawi hanya miskomunikasi. Apa yang terjadi?

Ridwan Kamil soal Penolakan Warga di Jaktim: Ujungnya Salaman
Pasangan bakal calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta, Ridwan Kamil (RK)-Suswono, menemui mantan gubernur Jakarta, Sutisyo, di Museum Bang Yos, Jatisampurna, Kota Bekasi, Jawa Barat, Kamis (12/9/2024). tirto.id/ Rahma Dwi Safitri

tirto.id - Bakal calon gubernur DKI Jakarta, Ridwan Kamil, merespons soal dirinya yang disebut mengalami penolakan warga saat hendak bersilaturahmi ke kantor Badan Musyawarah (Bamus) Betawi di Rawa Bunga, Jatinegara, Jakarta Timur, Jumat (8/9/2024).

Mantan gubernur Jawa Barat yang akrab disapa RK itu mengatakan, dirinya dan bakal calon wakil gubernurnya, Suswono, saat itu datang dengan niat baik, salah satunya menanyakan mengenai permasalahan yang dihadapi warga.

“Kan kami punya niat baik, saya dan Pak Suswono punya niat baik. Datang juga kulonuwun [permisi], tidak asal tiba-tiba datang tanpa permisi, kan. Di dalam kedatangan kami sampaikan ingin belajar, apa masalah di wilayah itu, apa masalah di kelompok itu,” kata RK saat menemui wartawan di Museum Bang Yos, Jatisampurna, Kota Bekasi, Jawa Barat, Kamis (12/9/204).

RK menegaskan hal tersebut hanyalah miskomunikasi dengan pihak kepanitiaan dan bentuk dari dinamika lapangan. Pada akhirnya, kata dia, setelah berkomunikasi, dukungan akan diberikan.

“Kadang-kadang hanya komunikasi dari kepanitiaan saja. Untuk saya ke Bamus Betawi kan, jadi terjadi dinamika di lapangan. Ujungnya, kan, salaman, selfie sama saya, mendukung juga,” kata RK.

Politikus Partai Golkar itu menambahkan, “Jadi bukan penolakan, jadi ada acara, koordinasinya belum 100 persen gitu. Karena kurang koordinasi, jadi gitu. Kan bukan ke saya saja. Kurang lebih gitu.”

Menurut RK, masalah Bamus Betawi adalah persoalan koordinasi pada level RT. “Jadi ada hal-hal kecil yang kadang-kadang, mohon oleh media juga diberitakan secara profesional,” ujar dia.

RK melihat peristiwa ini sebagai proses dalam demokrasi dan ekspresi dari masyarakat. Dia menyebut permasalahan seperti ini sudah biasa terjadi dalam pesta demokrasi.

“Tapi bagi saya, dalam alam demokrasi, ekspresi menyukai, tidak menyukai, menerima, menolak, biasa saja,” ujar RK.

“Jadi saya sudah dua kali pilkada, hal dinamika seperti itu ini selalu menyertai pesta demokrasi kita, jadi saya santai aja,” pungkas dia.

Baca juga artikel terkait PILKADA 2024 atau tulisan lainnya dari Rahma Dwi Safitri

tirto.id - Politik
Reporter: Rahma Dwi Safitri
Penulis: Rahma Dwi Safitri
Editor: Abdul Aziz