tirto.id - Menteri Luar (Menlu) Negeri RI, Retno LP Marsudi mengintensifkan koordinasi dengan Menlu Filipina Jose Rene Almendras untuk menyelamatkan sepuluh anak buah kapal (ABK) yang disandera kelompok militan Abu Sayyaf.
“Menlu Retno berkunjung ke Filipina untuk berkoordinasi langsung dengan Menlu Almendras pada Jumat (1/4/2016) lalu,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, Arrmanatha Nasir di Jakarta, Senin, (4/4/2016).
Arrmanatha Nasir tidak bersedia menjelaskan hasil-hasil pertemuan tersebut. Alasannya, informasi terkait penyanderaan hanya boleh dikomunikasikan dari satu pintu, yakni Menlu Retno.
"Komunikasi dengan pemerintah Filipina terus berlangsung, saatnya nanti yang bisa disampaikan ke teman-teman pasti akan kita sampaikan," kata Arrmanatha.
Seperti diberitakan oleh kantor berita Antara, setelah memenuhi panggilan Presiden Joko Widodo, Senin, (4/4/2016) Menlu Retno mengatakan bahwa dirinya baru saja melaporkan hasil kunjungannya ke Filipina.
"Intinya bahwa kami dari pemerintah secara terkoordinir bekerja terus dengan pemerintah Filipina untuk upaya pembebasan sepuluh ABK tersebut, dan sekali lagi keselamatan ABK menjadi acuan utama dari semua opsi yang masih terbuka ini," ujar Menlu Retno.
Menlu RI menyatakan bahwa pihaknya sudah mengetahui di mana posisi dan bagaimana kondisi sepuluh WNI sandera kelompok Abu Sayyaf tersebut dalam pernyataan pers Menlu RI, Kamis (31/3/2016).
Kementerian Luar Negeri pada Senin (28/3/2016) menerima informasi yang berisikan pembajakan terhadap Kapal Tunda Brahma 12 dan Kapal Tongkang Anand 12 yang berbendera Indonesia terjadi saat dalam perjalanan dari Sungai Puting Kalimantan Selatan menuju Batangas, Filipina Selatan.
Saat ini, Kapal Brahma 12 sudah dilepaskan dan sudah di tangan otoritas Filipina, sementara Kapal Anand 12 dan sepuluh awak kapal WNI masih berada di tangan pembajak.
(ANT)