Menuju konten utama

Remy Sylado Meninggal: Profil & Rekam Jejak Seniman Lintas Zaman

Remy Sylado meninggal dunia, ini profil dan jejak kariernya.

Remy Sylado Meninggal: Profil & Rekam Jejak Seniman Lintas Zaman
Sastrawan Remy Sylado menyanyikan puisinya pada penutupan Festival Sastra ASEAN di halaman parkir TIM, Jakarta, Minggu (23/3) malam. (ANTARA FOTO/Dodo Karundeng)

tirto.id - Remy Sylado meninggal dunia pada 12 Desember 2022. Kabar Remy Sylado meninggal disampaikan oleh Fadli Zon pada Senin (12/12/2022) melalui Twitter.

Fadli Zon mengucapkan duka sambil mengunggah foto saat menjenguk Remy Sylado. Dalam foto itu, tampak kondisi Remy sudah lemah dan hanya terbaring di tempat tidur.

"Selamat jalan Bang Remy Sylado. Baru beberapa hari lalu ngobrol tentang Elvis Presley dan manajernya Kolonel Tom Parker. RIP," tulis Fadli.

Salah satu anak Remy Sylado, Pras mengonfirmasi kabar yang disampaikan Fadli. Ia mengatakan ayahnya meninggal pada Senin siang. Saat ini jenazah masih disemayamkan di rumah keluarga di Cipinang.

Riwayat Sakit Remy Sylado

Remy Sylado meninggal setelah sakit dalam beberapa bulan terakhir. Ia sempat dibawa dibawa ke RS Tarakan pada Januari lalu. Setelah diobservasi selama dua hari, Remy menjalani operasi hernia.

Setelah lima hari beristirahat di rumah sakit usai operasi, Remy diizinkan pulang ke rumah. Selain Hernia, Remy Sylado juga stroke dan katarak. Namun, ia belum bisa menjalani perawatan secara sekaligus karena kondisi fisiknya.

Remy pertama kali mengalami stroke pada 2019 dan sempat dibawa ke rumah sakit. Setelah mendapat perawatan, kondisi Remy membaik dan dibawa pulang ke rumah. Namun, ia kembali mengalami stroke pada 2020.

Remmy Sylado terakhir berobat ke rumah sakit pada Desember 2020. Setelah itu, pria berusia 77 tahun ini menjalani perawatan jalan di rumah.

Profil Remy Sylado: Wartawan & Seniman Lintas Zaman

Remy Sylado memiliki nama asli Japi Panda Abdiel Tambajong. Ia lahir pada 12 Juli 1945 di Makassar, saat masa penjajahan Jepang. Remy Sylado merupakan nama penanya.

Remy dikenal sebagai seorang sastrawan, dosen, novelis, penulis, penyanyi, aktor dan mantan wartawan Indonesia keturunan Minahasa, Sulawesi Utara.

Sebagai aktor ia muncul di belasan film layar lebar dan merupakan salah satu aktor paling disegani di generasinya. Ia juga seorang penulis aktif yang beberapa karyanya telah diadaptasi ke layar lebar.

Salah satu film populer yang pernah dibuat berdasarkan tulisannya adalah Ca-bau-kan (2002) dari novel berjudul sama Ca-bau-kan: Hanya Sebuah Dosa (1999).

Penampilan Remy dalam drama romantis Tinggal Sesaat Lagi (1986), drama keluarga Akibat Kanker Payudara (1987) dan 2 dari 3 Laki-Laki (1989) mengantarkannya masuk nominasi untuk Piala Citra di Festival Film Indonesia, ketiganya sebagai Aktor Pendukung Terbaik.

Ia memulai karier sebagai wartawan majalah Tempo pada 1965), redaktur majalah Aktuil Bandung sejak 1970, dosen Akademi Sinematografi Bandung pada 1971).

Dia menulis kritik, puisi, cerpen, novel sejak usia 18 tahun, drama, kolom, esai, sajak, roman populer, juga buku-buku musikologi, dramaturgi, bahasa, dan teologi.

Remy terkenal karena sikap beraninya menghadapi pandangan umum melalui pertunjukan-pertunjukan drama yang dipimpinnya. Ia juga salah satu pelopor penulisan Puisi mBeling bersama Jeihan dan Abdul Hadi WM.

Remy pernah dianugerahi hadiah Kusala Sastra Khatulistiwa 2002 untuk novelnya Kerudung Merah Kirmizi. Remy juga dikenal sebagai seorang Munsyi, ahli di bidang bahasa.

Dalam karya fiksinya, sastrawan ini suka mengenalkan kata-kata Indonesia lama yang sudah jarang dipakai. Hal ini membuat karya sastranya unik dan istimewa.

Remy Sylado pernah dan masih mengajar di beberapa perguruan tinggi di Bandung dan Jakarta, seperti Akademi Sinematografi, Institut Teater dan Film, Sekolah Tinggi Teologi.

Selain seorang Munsyi, ia merupakan poliglot, menguasai banyak bahasa. Dalam beberapa kesempatan, dia sering berpakaian serbaputih sebagai ciri khasnya.

Selamat jalan, Remy Sylado.

Baca juga artikel terkait AKTUAL DAN TREN atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Humaniora
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Addi M Idhom