tirto.id - Direktur Utama Telekomunikasi Indonesia (Telkom) Ririek Adriansyah mengungkap selama proses pengolahan data penerima vaksin, ada beberapa masalah yang membuat proses vaksinasi COVID-19 terhambat.
Beberapa masalah tersebut seperti data yang tidak akurat mengenai tempat tinggal hingga nomor telepon calon penerima vaksin.
"Banyak yang tak teregistrasi ketika kita broadcast karena nomor ponsel sudah ganti dan mereka tidak mendaftar [lagi]," jelas dia dalam sebuah forum diskusi di Jakarta, Kamis (21/1/2021).
Dalam pendaftran vaksinasi, Kementerian Kesehatan menggandeng Telkom sebagai mitra untuk mengabarkan kepada penerima vaksin. Tahap awal, penerima vaksin 500 ribu tenaga kesehatan sudah diberitahu lewat SMS, tapi sebagian tidak datang.
Setelah ditelusuri, tenaga kesehatan kesulitan mendaftarkan diri ke aplikasi untuk mengikuti program vaksinasi. Padahal ada 1,4 juta nakes penerima vaksin gelombang pertama. Mereka dijadwalkan vaksinasi COVID-19 bulan Januari-Februari 2021.
Ririek menjelaskan, proses pemutakhiran data ini dilakukan bersamaan dengan vaksinasi masal. Dengan begitu, ke depannya data penerima vaksin akan menjadi data base yang lebih akurat.
"Banyak hal yang bisa dilakukan dengan data yang akurat dan kredibel. Ini bisa diwujudkan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Upaya membangun satu data ini tidak hanya satu pihak tetapi memerlukan banyak pihak," jelas dia.
Terkait kendala registrasi, juru bicara Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi mengatakan saat ini mereka "sedang memperbaiki" kelemahan dari aplikasi Peduli Lindungi (salah satu platform registrasi ulang).
"Dan secara paralel kita lakukan proses registrasi langsung di fasyankes, koordinasi dengan dinas kesehatan kabupaten/kota," katanya kepada reporter Tirto, Rabu (20/1/2021).
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Zakki Amali