tirto.id - Pemerintah menyatakan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) bakal ditandatangani pada 15 November 2020 mendatang. Menteri Perdagangan Agus Suparmanto memastikan RCEP tak akan membuat Indonesia semakin kebanjiran impor. Ia mengklaim RCEP justru akan berdampak bagi ekspor dan perekonomian Indonesia.
“Impor tidak mungkin akan banjir. Kami sepakat beberapa negraa ASEAN supaya jadi adanya keseimbangan antara impor yaitu trade balance,” ucap Agus dalam konferensi pers ASEAN Summit 2020: 19th ASEAN Economic Community (AEC) Council Meeting, Selasa (10/11/2020).
RCEP melibatkan 10 negara anggota ASEAN dan 5 negara lainnya, antara lain Cina, Australia, Jepang, Korea Selatan, dan Selandia Baru.
Kemendag kata Agus akan berupaya melindungi ekonomi dalam negeri. Ia bilang usai penandatanganan ada sederet proses yang bakal ditempuh seperti ratifikasi dan sosialisasi kepada pelaku usaha.
Ia yakin pelaku usaha Indonesia dapat meningkatkan ekspornya melalui RCEP. Dengan demikian, RCEP dapat menguntungkan buat Indonesia.
“Kami mempersiapkan supaya pelaku usaha kita sosialisaiskan biar mereka siap. Jangan sampai peluang-peluang ini terlewatkan,” ucap Agus.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan RCEP penting bagi pemulihan ekonomi RI usai COVID-19. Hal ini sejalan dengan proyeksi berbagai negara dunia sudah akan tumbuh positif di 2021 sehingga terbuka peluang besar untuk meningkatkan ekspor.
Airlangga bilang RCEP ini justru lebih baik dari The Trans-Pacific Partnership (TPP). Ia mencontohkan nilai perdagangan TPP setara 11 persen PDB dunia sementara RCEP mencapai 13 persen PDB dunia.
“Diharapkan ini dengan tambahan ASEAN plus 5 negara lain : Australia, Jepang, Korea Selatan bisa membantu membuka akses pasar mengungkit pemulihan ekonomi di regional,” ucap Airlangga dalam konferensi pers ASEAN Summit 2020: 19th ASEAN Economic Community (AEC) Council Meeting, Selasa (10/11/2020).
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Gilang Ramadhan