Menuju konten utama

Ratusan Ribu Demonstran Memprotes Kemerdekaan Catalunya

Aksi demonstrasi ini dimaksudkan untuk membuka fase dialog baru antara pemerintah Catalan dan Spanyol pasca-referendum kemerdekaan Catalunya yang dinyatakan ilegal.

Ratusan Ribu Demonstran Memprotes Kemerdekaan Catalunya
Warga mengikuti aksi demo mendukung dialog untuk menyelesaikan permintaan kemerdekaan Catalonia di Madrid, Spanyol, Sabtu (7/10). ANTARA FOTO/REUTERS/Sergio Perez

tirto.id - Ratusan ribu orang telah turun ke jalan-jalan di Barcelona untuk memprotes keputusan pemerintah Catalan yang bersikukuh mendorong kemerdekaan Catalunya. Aksi penolakan ini menyusul peringatan Perdana Menteri Spanyol yang mengatakan siap menangguhkan otonomi daerah Catalunya.

Demonstrasi berupa pawai pada Minggu (8/9/2017) yang diselenggarakan oleh Societat Civil Catalana, organisasi pro-kesatuan utama di Catalunya, datang seminggu setelah referendum kemerdekaan yang telah membuat Spanyol terjerumus dalam krisis politik terburuk dalam empat dasawarsa.

Mengangkat slogan "Mari memulihkan akal sehat kita", aksi ini dimaksudkan untuk membuka fase dialog baru dengan seluruh Spanyol dan menampilkan tokoh-tokoh seperti pemenang Nobel Vargas Llosa dan Josep Borrell, mantan presiden Parlemen Eropa.

Societat Civil Catalana mengatakan bahwa lebih dari 1 juta orang telah mengambil bagian, namun polisi Barcelona menempatkan jumlah demonstran sekitar 350.000 orang.

Presiden Catalan Carles Puigdemont, berada di bawah tekanan untuk berhenti sejenak menyatakan kemerdekaan. Ketidakpastian politik telah menyebabkan beberapa bisnis - termasuk bank terbesar ketiga di Spanyol - untuk memindahkan basis mereka dari Catalunya.

Menurut pemerintah Catalan, 90% peserta memilih untuk merdeka dalam referendum, sementara 7,8% menolak dan hampir 2% surat suara dibiarkan kosong.

Puigdemont dijadwalkan hadir di parlemen Catalan pada Selasa (10/10/2017) untuk "melaporkan situasi politik saat ini" dan untuk memasukkan hasil referendum ke anggota parlemen.

Langkah tersebut dinilai berpotensi memberikan kesempatan bagi deklarasi kemerdekaan sepihak di Catalunya.

"Saya harap tidak ada yang akan terjadi," Juliana Prats, seorang warga Barcelona yang ikut dalam demonstrasi tersebut, dikutip The Guardian.

"[Catalunya] akan kehilangan lebih dari [Spanyol] karena bisnis telah melarikan diri dari sini. Saya harap kondisi ini akan tetap seperti itu sampai sekarang: 40 tahun kedamaian," tambahnya.

Pemenang Nobel Vargas Llosa, yang lahir di Peru namun memiliki kewarganegaraan Spanyol, mengatakan saat demonstrasi tersebut: "Selain warga Catalan, ada ribuan pria dan wanita dari seluruh pelosok yang datang untuk memberitahu teman Catalan mereka bahwa mereka tidak sendiri. Kami ingin Barcelona sekali lagi menjadi ibukota budaya Spanyol."

Pada Sabtu (7/10/2017), puluhan ribu orang juga berkumpul di Plaza Madrid Madrid untuk mendukung Spanyol bersatu. Di puluhan kota, termasuk Barcelona, orang-orang bergabung dengan "demonstrasi putih" yang menuntut dialog.

Dengan berpakaian putih dan tanpa bendera, para pemrotes bergerak di bawah satu slogan tunggal berbahasa Spanyol dan Katalan: Hablemos / Parlem yang berarti "Ayo Bicara."

Dalam sebuah wawancara dengan El País pada Minggu, Perdana Menteri Spanyol, Mariano Rajoy, bersikeras bahwa dia akan menghentikan pemerintah Catalan yang menyatakan kemerdekaannya dalam beberapa hari mendatang. Ia bahkan memperingatkan bahwa pihak berwenang Spanyol akan menguasai wilayah tersebut dari Madrid jika diperlukan.

Rajoy mengatakan ribuan polisi sipil dan polisi nasional yang ditempatkan di Catalunya akan tetap di sana "sampai keadaan kembali normal". Ia juga menyerukan secara berulang-ulang agar pemerintah daerah menjatuhkan tuntutan kemerdekaannya.

"Kami akan menghentikan kemerdekaan terjadi," kata Rajoy kepada surat kabar tersebut. "Bisa saya katakan dengan jujur bahwa itu tidak akan terjadi. Bergantung pada bagaimana segala sesuatu berkembang, kami jelas akan mengambil keputusan yang diizinkan undang-undang tersebut.

"Saya ingin membuat satu hal yang benar-benar jelas: selama ancaman deklarasi kemerdekaan tetap berada di cakrawala politik, akan sangat sulit bagi pemerintah untuk tidak mengambil langkah."

Ketika ditanya apakah dia akan meminta pasal 155 konstitusi Spanyol, yang akan memungkinkan pemerintah Madrid untuk masuk dan mengendalikan Catalunya, dia menjawab: "Saya sama sekali tidak mengesampingkan undang-undang tersebut. Saya akan melakukan apa yang harus saya lakukan bila waktunya tiba dan itulah hal yang paling penting saat ini.”

Rajoy menggambarkan krisis kemerdekaan Catalan sebagai isu bagi Eropa secara keseluruhan.

"Ini adalah pertarungan Eropa," tegasnya. "Ini adalah pertempuran di mana nilai-nilai Eropa dipertaruhkan. Saya yakin bahwa semua pemerintah akan terus mendukung konstitusi dan kepatuhan terhadap hukum. "

Perdana Menteri Spanyol itu sekali lagi menekankan bahwa tidak mungkin ada negosiasi apapun sampai pemerintah Puigdemont mundur.

"Saya tidak akan bernegosiasi sampai ada pengembalian legalitas," kata Rajoy pada El País. "Perdana menteri negara demokratis yang maju tidak bisa bernegosiasi dengan seseorang yang mencela hukum. Begitu ada perubahan, kita akan kembali ke situasi yang berbeda dan normal - seperti yang telah kita alami selama 40 tahun terakhir di mana banyak hal telah dinegosiasikan. "

Sebuah kelompok pemimpin politik global independen, The Elders, mengatakan bahwa peristiwa baru-baru ini dapat membahayakan kemajuan demokratis yang telah dilakukan Spanyol sejak kematian Francisco Franco pada tahun 1975.

"Krisis konstitusional yang sedang berlangsung di Spanyol menuntut konsultasi dan bukan konfrontasi," kata mantan sekretaris jenderal PBB Kofi Annan, yang merupakan ketua The Elders.

"Saya mendesak pemerintah Spanyol dan pemerintah daerah Catalunya untuk memperbarui komitmen mereka terhadap sebuah resolusi melalui dialog. Mereka harus menemukan jalan keluar yang damai dari krisis ini," ujarnya.

Ratusan orang dilaporkan terluka dalam referendum Catalunya pada Minggu (1/10/2017) lalu. Petugas polisi terlihat menyerang tempat pemungutan suara, memukul pemilih, dan menembakkan peluru karet ke kerumunan orang. Pemungutan suara tersebut telah dinyatakan ilegal oleh pihak berwenang Spanyol dan pengadilan konstitusional.

Meski mengakui bahwa "segala sesuatunya bisa dilakukan dengan lebih baik atau lebih buruk lagi", Rajoy membela tindakan polisi tersebut dan mengatakan bahwa pihak berwenang memiliki kewajiban untuk mempertahankan konstitusi.

Biarpun ada upaya pihak berwenang Spanyol untuk menghentikan referendum, sebanyak 2,3 juta dari 5,3 juta pemilih terdaftar di Catalunya ikut ambil bagian. Namun, banyak pula warga Catalan yang menentang kemerdekaan dan memboikot pemilihan tersebut.

Baca juga artikel terkait REFERENDUM CATALUNYA atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Politik
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari