tirto.id - Debat capres dan cawapres putaran pertama pada Selasa malam, 12 Desember 2023 cukup panas dengan sejumlah sindiran yang Anies Baswedan lontarkan untuk Prabowo Subianto.
Debat pertama mengusung tema “Hukum, HAM, Pemerintahan, Pemberantasan Korupsi, dan Penguatan Demokrasi.” Selama debat berlangsung, ketiga pasangan capres dan cawapres menyampaikan visi misi dan program kerja mereka.
Kemudian, mereka diminta untuk menjawab sejumlah pertanyaan yang sudah dibuat oleh 11 panelis. Lalu, para capres saling lempar pertanyaan satu sama lain. Setelah itu, debat diakhiri dengan pesan penutup dari tiga capres.
Debat digelar selama 120 menit dengan komposisi 120 menit debat dan 30 menit jeda iklan. Debat terdiri dari enam segmen dengan waktu 20 menit per segmen.
Segmen pertama diisi dengan pembukaan, pembacaan tata tertib, serta penyampaian visi misi dan program kerja ketiga paslon.
Segmen kedua dan ketiga diisi dengan pendalaman visi misi dan program kerja capres. Pendalaman dilakukan dengan setiap kandidat menjawab serta menanggapi pertanyaan acak sesuai topik yang dibuat oleh panelis.
Kemudian, pada segmen keempat dan kelima diisi dengan tanya jawab antar paslon dan sanggahan. Terakhir segmen keenam digunakan untuk menyampaikan pernyataan penutup.
Rangkuman Sindirian Anies untuk Prabowo dalam Debat Pertama
Berikut ini adalah rangkuman sejumlah sindiran Anies Baswedan untuk Prabowo Subianto dalam debat pertama capres dan cawapres pada Selasa, 12 Desember 2023:
1. Anies sebut Prabowo tidak tahan jadi oposisi karena bisnis
Salah satu sindiran dari Anies adalah saat dia mengatakan bahwa Prabowo tidak tahan menjadi pihak oposisi.“Oposisi itu penting, dan sama-sama terhormat, sayangnya tidak semua orang tahan untuk berada menjadi oposisi, seperti disampaikan Pak Prabowo, Pak Prabowo tidak tahan untuk menjadi oposisi,” ucap Anies pada Selasa malam (12/12/2023) di Gedung KPU RI.
“Apa yang terjadi? Beliau [Prabowo] sendiri menyampaikan bahwa tidak berada di dalam kekuasaan membuat tidak bisa berbisnis, tidak bisa berusaha, karena itu harus berada dalam kekuasaan,” tambahnya.
“kekuasaan lebih dari soal bisnis, kekuasaan lebih dari soal uang, kekuasaan adalah soal kehormatan untuk menjalankan kedaulatan rakyat,” pungkasnya.
2. Anies sebut Prabowo tidak bisa baca data
Prabowo menagih solusi yang ditawarkan dalam penyelesaian masalah polusi di Jakarta kepada Anies usai dikucurkan dana untuk menanganinya."Susah kalau kita menyalahkan angin dari mana. Jadi saya bertanya dengan anggaran segitu besar langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk rill dalam 5 tahun mengurangi polusi," kata Prabowo.
Anies pun menyindir logika Prabowo. Ia menilai Prabowo berbicara fiksi. "Ini lah bedanya berbicara pakai data dan berbicara pakai fiksi. Ini pakai data," kata Anies.
Anies mengakui ada polusi dari dalam kota. Anies menilai, permasalahan tersebut bisa diselesaikan dengan logika mudah jika jumlah kendaraan tetap sama dan polusi berasal dari dalam Jakarta saja.
Namun, situasi tersebut tidak terjadi di Jakarta. Anies menyindir Prabowo dengan memberikan peta satelit situasi polusi Jakarta.
"Nanti kalau perlu saya kirimkan gambar satelitnya kepada bapak [Prabowo] supaya bapak bisa menyaksikan dan ini lah mengapa kita mengambil langkah itu pakai ilmu pengetahuan, pakai data dan menggunakan scientist untuk terlibat. Kalau tidak pakai itu, maka enggak akan ada langkah yang benar," klaim Anies.
3. Anies sindir Prabowo soal ordal
Berkat keputusan itu juga, Gibran Rakabuming Raka, cawapres Prabowo berhasil lolos administrasi pendaftaran Pemilu 2024. Hal ini menimbulkan kontroversi di publik, lantaran Anwar Usman merupakan paman Gibran."Bapak mendengar bahwa ternyata pencalonan persyaratannya bermasalah secara etika. Pertanyaan saya apa perasaan Bapak ketika mendengar bahwa ada pelanggaran etika di situ?" tanya Anies.
Pertanyaan Anies tersebut lantas direspons oleh Prabowo secara tegas. Ia menyebut bahwa tidak ada pelanggaran hukum yang dilakukan oleh pihaknya terkait putusan MK itu.
"Dari segi hukum tidak ada masalah," kata Prabowo. Ia menegaskan bahwa pelaku pelanggaran etika, yaitu Anwar Usman juga telah diberikan tindakan berupa pencopotan dari jabatannya.
Prabowo menekankan, terlepas Anwar Usman sudah ditindak, keputusan yang ia keluarkan terkait pelanggaran etik itu bersifat final. "Intinya bahwa keputusan itu final dan tidak dapat diubah ya, saya laksanakan," kata Prabowo.
Anies lantas mengkaitkan hal itu dengan fenomena ordal atau orang dalam di berbagai kasus. Misalnya untuk menjadi guru harus punya ordal dan masih banyak lainnya. Ia menyebut bahwa fenomena ini yang merusak tatanan negara.
"Fenomena ordal ini menyebalkan," kata Anies, "ada ordal di mana-mana yang membuat meritokratik tidak berjalan, yang membuat etika luntur," lanjut dia.
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Dipna Videlia Putsanra