Menuju konten utama

Rangkuman Isra Miraj & Peristiwa Nabi Menerima Perintah Shalat

Rangkuman Isra Miraj: kisah perjalanan Nabi Muhammad dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa, lalu menuju Sidratul Muntaha menerima perintah shalat 5 waktu.

Rangkuman Isra Miraj & Peristiwa Nabi Menerima Perintah Shalat
Ilustasi Muhammad. foto/IStockphoto

tirto.id - Rangkuman peristiwa Isra Miraj yang dialami oleh Nabi Muhammad saw. menunjukkan betapa istimewanya perjalanan sang nabi dalam semalam dari Baitulharam ke Baitulmaqdis, lalu menuju Sidratul Muntaha. Peringatan isra Miraj jatuh pada 27 Rajab, yang tahun ini bertepatan dengan Sabtu, 18 Februari 2023.

Isra Miraj mengantarkan Rasulullah saw. untuk menerima perintah salat 5 waktu langsung dari Allah Swt. Dalam perjalanan ini, Nabi diperlihatkan ke berbagai keadaan menakjubkan, juga bertemu nabi-nabi pendahulu, termasuk Nabi Ibrahim sang Bapak Para Nabi. Seperti apa kisah di balik perjalanan sakral tersebut?

Kisah Isra Mikraj: Perjalanan Nabi Muhammad Menerima Perintah Shalat

Isra Mikraj merupakan kejadian istimewa yang dianugerahkan Allah kepada Nabi Muhammad saw. Dikutip dari laman MUI, isra bermakna perjalanan Rasulullah saw. pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa. Setelah itu, Nabi Muhammad mengalami miraj yaitu naik ke alam tertinggi di Sidratul Muntaha hingga turunlah perintah Allah untuk menjalankan salat 5 waktu bagi beliau dan kaumnya.

Peristiwa Isra Mikraj diabadikan melalui surah Al Isra ayat 1. Allah berfirman:

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Artinya, "Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat."

Saat Isra, jarak yang mesti ditempuh Nabi Muhammad saw. secara riil sangat jauh. Ka'bah di Mekah sampai Masjidil Aqsa di Yerusalem sekira 1.239 kilometer. Mengingat jarak panjang ini, tidak mungkin perjalanan itu dilakukan dalam semalam dengan memakai alat transportasi tercepat apa pun saat itu.

Allah berkehendak lain. Nabi Muhammad saw. diberikan kendaraan bernama Buraq. Buraq disifati sebagai hewan tunggangan berwarna putih, lebih pendek dari bighal, tapi lebih tinggi dari keledai.

Kemampuan istimewa dari Buraq adalah jejak langkahnya. Sekali melangkah bisa mencapai jarak sejauh pandangan matanya. Hal ini digambarkan menurut riwayat dari Malik, sebagaimana Nabi Muhammad saw. bersabda:

"Kemudian dibawakan kepadaku seekor hewan tunggangan putih, namanya Buraq. Lebih tinggi dari pada keledai dan lebih pendek dari bighal. Satu langkah kakinya di ujung pandangannya. Lalu aku dinaikkan di atasnya." (HR. Ahmad 17835, Muslim 164, dan yang lainnya).

Saat perjalanan dari Masjidil Haram sampai di Masjidil Aqsa, Buraq diikat pada tempat meletakkan hewan tunggangan para nabi. Lalu, Nabi Muhammad salat dua rekaat di sana dan menjadi imam bagi para nabi.

Sampai akhirnya, Nabi Muhammad pun menjalani mikraj. Beliau naik ke langit dengan ditemani Nabi Jibril hingga ke Sidratul Muntaha. Perjalanan panjang Isra Mikraj ini diceritakan dalam sebuah hadits panjang riwayat Bukhari dan Muslim.

Nabi Muhammad bertemu dengan beberapa nab saat melintasi langit 1 hingga 7. Para nabi tersebut terdiri dari:

1. Nabi Adam di langi pertama (dunia)

2. Nabi Yahya dan Nabi Isa di langit kedua

3. Nabi Yusuf di langit ketiga

4. Nabi Idris di langit keempat

5. Nabi Harun di langit kelima

6. Nabi Musa di langit keenam

7. Nabi Ibrahim di langit ketujuh

Setelah itu, malaikat Jibril membawa Nabi Muhammad ke Sidratul Muntaha. Di tempat tersebut ditemukan pohon-pohon besar yang daun-daunnya memiliki lebar seperti telinga gajah. Di sana ada pula empat aliran sungai yang terdiri dari dua sungai batiniah dan dua sungai lahiriah.

Nabi Muhammad lalu dijamu dengan pilihan segelas khamar dan susu. Nabi lebih memilih susu.

Setelah itu turunlah kewajiban shalat 50 kali dalam semalam dan beliau mulai kembali ke langit di bawahnya. Dari situ terjadilah peristiwa Nabi memohon Allah untuk mengurangi jumlah waktu salat setelah mendapatkan masukan dari Nabi Musa. Hingga akhirnya, terjadilah perintah salat 5 waktu.

Di Balik Kewajiban Salat 50 Kali menjadi 5 Kali

Saat Nabi Muhammad saw. mendapatkan perintah salat 50 kali dalam sehari semalam, beliau mulai turun ke langit di bawah. Sewaktu bertemu Nabi Musa, Nabi Muhammad saw. diberitahu jika salat sebanyak itu pernah diterapkannya pada Bani Israil, namun mereka tidak sanggup. Nabi Musa lalu menyarankan pada Nabi Muhammad saw. kembali menemui Allah dan meminta keringanan.

Setelah menghadap Allah, jumlah waktu salat diringankan menjadi 40 kali. Begitu bertemu Nabi Musa lagi, belau disarankan meminta keringanan kembali. Sampai akhirnya, keringanan waktu salat sampai pada 5 kali dalam sehari semalam.

Saat Nabi Musa menyarankan agar meminta keringanan lagi, Nabi Muhammad merasa malu. Beliau memilih rida menerima kewajiban salat lima waktu sehari semalam. Saat Nabi Muhammad saw. mulai meninggalkan Nabi Musa untuk turun, terdengar seruan di langit:

"Aku telah tetapkan kewajibanku dan aku telah ringankan dari hamba-hamba-Ku.”

Demikian kisah ringkas di balik Isra Mikraj dan awal dimulainya syariat salat lima waktu bagi umat Islam. Salat menjadi amalan wajib yang harus ditegakkan setiap muslimin setiap hari selama hidupnya.

Mengutip laman Kemenag, salat pun akan menjadi amalan yang pertama kali dihisab pada hari kiamat sebagaimana sabda Nabi Muhammad:

“Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah salatnya. Maka, jika salatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika salatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi. Jika berkurang sedikit dari shalat wajibnya, maka Allah Ta’ala berfirman: ‘Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki salat sunnah.’ Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari salat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya.” (H.R. Tirmidzi)

Baca juga artikel terkait EDUKASI DAN AGAMA atau tulisan lainnya dari Ilham Choirul Anwar

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Ilham Choirul Anwar
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Fitra Firdaus