tirto.id - Hari Isra Miraj (Mikraj) 2023 akan diperingati pada 18 Februari 2023 atau 27 Rajab 1444 Hijriah. Ada banyak cara yang bisa dilakukan umat muslim untuk merayakan hari besar tersebut. Salah satunya adalah dengan membagikan puisi bernuansa Islami yang menyentuh hati di media sosial.
Isra' adalah perjalanan malam yang dilakukan Nabi Muhammad saw. dari Ka'bah di Makkah menuju Baitulmaqdis di Yerusalem. Jarak kedua kota tersebut sekitar 1.239 kilometer.
Peristiwa itu terjadi sekitar tahun 621 masehi. Pada era itu, perjalanan dari Makkah ke Yerusalem biasanya ditempuh dalam kurun satu bulan. Namun, Rasulullah saw. bisa menempuhnya hanya dalam semalam.
Berdasarkan kitab Qishshah Mi'rajin Nabi karya Syekh Najmudin Al Ghoidzi, dalam perjalanan dari Ka'bah ke Baitul Maqdis, Nabi Muhammad saw. mengalami perhentian beberapa kali di tempat-tempat yang bersejarah yaitu di Madinah, dekat Sajarah Musa, tempat Nabi Musa berteduh saat diburu Raja Firaun, Bukit Sinai, hingga Betlehem, tempat kelahiran Nabi Isa.
Sementara itu, Mikraj adalah perjalanan kedua Nabi Muhammad saw. dari Baitulmaqdis ke Sidratulmuntaha, melewati tujuh langit.
Sebelum melakukan perjalanan, Nabi Muhammad saw. sedang terlelap ketika mengunjungi Ka'bah. Saat itu Jibril datang, membangunkan beliau hingga 3 kali. Oleh Jibril, Nabi diantarkan ke buraq, sejenis hewan yang lebih tinggi dari himar (keledai), dan lebih pendek dari baghal. Buraq ini memiliki sayap, dan berwarna putih susu.
Rasulullah saw. bertemu dengan para nabi pilihan di setiap langit saat menuju Sidratulmuntaha antara lain Nabi Adam, Nabi Isa, Nabi Yahya, Nabi Yusuf, Nabi Idris, Nabi Harun, Nabi Musa, dan Nabi Ibrahim.
Sesampainya di Baitulmaqdis, Nabi Muhammad saw. mengerjakan salat dua rakaat. Beliau menjadi imam salat berjamaah bersama para nabi di tempat tersebut.
Tak lama kemudian, Nabi Muhammad saw. menerima perintah salat dari Allah Swt. untuk umat Islam. Mulanya, ibadah tersebut harus dilakukan 50 kali dalam sehari.
Akan tetapi, setiap Nabi Muhammad saw. turun, Nabi Musa mengingatkan bahwa jumlah tersebut terlalu banyak. Setelah berkali meminta keringanan, akhirnya tersisa lima.
Berikut ini adalah puisi-puisi islami yang menyentuh hati untuk menyambut Isra Mikraj dari Jalaludin Rumi dan Rabiah Al-Adawiyah.
Puisi Islami Rabiah Al-Adawiyah
Tuhanku, tenggelamkan aku dalam samudra cintaMu
Hingga tak ada sesuatupun yang menggangguku dalam jumpaMu
Tuhanku, bintang-gemintang berkelap-kelip
Manusia terlena dalam buai tidur lelap
Pintu-pintu istana pun telah rapat tertutup
Tuhanku, demikian malam pun berlalu
Dan inilah siang datang menjelang
Aku menjadi resah gelisah
Apakah persembahan malamku Kau Terima
Hingga aku berhak mereguk bahagia
Ataukah itu Kau Tolak, hingga aku dihimpit duka,
Demi kemahakuasaan-Mu
Inilah yang akan selalu ku lakukan
Selama Kau Beri aku kehidupan
Demi kemanusiaan-Mu,
Andai Kau Usir aku dari pintuMu
Aku tak akan pergi berlalu
Karena cintaku padaMu sepenuh kalbu
Ya Allah, apa pun yang akan Engkau
Karuniakan kepadaku di dunia ini,
Berikanlah kepada musuh-musuhMu
Dan apa pun yang akan Engkau
Karuniakan kepadaku di akhirat nanti,
Berikanlah kepada sahabat-sahabatMu
Karena Engkau sendiri, cukuplah bagiku
Aku mengabdi kepada Tuhan
Bukan karena takut neraka
Bukan pula karena mengharap masuk surga
Tetapi aku mengabdi,
Karena cintaku padaNya
Ya Allah, jika aku menyembahMu
Karena takut neraka, bakarlah aku di dalamnya
Dan jika aku menyembahMu
Karena mengharap surga, campakkanlah aku darinya
Tetapi, jika aku menyembahMu
Demi Engkau semata,
Janganlah Engkau enggan memperlihatkan keindahan wajahMu
Yang abadi padaku
Hatiku tenteram dan damai jika aku diam sendiri
Ketika Kekasih bersamaku
CintaNya padaku tak pernah terbagi
Dan dengan benda yang fana selalu mengujiku
Kapan dapat kurenungi keindahanNya
Dia akan menjadi mihrabku
Dan rahasiaNya menjadi kiblatku
Bila aku mati karena cinta, sebelum terpuaskan
Akan tersiksa dan lukalah aku di dunia ini
O, penawar jiwaku
Hatiku adalah santapan yang tersaji bagi mauMu
Barulah jiwaku pulih jika telah bersatu dengan Mu
O, sukacita dan nyawaku, semoga kekallah
Jiwaku, Kaulah sumber hidupku
Dan dariMu jua birahiku berasal
Dari semua benda fana di dunia ini
Dariku telah tercerah
Hasratku adalah bersatu denganMu
Melabuhkan rindu
Sendiri daku bersama Cintaku
Waktu rahasia yang lebih lembut dari udara petang
Lintas dan penglihatan batin
Melimpahkan karunia atas doaku
Memahkotaiku, hingga enyahlah yang lain, sirna
Antara takjub atas keindahan dan keagunganNya
Dalam semerbak tiada tara
Aku berdiri dalam asyik-masyuk yang bisu
Ku saksikan yang datang dan pergi dalam kalbu
Lihat, dalam wajahNya
Tercampur segenap pesona dan karunia
Seluruh keindahan menyatu
Dalam wajahNya yang sempurna
Lihat Dia, yang akan berkata
“Tiada Tuhan selain Dia, dan Dialah Yang maha Mulia.”
Rasa riangku, rinduku, lindunganku,
Teman, penolong dan tujuanku,
Kaulah karibku, dan rindu padaMu
Meneguhkan daku
Apa bukan padaMu aku ini merindu
O, nyawa dan sahabatku
Aku remuk di rongga bumi ini
Telah banyak karunia Kau berikan
Telah banyak..
Namun tak ku butuh pahala
Pemberian ataupun pertolongan
CintaMu semata meliput
Rindu dan bahagiaku
Ia mengalir di mata kalbuku yang dahaga
Adapun di sisiMu aku telah tiada
Kau bikin dada kerontang ini meluas hijau
Kau adalah rasa riangku
Kau tegak dalam diriku
Jika aku telah memenuhiMu
O, rindu hatiku, aku pun bahagia
Ya Allah
Semua jerih payahku
Dan semua hasratku di antara segala
Kesenangan-kesenangan
Di dunia ini, adalah untuk mengingat Engkau
Dan di akhirat nanti, diantara segala kesenangan
Adalah untuk berjumpa denganMu
Begitu halnya dengan diriku
Seperti yang telah Kau katakana
Kini, perbuatlah seperti yang Engkau Kehendaki
Puisi Islami Jalaludin Rumi
"Puasa Membakar Hijab"
Rasa manis yang tersembunyi,
Ditemukan di dalam perut yang kosong ini!
Ketika perut kecapi telah terisi,
Ia tidak dapat berdendang,
Baik dengan nada rendah ataupun tinggi.
Jika otak dan perutmu terbakar karena puasa,
Api mereka akan terus mengeluarkan ratapan dari dalam dadamu.
Melalui api itu, setiap waktu kau akan membakar seratus hijab.
Dan kau akan mendaki seribu derajat di atas jalan serta dalam hasratmu.
"Pernyataan Cinta"
Bila tak kutanyakan keindahan-Mu dalam kata,
Kusimpan kasih-Mu dalam dada.
Bila kucium harum mawar tanpa cinta-Mu,
Segera saja bagai duri bakarlah aku.
Meskipun aku diam tenang bagai ikan,
Tapi aku gelisah pula bagai ombak dalam lautan
Kau telah menutup rapat bibirku,
Tariklah misaiku ke dekat-Mu.
Apakah maksud-Mu?
Mana kutahu?
Aku hanya tahu bahwa aku siap dalam iringan ini selalu.
Kukunyah lagi mamahan kepedihan mengenangmu,
Bagai unta memamah biak makanannya,
Dan bagai unta yang geram mulutku berbusa
Meskipun aku tinggal bersembunyi dan tidak bicara,
Di hadirat Kasih aku jelas dan nyata.
Aku bagai benih di bawah tanah,
Aku menanti tanda musim semi.
Hingga tanpa nafasku sendiri aku dapat bernafas wangi,
Dan tanpa kepalaku sendiri aku dapat membelai kepala lagi.
"Hati Bersih Melihat Tuhan"
Setiap orang melihat Yang Tak Terlihat dalam persemayaman hatinya.
Dan penglihatan itu bergantung pada seberapakah
ia menggosok hati tersebut.
Bagi siapa yang menggosoknya hingga kilap,
maka bentuk-bentuk Yang Tak Terlihat semakin nyata baginya.
"Kembali Pada Tuhan"
Jika engkau belum mempunyai ilmu, hanyalah prasangka,
maka milikilah prasangka yang baik tentang Tuhan. Begitulah caranya.
Jika engkau hanya mampu merangkak,
maka merangkaklah kepadaNya! Jika engkau belum mampu berdoa dengan khusyuk,
maka tetaplah persembahkan doamu
yang kering, munafik, dan tanpa keyakinan;
karena Tuhan, dengan rahmatNya akan tetap menerima mata uang palsumu.
Jika engkau masih mempunyai seratus keraguan mengenai Tuhan,
maka kurangilah menjadi sembilan puluh sembilan saja. Begitulah caranya! Wahai pejalan!
Biarpun telah seratus kali engkau ingkar janji, ayolah datang, dan datanglah lagi! Karena Tuhan telah berfirman:
"Ketika engkau melambung ke angkasa ataupun terpuruk ke dalam jurang, ingatlah kepadaKu, karena Akulah jalan itu."
Isra' adalah perjalanan malam yang dilakukan Nabi Muhammad saw. dari Ka'bah di Makkah menuju Baitulmaqdis di Yerusalem. Jarak kedua kota tersebut sekitar 1.239 kilometer.
Peristiwa itu terjadi sekitar tahun 621 masehi. Pada era itu, perjalanan dari Makkah ke Yerusalem biasanya ditempuh dalam kurun satu bulan. Namun, Rasulullah saw. bisa menempuhnya hanya dalam semalam.
Berdasarkan kitab Qishshah Mi'rajin Nabi karya Syekh Najmudin Al Ghoidzi, dalam perjalanan dari Ka'bah ke Baitul Maqdis, Nabi Muhammad saw. mengalami perhentian beberapa kali di tempat-tempat yang bersejarah yaitu di Madinah, dekat Sajarah Musa, tempat Nabi Musa berteduh saat diburu Raja Firaun, Bukit Sinai, hingga Betlehem, tempat kelahiran Nabi Isa.
Sementara itu, Mikraj adalah perjalanan kedua Nabi Muhammad saw. dari Baitulmaqdis ke Sidratulmuntaha, melewati tujuh langit.
Sebelum melakukan perjalanan, Nabi Muhammad saw. sedang terlelap ketika mengunjungi Ka'bah. Saat itu Jibril datang, membangunkan beliau hingga 3 kali. Oleh Jibril, Nabi diantarkan ke buraq, sejenis hewan yang lebih tinggi dari himar (keledai), dan lebih pendek dari baghal. Buraq ini memiliki sayap, dan berwarna putih susu.
Rasulullah saw. bertemu dengan para nabi pilihan di setiap langit saat menuju Sidratulmuntaha antara lain Nabi Adam, Nabi Isa, Nabi Yahya, Nabi Yusuf, Nabi Idris, Nabi Harun, Nabi Musa, dan Nabi Ibrahim.
Sesampainya di Baitulmaqdis, Nabi Muhammad saw. mengerjakan salat dua rakaat. Beliau menjadi imam salat berjamaah bersama para nabi di tempat tersebut.
Tak lama kemudian, Nabi Muhammad saw. menerima perintah salat dari Allah Swt. untuk umat Islam. Mulanya, ibadah tersebut harus dilakukan 50 kali dalam sehari.
Akan tetapi, setiap Nabi Muhammad saw. turun, Nabi Musa mengingatkan bahwa jumlah tersebut terlalu banyak. Setelah berkali meminta keringanan, akhirnya tersisa lima.
Baca juga:
Puisi Islami Isra Mikraj Menyentuh Hati
Berikut ini adalah puisi-puisi islami yang menyentuh hati untuk menyambut Isra Mikraj dari Jalaludin Rumi dan Rabiah Al-Adawiyah.
Puisi Islami Rabiah Al-Adawiyah
Tuhanku, tenggelamkan aku dalam samudra cintaMu
Hingga tak ada sesuatupun yang menggangguku dalam jumpaMu
Tuhanku, bintang-gemintang berkelap-kelip
Manusia terlena dalam buai tidur lelap
Pintu-pintu istana pun telah rapat tertutup
Tuhanku, demikian malam pun berlalu
Dan inilah siang datang menjelang
Aku menjadi resah gelisah
Apakah persembahan malamku Kau Terima
Hingga aku berhak mereguk bahagia
Ataukah itu Kau Tolak, hingga aku dihimpit duka,
Demi kemahakuasaan-Mu
Inilah yang akan selalu ku lakukan
Selama Kau Beri aku kehidupan
Demi kemanusiaan-Mu,
Andai Kau Usir aku dari pintuMu
Aku tak akan pergi berlalu
Karena cintaku padaMu sepenuh kalbu
Ya Allah, apa pun yang akan Engkau
Karuniakan kepadaku di dunia ini,
Berikanlah kepada musuh-musuhMu
Dan apa pun yang akan Engkau
Karuniakan kepadaku di akhirat nanti,
Berikanlah kepada sahabat-sahabatMu
Karena Engkau sendiri, cukuplah bagiku
Aku mengabdi kepada Tuhan
Bukan karena takut neraka
Bukan pula karena mengharap masuk surga
Tetapi aku mengabdi,
Karena cintaku padaNya
Ya Allah, jika aku menyembahMu
Karena takut neraka, bakarlah aku di dalamnya
Dan jika aku menyembahMu
Karena mengharap surga, campakkanlah aku darinya
Tetapi, jika aku menyembahMu
Demi Engkau semata,
Janganlah Engkau enggan memperlihatkan keindahan wajahMu
Yang abadi padaku
Hatiku tenteram dan damai jika aku diam sendiri
Ketika Kekasih bersamaku
CintaNya padaku tak pernah terbagi
Dan dengan benda yang fana selalu mengujiku
Kapan dapat kurenungi keindahanNya
Dia akan menjadi mihrabku
Dan rahasiaNya menjadi kiblatku
Bila aku mati karena cinta, sebelum terpuaskan
Akan tersiksa dan lukalah aku di dunia ini
O, penawar jiwaku
Hatiku adalah santapan yang tersaji bagi mauMu
Barulah jiwaku pulih jika telah bersatu dengan Mu
O, sukacita dan nyawaku, semoga kekallah
Jiwaku, Kaulah sumber hidupku
Dan dariMu jua birahiku berasal
Dari semua benda fana di dunia ini
Dariku telah tercerah
Hasratku adalah bersatu denganMu
Melabuhkan rindu
Sendiri daku bersama Cintaku
Waktu rahasia yang lebih lembut dari udara petang
Lintas dan penglihatan batin
Melimpahkan karunia atas doaku
Memahkotaiku, hingga enyahlah yang lain, sirna
Antara takjub atas keindahan dan keagunganNya
Dalam semerbak tiada tara
Aku berdiri dalam asyik-masyuk yang bisu
Ku saksikan yang datang dan pergi dalam kalbu
Lihat, dalam wajahNya
Tercampur segenap pesona dan karunia
Seluruh keindahan menyatu
Dalam wajahNya yang sempurna
Lihat Dia, yang akan berkata
“Tiada Tuhan selain Dia, dan Dialah Yang maha Mulia.”
Rasa riangku, rinduku, lindunganku,
Teman, penolong dan tujuanku,
Kaulah karibku, dan rindu padaMu
Meneguhkan daku
Apa bukan padaMu aku ini merindu
O, nyawa dan sahabatku
Aku remuk di rongga bumi ini
Telah banyak karunia Kau berikan
Telah banyak..
Namun tak ku butuh pahala
Pemberian ataupun pertolongan
CintaMu semata meliput
Rindu dan bahagiaku
Ia mengalir di mata kalbuku yang dahaga
Adapun di sisiMu aku telah tiada
Kau bikin dada kerontang ini meluas hijau
Kau adalah rasa riangku
Kau tegak dalam diriku
Jika aku telah memenuhiMu
O, rindu hatiku, aku pun bahagia
Ya Allah
Semua jerih payahku
Dan semua hasratku di antara segala
Kesenangan-kesenangan
Di dunia ini, adalah untuk mengingat Engkau
Dan di akhirat nanti, diantara segala kesenangan
Adalah untuk berjumpa denganMu
Begitu halnya dengan diriku
Seperti yang telah Kau katakana
Kini, perbuatlah seperti yang Engkau Kehendaki
Puisi Islami Jalaludin Rumi
"Puasa Membakar Hijab"
Rasa manis yang tersembunyi,
Ditemukan di dalam perut yang kosong ini!
Ketika perut kecapi telah terisi,
Ia tidak dapat berdendang,
Baik dengan nada rendah ataupun tinggi.
Jika otak dan perutmu terbakar karena puasa,
Api mereka akan terus mengeluarkan ratapan dari dalam dadamu.
Melalui api itu, setiap waktu kau akan membakar seratus hijab.
Dan kau akan mendaki seribu derajat di atas jalan serta dalam hasratmu.
"Pernyataan Cinta"
Bila tak kutanyakan keindahan-Mu dalam kata,
Kusimpan kasih-Mu dalam dada.
Bila kucium harum mawar tanpa cinta-Mu,
Segera saja bagai duri bakarlah aku.
Meskipun aku diam tenang bagai ikan,
Tapi aku gelisah pula bagai ombak dalam lautan
Kau telah menutup rapat bibirku,
Tariklah misaiku ke dekat-Mu.
Apakah maksud-Mu?
Mana kutahu?
Aku hanya tahu bahwa aku siap dalam iringan ini selalu.
Kukunyah lagi mamahan kepedihan mengenangmu,
Bagai unta memamah biak makanannya,
Dan bagai unta yang geram mulutku berbusa
Meskipun aku tinggal bersembunyi dan tidak bicara,
Di hadirat Kasih aku jelas dan nyata.
Aku bagai benih di bawah tanah,
Aku menanti tanda musim semi.
Hingga tanpa nafasku sendiri aku dapat bernafas wangi,
Dan tanpa kepalaku sendiri aku dapat membelai kepala lagi.
"Hati Bersih Melihat Tuhan"
Setiap orang melihat Yang Tak Terlihat dalam persemayaman hatinya.
Dan penglihatan itu bergantung pada seberapakah
ia menggosok hati tersebut.
Bagi siapa yang menggosoknya hingga kilap,
maka bentuk-bentuk Yang Tak Terlihat semakin nyata baginya.
"Kembali Pada Tuhan"
Jika engkau belum mempunyai ilmu, hanyalah prasangka,
maka milikilah prasangka yang baik tentang Tuhan. Begitulah caranya.
Jika engkau hanya mampu merangkak,
maka merangkaklah kepadaNya! Jika engkau belum mampu berdoa dengan khusyuk,
maka tetaplah persembahkan doamu
yang kering, munafik, dan tanpa keyakinan;
karena Tuhan, dengan rahmatNya akan tetap menerima mata uang palsumu.
Jika engkau masih mempunyai seratus keraguan mengenai Tuhan,
maka kurangilah menjadi sembilan puluh sembilan saja. Begitulah caranya! Wahai pejalan!
Biarpun telah seratus kali engkau ingkar janji, ayolah datang, dan datanglah lagi! Karena Tuhan telah berfirman:
"Ketika engkau melambung ke angkasa ataupun terpuruk ke dalam jurang, ingatlah kepadaKu, karena Akulah jalan itu."
(tirto.id - Sosial Budaya)
Kontributor: Muhammad Iqbal Iskandar
Penulis: Muhammad Iqbal Iskandar
Editor: Muhammad Fadli Nasrudin Alkof
Penulis: Muhammad Iqbal Iskandar
Editor: Muhammad Fadli Nasrudin Alkof