Menuju konten utama

Rakyat Inggris Meragukan Kapasitas Pangeran Charles jadi Raja

Charles dianggap terus terusan ‘ikut campur’ dalam urusan politik praktis Inggris.

Rakyat Inggris Meragukan Kapasitas Pangeran Charles jadi Raja
Pangeran Charles. AP/ zz/KGC-375/STAR MAX/IPx 2018 7/24/18

tirto.id - Elizabeth II tidak pernah berpikir tentang perlunya regenerasi dalam lingkungan kerajaan Inggris. Dia hanya tahu satu hal: pimpinan kerajaan adalah amanah yang harus dijalani seumur hidup. Anggapan tersebut bikin dia jadi ratu terlama yang menjabat di Inggris dan menyebabkan putra sulungnya, Charles atau Prince of Wales, jadi anggota kerajaan yang juga paling lama menunggu giliran jadi raja.

Usia Charles saat ini 70 tahun. Di usia tersebut, dia bisa saja menjalani hari-hari dengan lebih santai seperti bermain dengan cucu, ketimbang sibuk mempersiapkan segala sesuatunya bila sewaktu-waktu ia mesti jadi Raja Inggris.

Pada dekade ini, sejumlah raja atau ratu di negara monarki lain di Eropa, seperti Belanda dan Spanyol, mulai berpikir tentang perlunya kerajaan melakukan regenerasi agar bisa lebih relevan dengan zaman.

Dalam ulasannya di CNN, Arianne Chernock, Profesor Madya dari British history di Boston University yang juga penulis Men and the Making of Modern British Feminism, menyebut bahwa Raja Spanyol Juan Carlos mengundurkan diri pada usia 76 dan menyerahkan tahta kepada putra sulungnya yang berusia 46. Ia percaya anaknya bisa membawa harapan dan kesempatan baru bagi masyarakat Spanyol.

Ratu Belanda, Beatrix, juga memilih mundur dari jabatan ratu pada usia 75. Ia bilang bahwa dirinya mundur bukan karena merasakan beban dan tanggungjawab besar kerajaan, tetapi lantaran merasa anaknya lebih mampu untuk mengoperasikan negara dengan lebih efektif.

Sementara Charles sampai sekarang belum dapat mengetahui kapan ia akan jadi raja.

Diragukan dan Tidak Disukai Publik Inggris

Pada 2018, sempat muncul pemberitaan bahwa Elizabeth II akan menyerahkan tahta ke Charles ketika dirinya berusia 95. Menurut laporan Express, Elizabeth II telah mengadakan pertemuan privat dengan Charles untuk membahas tentang perpindahan tanggungjawab. Tapi akhir tahun lalu, Elizabeth II secara resmi menepis rumor tersebut dengan berkata bahwa dirinya akan berkuasa sampai mati .

Elizabeth II jadi ratu setelah ayahnya wafat. Hal yang sama terjadi pula dengan kakek dan nenek moyang Elizabeth. Para Raja dan Ratu Inggris tidak tergantikan bila tidak meninggal. Dan meski dianggap sebagai ratu yang modern, Elizabeth II tidak merasa perlu melakukan ‘modernisasi’ terkait masa jabatan.

Atribut 'modern' didapat Elizabeth II karena ia bersedia terbuka terhadap dunia luar atau ekspos dari media massa tentang kehidupan keluarga kerajaan--termasuk mengizinkan pernikahan anggota kerajaan diliput secara global. Ia juga ratu yang bersedia bayar pajak ketika Inggris dilanda krisis ekonomi.

Di samping itu, Elizabeth II juga dilihat sebagai orang yang sangat tertarik dengan urusan-urusan pemerintah Inggris. Hal ini bikin dia tidak terkesan sebagai ratu yang hanya peduli kegiatan seremonial saja.

Ketika diminta jadi Ratu Inggris pada 1952 atau 68 tahun lalu, Elizabeth II dikabarkan menerima jabatan baru itu dengan antusias. Waktu itu belum ada kabar soal anggapan publik terhadap diangkatnya Elizabeth II sebagai ratu. Situasi yang berbeda terjadi pada Charles. Masyarakat di Inggris tidak terlalu yakin bahwa Charles mampu jadi raja yang baik bagi rakyat.

Reader’s Digest sempat merangkum beberapa hal yang membuat orang-orang kurang menaruh simpati pada Charles. Salah satu faktor terbesar adalah perselingkuhan yang ia lakukan dengan Camilla. Publik tidak ingin Camilla jadi Ratu Inggris. Alasan lain, publik tidak menganggap Charles sebagai sosok yang rendah hati, serta kurang sensitif terhadap isu kesejahteraan fauna.

Bila suatu hari Charles menjabat sebagai raja, masa jabatannya pun juga tidak akan panjang. Faktor tersebut membuat publik khawatir mengenai kestabilan situasi andaikata ada perubahan kebijakan di berbagai sektor seperti ekonomi atau sosial politik. Apakah ini kekhawatiran yang relevan?

Stephen Clear, dosen ilmu hukum konstitusional dan administratif dari Bangor University dalam kolomnya di The Conversation menyebut, sistem pemerintahan Inggris saat ini adalah monarki konstitusional di mana kewenangan pemimpin negara dibatasi oleh parlemen--yang juga bertanggungjawab membuat undang-undang. Raja atau ratu berperan memberi persetujuan sebelum RUU disahkan jadi UU.

Ratu memang tidak memiliki wewenang langsung dalam mempengaruhi pembuatan kebijakan di ranah legislatif atau eksekuif. Namun, mereka punya wewenang untuk membubarkan parlemen dan mengganti para pejabat di parlemen termasuk perdana menteri. Ratu juga berhak membuat regulasi terhadap para menteri, mengeluarkan paspor, dan mengumumkan keputusan untuk melakukan perang.

Penelusuran Clear juga menjelaskan bahwa sejak 2018 ada banyak tugas ratu yang mulai dikerjakan oleh Charles. Dalam setiap kesempatan untuk tampil di depan publik, sesungguhnya Charles telah berupaya menyampaikan pesan bahwa dirinya tidak akan bertindak jauh dari apa yang telah dilakukan oleh pihak kerajaan, tidak akan mengubah peran kerajaan, serta tetap bersikap netral dalam politik.

Tukang Lobi dengan Banyak Yayasan

Ada masa di mana Charles dianggap sebagai orang yang gemar ikut campur terhadap urusan kenegaraan Inggris. Anggapan ini muncul saat surat-surat Charles--yang disebut Black Spider Memo dibuat pada 2004-2005--kepada sejumlah pejabat negara terungkap ke publik. Surat-surat tersebut dianggap sebagai cara Charles melobi mereka.

Berbagai sosok yang disurati antara lain Perdana Menteri, Menteri Lingkungan hidup, Sekretaris Negara bidang Kebudayaan, Sekretaris Negara bidang Pendidikan, Sekretaris Negara bidang Kesehatan, Sekretaris Negara bidang Perdagangan dan Industri, Sekretaris Negara untuk Negara Bagian Irlandia Utara.

Secara garis besar, seluruh surat tersebut itu berisi kekhawatiran Charles terhadap berbagai permasalahan dalam tiap sektor yang dinaungi oleh orang-orang yang ia surati. Dari sektor pendidikan, misalnya, Charles menyatakan bahwa yayasan yang dimilikinya dapat bekerjasama dengan pemerintah dalam menyelenggarakan program sekolah musim panas.

Kepada Menteri Lingkungan Hidup, Charles mengimbau agar sang menteri melibatkan Angkatan Laut Kerajaan dalam diskusi soal perikanan berkelanjutan. Selain itu, Charles juga meminta agar sang menteri mengirim laporan terkait sektor perikanan kepadanya.

Lalu kepada Sekretaris Negara bidang Kebudayaan, Charles mengatakan bahwa dirinya bersyukur atas keputusan merestorasi dan menjaga bangunan Smithfield Market, pasar berusia 800 tahun. Charles turut mengapresiasi usaha pemerintah dalam melestarikan arsitektur tua, hal yang jadi fokus misinya.

Sepanjang hidup, kegiatan utama Charles adalah melakukan aksi bakti sosial dan membangun yayasan guna mendukung aktivitas tersebut. Charles punya perhatian besar terhadap tiga isu yakni arsitektur, kesehatan, dan perubahan iklim. Beberapa yayasan dan lembaga pendidikan yang ia bangun, difungsikan untuk mendukung tiga sektor tersebut.

Dari sisi arsitektur, misalnya, Charles mementingkan soal pelestarian bangunan tua. Perhatiannya dalam ranah ini dimulai pada pertengahan 1980-an, saat ia melihat ada tambahan bangunan modern di National Gallery of London.

Charles menilai, restorasi atau renovasi arsitektur lawas tidak boleh melibatkan aliran arsitektur lain. Dan pembangunan yang ada di Inggris baik gedung maupun kompleks bangunan untuk hidup komunal mesti dibuat dengan pendekatan klasik dan mementingkan interaksi antar manusia. Alhasil, Charles turut mendirikan sejumlah social housing complex di Inggris melalui yayasannya pada akhir 1980-an.

Infografik Pangeran Charles

Infografik Pangeran Charles. tirto.id/Sabit

Sikap Charles tersebut tentunya tidak lepas dari kritik. Dalam laporan investigasi Guardian dijelaskan bahwa orang-orang yang terlibat dalam proyek yayasan arsitektur Charles adalah arsitek-arsitek dari firma besar di Inggris. Dengan kata lain, proyek ini sarat dengan lobi dan kepentingan pribadi Charles sebagai sosok penting dalam Kerajaan Inggris.

Sementara di bidang kesehatan, salah satu fokus Charles adalah pengobatan dengan metode homeopati. Namun, hal ini pun banyak menuai protes dari kalangan praktisi dan peneliti bidang kesehatan. Mereka kurang sepakat homeopati bisa jadi salah satu cara untuk menyembuhkan gangguan (salah satunya) autisme. Pasalnya, belum ada penelitian resmi yang menyebut manfaat homeopati.

Dalam bidang perubahan iklim, hal yang jadi fokus Charles di antaranya adalah isu deforestasi dan bisnis model yang mengutamakan prinsip berkelanjutan. Pemikiran itu disampaikan ke publik lewat forum seperti COP 21 atau World Economic Forum.

Lagi-lagi, pendapatnya soal iklim tidak kebal kritik. Dalam tulisannya di The Conversation, Steffen Böhm selaku direktur Essex Sustainability Institute, University of Exeter, mengungkap bahwa pendapat Charles soal migrasi yang dilakukan orang-orang Suriah akibat perubahan iklim kurang mendalam dan cenderung tidak menyentuh permasalahan mendasar yang dihadapi orang-orang di sana.

Paul Flynn, anggota Partai Buruh di Inggris, mengatakan kepada Guardian jika Charles terus terusan ‘ikut campur’ dalam urusan politik--salah satunya lewat lobi-lobi seperti yang dilakukan lewat Black Spider Memo--, maka ia tidak menjalani perannya sebagai anggota keluarga kerajaan dan akan merusak peran monarki di Inggris.

Namun demikian, Charles tetap merasa bahwa ia mengerti betul perbedaan perannya sekarang dengan perannya nanti bila jadi raja.

"Aku tidak bodoh,” ujar sosok berusia 71 tahun tersebut.

Baca juga artikel terkait PANGERAN CHARLES atau tulisan lainnya dari Joan Aurelia

tirto.id - Mild report
Penulis: Joan Aurelia
Editor: Eddward S Kennedy

Artikel Terkait