Menuju konten utama

Rabu Abu 2022 Diperingati 2 Maret: Arti Pantang dan Puasa Katolik

Arti puasa dan pantang Katolik saat Rabu Abu 2022 yang jatuh pada 2 Maret.

Rabu Abu 2022 Diperingati 2 Maret: Arti Pantang dan Puasa Katolik
Prodiakon mengoleskan abu pada kening warga katolik saat misa Rabu Abu di Gereja Santo Antonius, Kota Baru, DI Yogyakarta, Rabu (26/2/20).ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko.

tirto.id - Rabu Abu 2022 akan diperingati pada 2 Maret. Pada hari ini, orang-orang Katolik akan memulai puasa dan pantang menjelang Hari Raya Paskah 2022.

Rabu Abu adalah hari pertobatan, saat umat mengakui dosa-dosa mereka dan menyatakan pengabdian mereka kepada Allah. Selama misa, seorang imam akan menempatkan abu dalam bentuk salib di dahi umat.

Abu di dahi menandai seseorang itu milik Yesus Kristus, dan itu juga melambangkan kesedihan dan duka cita seseorang atas dosa-dosa mereka, yang telah ditebus oleh Yesus Kristus dengan mati di kayu salib.

Ketika imam menyematkan abu dalam bentuk salib, dia berkata kepada umat, "Ingatlah bahwa kamu debu, dan menjadi debu kamu akan kembali. Imam juga dapat mengatakan "Bertobat dan percaya kepada Injil."

Arti Puasa dan Pantang Katolik

Rabu Abu menandai dimulainya masa puasa dan pantang bagi umat Katolik. Dikutip dari situs web imankatolik.or.id, puasa adalah tindakan sukarela untuk tidak makan atau tidak minum.

Puasa terbagi menjadi dua, yaitu puasa seluruhnya, yang berarti sama sekali tidak makan atau minum apapun; dan puasa sebagian, yang berarti mengurangi makan atau minum.

Berpuasa memurnikan hati orang dan mempermudah pemusatan perhatian waktu bersemadi dan berdoa. Puasa juga dapat menjadi bentuk dari korban atau persembahan.

Puasa pantas disebut doa dengan tubuh, karena dengan berpuasa orang menata hidup dan tingkah laku rohaninya.

Dengan berpuasa, orang mengungkapkan rasa lapar akan Tuhan dan kehendakNya. Ia mengorbankan kesenangan dan keuntungan sesaat, dengan penuh syukur atas kelimpahan karunia Tuhan.

Orang yang berpuasa akan mengurangi keserakahan dan mewujudkan penyesalan atas dosa-dosanya di masa lampau. Dengan berpuasa, orang menemukan diri yang sebenarnya untuk membangun pribadi yang selaras.

Puasa membebaskan diri dari ketergantungan jasmani dan ketidakseimbangan emosi. Puasa membantu orang untuk mengarahkan diri kepada sesama dan kepada Tuhan.

Itulah sebabnya, puasa Katolik selalu terlaksana bersamaan dengan doa dan derma, yang terwujud dalam Aksi Puasa Pembangunan. Semangat yang sama berlaku pula untuk laku pantang.

Yang bukan semangat puasa dan pantang Katolik adalah berpuasa dan berpantang sekedar untuk kesehatan: diet, mengurangi makan dan minum atau makanan dan minuman tertentu untuk mencegah atau mengatasi penyakit tertentu.

Berpuasa dan berpantang untuk memperoleh kesaktian baik itu tubuh maupun rohani. Dalam kotbah di bukit, Yesus bersabda tentang puasa:

Apabila kamu berpuasa, Janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.

Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu supaya jangan dilihat orang bahwa engkau sedang berpuasa.

Melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”

Baca juga artikel terkait RABU ABU atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Yantina Debora