Achmad Djajadiningrat adalah salah satu golongan ningrat yang bekerja pada pemerintah kolonial, namun simpati pada pendidikan dan pergerakan kaum pribumi.
Noto Soeroto melawan arus cita-cita kemerdekaan dengan ide persemakmuran Belanda-Indonesia. Dikucilkan dari pergaulan mahasiswa nasionalis dan terpaksa pulang kampung dengan kekecewaan.
Abu Hanifah bergumul dengan kemodernan dan keislaman sejak kanak-kanak. Indonesianis George Kahin menggolongkannya dalam kelompok sosialis-religius di Masyumi.
Abikusno mengikuti jejak sang kakak, Tjokroaminoto. Titelnya berderet: pewaris PSII, perancang Piagam Jakarta, penggagas sumpah presiden, hingga menteri perhubungan pertama.
Tulisan-tulisan politik Kartosoewirjo dalam surat kabar Fadjar Asia tak lepas dari propaganda Sarekat Islam tentang pentingnya berorganisasi dan kembali ke jalan Islam