Kemendikbud sedang meluncurkan puluhan program dengan total nilai anggaran sekitar Rp3,5 triliun, untuk menggenjot 'pernikahan massal' dengan industri dan dunia kerja.
Program POP Kemdikbud banjir kritik karena dinilai tidak transparan dan minim akuntabilitas. Bahkan Muhammadiyah, NU, dan PGRI mengundurkan diri dari program itu.
Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda menyebut hasil seleksi POP banyak mendapatkan respons negatif dari publik, apalagi setelah lembaga pendidikan milik PBNU dan Muhammadiyah mundur.
Komisi X DPR RI menganggap belum selesai melakukan pembahasan terkait peta jalan pendidikan sehingga Program Organisasi Penggerak (POP) dinilai tak jelas dasar hukumnya.
Anggota Komite II DPD RI Gus Hilmy menilai mundurnya NU dan Muhammadiyah dari POP Kemendikbud tidak cukup hanya dihormati, melainkan harus menjadi pertimbangan yang serius.
Ketua Komisi X DPR RI, Syaiful Huda, mempertanyakan masuknya dua lembaga dari perusahaan besar, Sampoerna Foundation dan Tanoto Foundation yang menjadi mitra POP Kemendikbud.
Puluhan kepala sekolah SMPN di Kabupaten Indragiri Hulu memilih mundur karena "was-was" dalam mengelola dana BOS. Mereka mengaku menerima ancaman dari pihak yang mengaku dari LSM.
Mumpung Indonesia tengah beradaptasi dengan beragam aktivitas daring, sistem pembelajaran jarak jauh diwacanakan akan permanen meski nanti pandemi usai.
Angkie Yudistia berkata bantuan tersebut agar para mahasiswa dan satuan pendidikan tetap mendapatkan hak dan layanan belajar-mengajar dan tidak terganggu selama pandemi COVID-19.