Indeks Boeing

Comac, Cina, sukses membuat pesawat C919 yang baru-baru ini berhasil melakukan terbang perdana. Mampukah C919 menghadang duo raksasa Airbus dan Boeing?

Donald Trump mengancam langsung perusahaan-perusahaan melalui akun Twitternya. Mereka yang tak mau menemui masalah dalam empat tahun ke depan memilih untuk patuh dengan membuka pabrik dan menambah tenaga kerja di Amerika Serikat.

Boeing 747 sempat jadi primadona angkasa empat dekade lalu. Kini, satu demi persatu maskapai mulai meninggalkan Boeing dan beralih ke pabrikan lainnya, termasuk Airbus.

Airbus klaim berhasil mengungguli kompetitornya asal Amerika Serikat, Boeing dalam hal jumlah pesanan pesawat selama 2016.

Donald Trump memutuskan untuk membatalkan pemesanan Air Force One. Pasalnya, biaya pengembangan pesawat itu dinilai berlebih dan di luar kendali.

Laporan terakhir menyebutkan, rudal yang menjatuhkan MH17 ditembakkan dari Rusia. Pihak Rusia pun menolak mentah-mentah hasil laporan tersebut dan menyebutnya sebagai upaya untuk menyeret masyarakat Rusia ke pengadilan.

Lion Air Group pernah membuat gebrakan bisnis dengan transaksi pembelian 464 pesawat jenis Boeing 737 dan Airbus A320 pada tahun 2011 dan 2013. Mereka harus membayar Rp595 triliun. Dari mana duitnya? Siapa raksasa di belakang Lion yang memberi jaminan sehingga pihak Boeing atau Airbus percaya kepada Rusdi Kirana? Benarkah Temasek ada di belakang Lion?

Persaingan Boeing dan Airbus bukan barang baru. Kini, persaingan itu harus menelan korban. Ribuan karyawan Boeing menjadi korban PHK karena efisiensi. Tujuannya apalagi kalau bukan untuk mengalahkan Airbus.
Sementara itu persaingan dari segi kinerja juga tidak kalah, oleh The Telegraph tercatat Airbus lebih unggul dari segi pesanan sepanjang tahun 2015. Kini bertambah produsen-produsen baru seperti dari Cina dan Rusia.

Maskapai penerbangan berbiaya murah Citilink berencana untuk menambah frekuensi penerbangan mereka menjadi 250 hingga 260 kali per hari sehingga dapat mengangkut penumpang lebih banyak pada tahun 2016 ini.