Realisasi pembiayaan APBN menggunakan utang hingga akhir Juli 2019 sudah mencapai Rp234,1 triliun atau 65,2 persen terhadap target APBN 2019 Rp359,3 triliun.
Melalui anggaran belanja yang besar, Jokowi juga menyampaikan bahwa pemerintah akan tetap memberikan subsidi untuk bahan bakar minyak (BBM), listrik, gas elpiji 3 kilogram, serta pupuk.
Pemerintah memperkirakan defisit APBN 2019 akan menembus angka Rp310,81 triliun. Menurut Sri Mulyani, penerimaan negara pada tahun ini diprediksi lebih rendah dari target.
Target tax ratio di RAPBN 2020 telah disepakati berada di kisaran 10,57 hingga 11,18 persen dari PDB. Target ini masih jauh dari target optimal Sri Mulyani, yakni sebesar 13,7 persen.
Menkeu Sri Mulyani menyebutkan realisasi APBN relatif masih baik hingga akhir Mei, hal itu berdasarkan angka PMI di atas 50 dan penerimaan negara sebesar 6,2 persen atau Rp728,5 triliun.
Menkeu Sri Mulyani Indrawati memprediksi tekanan eksternal kuartal II 2019 akan semakin berat dan bisa membuat sejumlah target Pemerintah dalam APBN 2019 meleset.
Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) menilai saat ini pemerintah masih terlalu bergantung pada neraca modal dalam menyeimbangkan defisit neraca pembayaran.
Kemenkeu mengumumkan utang pemerintah meningkat menjadi Rp4.567 triliun pada Maret 2019. Ada peningkatan Rp1 triliun dibandingkan angka utang pemerintah pada bulan sebelumnya.