Menuju konten utama

Pusaran Konflik Partai Hanura, Hubungan Wiranto-OSO Retak?

Dualisme kepemimpinan di tubuh Partai Hanura memunculkan tanda tanya soal hubungan Wiranto dan OSO. 

Pusaran Konflik Partai Hanura, Hubungan Wiranto-OSO Retak?
Menkopolhukam sekaligus Ketua Dewan Pembina Partai Hanura Wiranto berbincang dengan Ketua DPD sekaligus Ketua Umum Hanura Oesman Sapta sebelum mengikuti upacara pelantikan Mensos, KSP, Wantimpres dan KSAU di Istana Negara, Jakarta, Rabu (17/1/2018). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

tirto.id - Konflik internal Partai Hanura berujung pada munculnya dua kepengurusan. Dua tokoh, Marsekal Madya (Purn) Daryatmo dan Oesman Sapta Odang (OSO). Masing-masing pihak mengklaim sah sebagai ketua umum dengan argumen sendiri-sendiri.

Kisruh bermula dari tindakan saling pecat antara Sekretaris Jendral DPP Hanura Syarifuddin Sudding dan Ketua Umum DPP Hanura Oesman Sapta Odang (OSO). Awalnya OSO dipecat Sudding dengan dakwaan melanggar peraturan partai, lalu di hari yang sama, Senin (15/1), OSO juga memutuskan memecat Sudding karena dinilai tidak cakap menjalankan tugas partai.

Daryatmo adalah Ketua Umum hasil Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) yang diselenggarakan Hanura kubu Sudding, pada Kamis (18/1/2018). Sebelum menjadi Ketua Umum versi "Munaslub Cilangkap", Daryatmo sempat ditunjuk menjadi Pelaksana tugas (Plt) Ketua Umum Hanura.

Di sisi lain, OSO tetap kukuh masih menjabat sebagai Ketua Umum Partai Hanura yang sah. Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI ini yakin keputusannya memecat Sudding sudah sahih berdasarkan Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM tentang restrukturisasi, reposisi, dan revitalisasi pengurus DPP Partai Hanura masa bakti 2015-2020 nomor M.HH-01.AH.11.01 tahun 2018. SK itu dikeluarkan Kemenkumham pada Rabu (17/1/2018).

Perpecahan Hanura jelas mengganggu roda organisasi mereka sendiri, apalagi saat ini setiap partai politik sedang bersiap menghadapi Pilkada serentak 2018 dan Pilpres 2019.

Untuk mengatasi konflik ini, Ketua Dewan Pembina Hanura, Wiranto, pun turun tangan. Pendiri Hanura itu mengakui, masalah yang dialami partainya saat ini bersumber dari ketidakpuasan kader terhadap pengurus sepanjang masa kepemimpinan OSO.

"Sekarang masalahnya apa? Ada [masalah] seperti ini karena ada ketidakpuasan dalam berbagai tingkatkan dalam partai, masalah kebijakan, kami perbaiki kebijakan itu," ujar Wiranto, Rabu (17/1/2018).

Wiranto yang juga Menteri Koordinator Bidang Hukum, Politik, dan Keamanan (Menkopolhukam) itu menyampaikan harapannya agar konflik internal Hanura segera berakhir.

"Kami coba melakukan pendekatan kepada kedua pihak untuk bersama-sama bertumpu kepada satu musyawarah yang mengedepankan hati nurani. Semua terjadi karena ada sebab dan akibat," kata Wiranto di Istana Kepresidenan seperti dikutip dari Antara, Kamis (18/1/2018).

Hubungan Wiranto-OSO Retak?

Konflik di internal Hanura memunculkan spekulasi soal hubungan Wiranto-OSO retak. Dalam satu kesempatan, Wiranto, pernah mengatakan bahwa konflik terjadi karena memang persoalan kepemimpinan di Partai Hanura. "Semua terjadi karena ada sebab dan akibat, kalau ini karena masalah leadership (kepemimpinan)," kata Wiranto di lingkungan Istana Kepresidenan seperti dikutip dari Antara, Kamis (18/1/2018).

Sementara itu, OSO pernah menyinggung soal posisi Wiranto di Partai Hanura. Menurutnya tidak masalah bila Wiranto ingin kembali menduduki jabatan Ketua Umum Hanura seperti sebelum 2014 lalu. "Boleh saja Wiranto jadi Ketum Hanura, tidak perlu ribut-ribut. Kalau Wiranto mau jadi Ketum lagi, saya kasih," kata OSO di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (16/1/2018).

Dugaan hubungan Wiranto-OSO retak juga diamini oleh Direktur Populi Centre Usep Anyar. Usep berpendapat bisa saja hubungan kedua orang itu tak harmonis. Usep menilai gaya kepemimpinan OSO yang tidak disukai kader jadi penyebab utama konflik.

Kepada Tirto, Sekretaris Jenderal Hanura kubu OSO, Heri Lontung Siregar, menyanggah soal dugaan tersebut. Ia mengatakan bahwa tidak ada masalah antar kader yang patut dikhawatirkan. Heri mengklaim tidak ada perpecahan di antara para petinggi partai, termasuk antara OSO dan Wiranto.

"Tidak ada apa-apa, biasa saja. Pak Wiranto kan juga menyerahkan pada Ketua Umum," kata Heri.

Menurut Heri, Hanura di bawah pimpinan OSO tetap membuka pintu lebar-lebar bagi para kader partai yang sudah menggelar Munaslub di Cilangkap (kubu Sudding) untuk kembali berada dalam satu barisan. Namun, mereka harus sadar akan kesalahan yang pernah diperbuat sebelum mendapat pengakuan lagi dari pihak OSO.

"Prinsipnya kita welcome selama mereka sadar," ujarnya.

Dua figur Wiranto dan OSO sebetulnya punya relasi yang cukup intim, setidaknya sejak 2016 lalu. Kedekatan Wiranto dan OSO terlihat sebelum Hanura menggelar Munaslub pertamanya pada Desember 2016.

Saat itu, Munaslub diselenggarakan karena Wiranto mengundurkan diri dari posisi Ketua Umum Hanura. Wiranto mengundurkan diri setelah diangkat sebagai Menkopolhukam oleh Presiden Joko Widodo. Mantan calon presiden pada Pemilu 2004 itu mengaku ingin berkonsentrasi menjalankan tugas barunya.

"Life is a choice, pilihan saya mengabdi pada bangsa negara adalah yang utama. Maka pada kesempatan ini izinkan saya untuk berkonsentrasi penuh pada tugas saya sebagai Menkopolhukam," Kata Wiranto saat membuka Munaslub 2016 Hanura seperti dikutip dari Antara.

Ketika Wiranto mundur, nama OSO sudah mencuat sebagai pengganti, meski ia baru bergabung sebagai kader. OSO kemudian resmi menjadi Ketua Umum Hanura setelah dipilih secara aklamasi. Ketika itu pendiri Partai Persatuan Nasional (PPN) adalah satu-satunya kandidat yang ada.

Setelah didapuk menjadi Ketua Umum Hanura baru, OSO dan Wiranto sempat bertemu beberapa kali. Mereka menyusun kepengurusan baru hasil Munaslub. OSO percaya Wiranto bisa menjaga komitmen untuk terus mendukung Jokowi hingga Pemilu 2019. Hal ini diungkap Wiranto usai Munaslub.

"Ada pakta integritas, yang menjamin kesinambungan politik. Saya percaya Pak OSO akan mematuhi pakta integritas tersebut," Ujar Wiranto di penghujung 2016 lalu.

Lebih lama dari itu, keduanya juga berada dalam satu barisan mendukung Jokowi-Jusuf Kalla dalam Pilpres 2014. OSO ketika itu mendukung Jokowi dalam kapasitas OSO sebagai Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), sementara Wiranto ketika itu menjabat Ketua Umum Hanura.

Baca juga artikel terkait KONFLIK HANURA atau tulisan lainnya dari Lalu Rahadian

tirto.id - Politik
Reporter: Lalu Rahadian
Penulis: Lalu Rahadian
Editor: Rio Apinino