tirto.id - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman, Julisetiono Dwi Wasito mengatakan, sekitar 20 juta meter kubik material masih tertahan di puncak Merapi. Walaupun hal tersebut membuka peluang banjir lahar dingin, tapi saat ini keadaan relatif aman setelah dilakukan normalisasi aliran di sungai Gendol pasca Erupsi Merapi 2010.
"Namun masyarakat masih harus waspada terhadap ancaman banjir lahar dingin, " katanya.
Sementara itu, Bupati Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Purnomo menegaskan intensitas hujan yang masih cukup tinggi di kawasan utara masih menjadi ancaman banjir lahar dingin di sejumlah sungai yang berhulu Gunung Merapi.
"Kesiapsiagaan masyarakat harus ditingkatkan dalam melakukan mitigasi bencana," kata Sri Purnomo saat peresmian pos pemantauan banjir lahar dingin Gunung Merapi di kawasan Sungai Gendol, Dusun Bronggang, Argomulyo, Cangkringan, pada Selasa (15/3/2016).
Ia mengatakan, pos pemantauan ini adalah yang pertama dibangun di kawasan sungai-sungai besar yang berhulu di Gunung Merapi. "Meski begitu, kita tidak mengurangi pengawasan terhadap aliran sungai lainnya. Sebab, warga sudah ada yang secara swadaya mendirikan perangkat 'early warning system' (EWS) di sejumlah titik," katanya.
Sri Purnomo juga berharap, pos pemantauan banjir lahar di Bronggang ini bisa dijadikan sarana wisata. “Dengan ketinggian mencapai 15 meter lebih, wisatawan bisa melihat lebih luas kawasan lereng Merapi," katanya.
Ia mengatakan, di dekat pos pemantauan juga terdapat batu besar yang menjadi pengingat atas peristiwa erupsi Merapi 2010 lalu. "Ini akan menjadi pelajaran bagi anak cucu kelak," katanya.