tirto.id - Puasa ayyamul bidh adalah puasa sunah yang dikerjakan pada pertengahan bulan atau tanggal 13, 14 dan 15 dalam kalender tahun Hijriah, kecuali Ramadan. Jadwal puasa ayyamul bidh bulan ini, yang bertepatan dengan Zulkaidah 1441h adalah pada 4, 5, dan 6 Juli 2020.
Dengan metode hisab (perhitungan), jadwal puasa ayyamul bidh dalam setahun penuh dapat diperkirakan. Juli 2020 setara dengan 10 Zulkaidah hingga 10 Zulhijah 1441 H.
Jika pada bulan ini, puasa ayyamul bidh berlangsung pada 4, 5, dan 6 Juli 2020, maka bulan depan, puasa ayyamul bidh dapat dikerjakan pada 4, 5, 6 Agustus 2020. Hal ini terjadi karena puasa ayyamul bidh khusus pada Zulhijah dikerjakan pada pertengahan bulan setelah hari tasyrik (11, 12, dan 13 Zulhijah) yang di dalamnya, umat Islam diharamkan berpuasa.
Jadwal Puasa Ayyamul Bidh pada 2020
Berikut ini jadwal puasa ayyamul bidh hingga akhir 2020.
- Juli 2020: tanggal 4, 5, dan 6 (13-15 Zulkaidah 1441 H)
- Agustus 2020: tanggal 4, 5, dan 6 (13-15 Zulhijah 1441 H)
- September 2020: tanggal 1, 2, 3 (13-15 Muharam 1442 H), dan 30 (13 Safar 1442 H)
- Oktober 2020: 1 dan 2 (14 dan 15 Safar 1442 H), 30 dan 31 (13 dan 14 Rabiul Awal 1442 H)
- November 2020: 1 (15 Rabiul awal 1442 H) 28, 29, dan 30 (13-15 Rabiul Akhir 1442 H)
- Desember 2020: 28, 29, dan 30 (13-15 Jumadil Ula 1442 H)
Keutamaan Puasa Ayyamul Bidh
Seperti puasa sunah lainnya, puasa ayyamul bidh memiliki keutamaan. Dalam riwayat yang disampaikan oleh Abu Dzar Alghifari bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, "Siapa yang berpuasa 3 hari setiap bulan maka puasa itu setara dengan puasa satu tahun," (H.R. Tirmidzi dan Ibnu Majah). Artinya, puasa ayyamul bidh, jika dikerjakan sepenuhnya karena Allah, akan mendapatkan ganjaran bagai puasa setahun penuh.
Puasa ayyamul bidh amat dianjurkan karena Nabi Muhammad saw. nyaris tak pernah meninggalkan ibadah ini. Diriwayatkan dari jalur ‘Abdulah bin ‘Abbas RA bahwa Rasulullah biasa berpuasa pada ayyamul bidh baik ketika tidak bepergian maupun ketika bersafar (H.R. Nasai).
Dasar lain dari keutamaan puasa ayyamul bidh adalah wasiat dari Nabi Muhammad saw. kepada Abu Hurairah untuk mengerjakan puasa ini, sebagai bagian dari 3 amalan untuknya, selain salat duha dan salat witir.
Abu Hurairah berkata, "Kekasihku (Rasulullah) mewasiatkan kepadaku tiga nasihat yang aku tidak pernah meninggalkannya hingga aku mati: berpuasa 3 hari setiap bulan (puasa ayyamul bidh), mengerjakan salat Duha, dan mengerjakan salat witir sebelum tidur." (H.R. Bukhari).
Asal-Usul Puasa Ayyamul Bidh
Berdasarkan artikel "Ini Asal Usul Puasa Hari-Hari Putih" oleh Mahbub Ma'afi Ramdlan, setidaknya terdapat dua pendapat tentang asal usul puasa ayyamul bidh.
Yang pertama, karena puasa tersebut dikerjakan karena malamnya cerah oleh sinar bulan, yang bulat penuh (purnama) pada pertengahan bulan (tanggal 13, 14, dan 15). Bulan terlihat sejak matahari tenggelam hingga matahari terbit lagi pada hari berikutnya seolah malam dan siang jadi putih (terang).
Yang kedua, adalah riwayat dari Ibnu Abbas, bahwa ketika Nabi Adam diturunkan ke bumi, matahari membakar tubuhnya hingga menghitam. Allah kemudian mewahyukan kepada Nabi Adam agar berpuasa pada ayyamul bidh (hari-hari putih). Dalam tiga hari berturut-turut, secara bertahap, anggota badan Adam menjadi putih.
Bacaan Niat Puasa Ayyamul Bidh
Niat puasa ayyamul bidh, seperti puasa lainnya, dapat diucapkan bahasa setempat. Jika seseorang lebih puas mengucapkan dengan bahasa Arab, bacaan niat puasa tersebut adalah sebagai berikut.
نَوَيْتُ صَوْمَ اَيَّامَ اْلبِيْضِ سُنَّةً لِلهِ تَعَالَى
Bacaan latinnya, "Nawaitu Sauma Ayyaamal Bidh Sunnatan Lillaahi Ta'ala."
Artinya, "Saya niat puasa pada hari-hari putih, sunnah karena Allah Ta'ala."
Berbeda dengan niat puasa Ramadan yang wajib disampaikan pada malam hari, niat puasa ayyamul bidh, seperti niat puasa sunah lain, tidak harus diucapkan pada malam hari.
Niat puasa ini dapat diucapkan pada hari pelaksanaan puasa. Asalkan belum makan, minum, atau melakukan hal-hal lain yang membatalkan puasa sejak subuh, seseorang dapat langsung mengerjakan puasa ayyamul bidh.
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Fitra Firdaus