tirto.id - PSSI menegaskan, keputusan penghentian kompetisi Liga 1 dan Liga 2 2020 terkait pandemi Corona COVID-19 berada di tangan pemerintah. Pernyataan tersebut tertuang dalam surat balasan kepada PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) bernomor 1098/UDN/135/V-2020 .
Sebelumnya, PT LIB selaku operator kompetisi telah berkirim surat dengan nomor 187/LIB-COR/V/2020 kepada PSSI. Isi dari surat itu merupakan usulan dari klub-klub Liga 1 dan Liga 2 yang mayoritas menginginkan kompetisi dihentikan.
“Mengenai kelanjutan pelaksanaan kompetisi Liga 1 dan Liga 2, PSSI tetap berpedoman pada Peraturan Kesehatan dan Status Tanggap Darurat COVID-19 yang ditetapkan pemerintah Indonesia,” tulis PSSI dalam surat bertanda tangan Plt Sekjen PSSI, Yunus Nusi, sebagaimana dikutipAntara, Selasa (5/5/2020) malam.
Secara halus, PSSI menolak permintaan PT LIB. Acuan PSSI yaitu terkait status kahar atau force majeure dari pemerintah, yang dimulai pada Maret hingga Juni 2020. Apabila status tersebut diperpanjang, maka kompetisi akan dihentikan. Namun, apabila status kahar berakhir, kompetisi bisa dilanjutkan.
Dalam suratnya LIB berharap agar kompetisi tidak dilanjutkan dan subsidi yang diberikan kepada klub Liga 1 dan Liga 2 pada tahun 2020 sebesar Rp450 juta. Rinciannya klub Liga 1 Rp350 juta dan klub Liga 2 sebesar Rp100 juta.
Klub-klub Ingin Liga Dihentikan
Sejumlah klub menyatakan ingin kompetisi dihentikan lantaran menganggap wabah COVID-19 di Indonesia belum membaik. Salah duanya diungkapkan oleh Bhayangkara FC dan Persib Bandung. Sementara itu, PSIS Semarang berharap PT LIB segera melakukan Rapat Umum Pemegang Saham.
“Intinya apabila dalam situasi virus Corona ini sampai waktu yang ditentukan 29 Mei tidak ada perkembangan, maka sebaiknya untuk Liga 1 2020 dihentikan,” kata COO Bhayangkara FC, Sumardji.
Sementara Komisaris PT Persib Bandung Bermartabat (PT PBB), Umuh Muchtar tak ingin mengambil risiko dengan liga yang mesti berlanjut, kendati misalnya, dihelat tanpa penonton.
Menurut Umuh Muchtar yang juga mantan manajer Persib Bandung ini, potensi setiap orang terkena virus tetap ada sekali pun digelar tanpa suporter.
“Karena kali kita memaksakan juga tanpa penontonnya saya tidak masalah, tapi mungin berisiko juga. Risikonya apa? Kalau dipaksakan, kalau nanti ada kejadian salah satu pemain atau ofisial yang kena. Itu yang menjadi masalah,” tuturnya.
Penulis: Hendi Abdurahman
Editor: Iswara N Raditya