Menuju konten utama

PSG Teruskan Tradisi Pesta Gol Usai Kandas di Liga Champions

PSG hampir selalu berhasil menang di kompetisi domestik usai tersingkir dari Liga Champions, terhitung sejak musim 2012/2013.

PSG Teruskan Tradisi Pesta Gol Usai Kandas di Liga Champions
Ilustrasi. Pemain PSG Neymar JR dan Mbappe merayakan gol. FOTO/REUTERS

tirto.id - PSG sukses menaklukkan Dijon dengan skor 0-4 di Stadion Gaston Gerard, Rabu (13/3/2019) dini hari WIB dalam lanjutan laga Liga Perancis musim ini. Kemenangan ini terkesan "biasa" karena dalam beberapa tahun terakhir, Les Parisiens nyaris selalu bisa meluapkan amarahnya di kancah domestik usai tersingkir dari persaingan di Liga Champions.

Tersingkirnya PSG di Liga Champions tahun ini memang menyesakkan. Unggul 0-2 atas Manchester United di Old Trafford, PSG malah balik dilibas 1-3 di kandang sendiri pada pertemuan kedua di babak 16 besar. Dengan agregat 3-3, MU layak melaju ke perempat final dengan keunggulan agregat gol tandang.

Namun, skuat PSG tidak mau terlalu lama meratapi kekalahan itu. Semua terbukti ketika mereka bisa menggilas Dijon sepekan kemudian karena laga mereka akhir pekan kemarin kontra Nantes harus mengalami penundaan. Karena itu, Dijon yang menjadi korban kemarahan PSG ketika gawang mereka dibobol empat kali oleh Marquinhos, Kylian Mbappe, Angel Di Maria, dan Eric Choupo-Moting.

Dalam sejarahnya, PSG memang sering menang besar sesaat setelah ambisi mereka berprestasi di Liga Champions kandas. Musim lalu pun demikian. Empat hari setelah disingkirkan Real Madrid, PSG langsung melampiaskannya pada Metz dengan kemenangan telak 5-0 di Paris.

Musim 2016-2017 pun demikian ketika mereka menang 1-2 di markas Lorient setelah ditikung Barcelona dalam salah satu come back bersejarah di UCL. Ketika itu Barca kalah 4-0 di Paris, tetapi menang 6-1 di Camp Nou untuk membalikkan agregat jadi 6-5.

Sedangkan di musim 2015-2016, Caen yang menjadi korban amuk PSG. Saat itu klub Paris terbuang dari Liga Champions setelah disingkirkan Manchester City. Caen yang bertandang ke ibukota harus terluka karena disikat 6-0 oleh tuan rumah. Hal yang nyaris sama menimpa Lille semusim sebelumnya ketika mereka kalah 6-1 setelah PSG kalah bersaing dengan Barcelona.

Skor tipis terjadi pada 13 April 2013 saat PSG menang 0-1 atas Troyes. Laga itu berlangsung hanya beberapa hari setelah PSG dipulangkan oleh Barcelona dalam laga perempat final Liga Champions musim 2012/2013. Sementara satu-satunya pengecualian terjadi di musim 2013/2014. Setelah kalah dari Chelsea, PSG kembali menelan kekalahan atas Lyon dalam lanjutan Liga Perancis.

Dalam rentang waktu tersebut, PSG juga nyaris selalu bisa menghibur diri akibat kegagalan di Liga Champions. Hiburan itu berupa trofi juara Ligue 1 terkecuali musim 2016-2017 ketika PSG harus kalah bersaing dari AS Monaco. Saat itu Monaco masih diperkuat para bintangnya macam Mbappe, Bernardo Silva, atau Joao Moutinho.

Fokus Penuh ke Ligue 1

Kekalahan dari Manchester United memang membuat PSG sedih. Berulang kali usaha mereka melangkah jauh di Liga Champions selalu kandas. Saat ini target mereka memang di domestik saja terutama mempertahankan gelar juara Liga Perancis.

“Ini adalah kemenangan penting setelah kekalahan kami dari Manchester United. Kami memang kecewa, namun kemenangan ini menjadi berharga untuk menjaga kepercayaan diri kami dan fokus di Ligue 1 dan Coupe de France,” ujar Angel Di Maria, pencetak gol tendangan bebas indah ke gawang Dijon.

Setelah ini PSG akan berhadapan dengan Olympique Marseille pada akhir pekan nanti di Parc des Princes. Tidak akan mudah tentunya karena Marseille sedang bagus performanya dengan empat kemenangan dan sekali seri dalam lima laga terakhir. Ditambah, dengan ancaman dari Mario Balotelli yang sedang on fire bersama tim barunya tersebut.

Baca juga artikel terkait LIGA CHAMPIONS atau tulisan lainnya dari Wan Faizal

tirto.id - Olahraga
Kontributor: Wan Faizal
Penulis: Wan Faizal
Editor: Fitra Firdaus