tirto.id - Pemerintah Indonesia menerapkan efisiensi anggaran pada 2025 sebagai bagian dari upaya menata kebijakan fiskal yang lebih berkelanjutan. Salah satu sektor yang kena dampak adalah Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), yang harus menyesuaikan program kerja akibat pemangkasan dana. Kebijakan ini berpotensi memengaruhi berbagai inisiatif pembinaan atlet dan pengembangan olahraga nasional.
Penyesuaian ini berimplikasi langsung pada berbagai agenda strategis olahraga nasional, terutama pemusatan latihan nasional (Pelatnas). Semula, Kemenpora telah merancang dukungan jangka panjang bagi Pelatnas hingga Olimpiade 2028, namun dalam rangka optimalisasi sumber daya, prioritas kini fokus pada persiapan kompetisi dalam jangka pendek.
Konsekuensinya, mekanisme seleksi atlet untuk Pelatnas SEA Games 2025 akan diperketat, dengan prioritas yang lebih selektif terhadap cabang olahraga yang memiliki potensi besar dalam perolehan medali.
Di sisi lain, sejumlah atlet menyuarakan keprihatinan mereka atas kebijakan ini. Salah satunya, atlet nasional Andi Jerni, yang melalui media sosial, mengungkapkan bahwa pemangkasan anggaran hingga 40% telah berdampak langsung pada honor serta skema pembinaan atlet.
4 Dampak Efisiensi Anggaran 2025 di Olahraga
Berikut adalah beberapa program olahraga yang terdampak akibat efisiensi anggaran 2025:
1. Pelatnas Tak Dibubarkan, tapi Anggaran Dipangkas
Pemangkasan anggaran di Kemenpora RI membawa dampak signifikan bagi pemusatan latihan nasional (pelatnas), meskipun Wakil Menteri Pemuda dan Olahraga, Taufik Hidayat, menegaskan bahwa pelatnas tidak dibubarkan sepenuhnya namun hanya diperketat.Dalam kondisi ini, cabang olahraga yang tidak masuk dalam prioritas mengalami kesulitan dalam menjaga kontinuitas latihan dan persiapan atlet. Meski ada harapan agar dana dapat kembali seperti semula, belum ada kepastian kapan hal tersebut akan terjadi.
Wamenpora sendiri menyatakan bahwa ketergantungan penuh pada pemerintah bukan solusi yang ideal, sehingga mendorong setiap cabang olahraga untuk mencari sumber pendanaan lain. Namun, bagi banyak atlet dan pelatih, hal ini tidak mudah dilakukan, terutama bagi mereka yang bergantung pada fasilitas dan dukungan negara.
2. Tebang Pilih Cabang Olahraga
Untuk menghadapi ajang olahraga tahun 2025, pemerintah menerapkan kebijakan selektif dalam menentukan cabang olahraga yang akan mendapat prioritas pendanaan. Wamenpora Taufik Hidayat menyoroti pentingnya efisiensi anggaran, mengingat tidak semua cabang olahraga dapat difasilitasi secara merata.Oleh karena itu, perhatian utama diberikan pada cabang olahraga dengan potensi besar meraih medali di kompetisi internasional, seperti Olimpiade, Asian Games, dan SEA Games. Dengan ajang besar seperti SEA Games di Thailand pada Desember 2025 serta berbagai turnamen individu lainnya, Kemenpora tengah menyusun skala prioritas guna memastikan alokasi dukungan yang tepat.
Dalam proses seleksi, beberapa cabang olahraga seperti angkat besi, bulutangkis, panahan, dan panjat tebing telah masuk dalam daftar prioritas, sementara cabang atletik masih dalam tahap evaluasi lebih lanjut.
3. Esports dan Atletik Telah Dipangkas
Kebijakan efisiensi anggaran yang diterapkan oleh PB ESI dan PB PASI menunjukkan pergeseran prioritas dalam pembinaan olahraga nasional. Meskipun Timnas Esports Indonesia meraih prestasi gemilang di SEA Games 2023 dan Kejuaraan Dunia IESF 2024, federasi tetap harus selektif dalam memilih kejuaraan yang diikuti, menyesuaikan dengan kebijakan pemerintah di bawah Presiden Prabowo Subianto.Di sisi lain, pemangkasan anggaran juga berdampak besar pada cabor atletik. Pelatnas yang semula melibatkan 80 atlet harus dihentikan per 31 Januari 2025, memaksa PB PASI untuk meninjau ulang strategi pembinaan jangka panjang. Kebijakan ini menimbulkan tantangan bagi kontinuitas prestasi olahraga nasional, terutama bagi cabang yang telah menunjukkan dominasi di tingkat internasional.
4. PSSI dan Timnas Bergantung pada Swasta
Pemangkasan anggaran pemerintah berdampak pada PSSI dan Timnas Indonesia. Dana yang dialokasikan untuk Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) dikurangi dari Rp2,3 triliun menjadi Rp1,3 triliun, menghambat pencairan anggaran bagi federasi sepak bola nasional. Akibatnya, program-program yang telah dirancang berisiko tertunda.Dengan kebutuhan operasional mencapai Rp. 500-600 miliar, PSSI kini mengandalkan dukungan dari sektor swasta. Sejauh ini, sekitar 25 perusahaan telah berkontribusi, menyuntikkan dana sebesar Rp400 miliar demi kelangsungan Timnas.
Penulis: Satrio Dwi Haryono
Editor: Dipna Videlia Putsanra