tirto.id - Calon presiden Ekuador, Fernando Villavicencio, tewas ditembak saat melakukan kampanye di wilayah Quito sebelah utara pada Rabu, 9 Agustus 2023. Tubuhnya penuh luka, sedangkan pelaku juga tewas dengan keadaan luka parah.
Mengutip BBC, Fernando mendapatkan tembakan tiga kali dari pelaku. Tragedi itu terjadi ketika dia hendak masuk ke dalam mobil di kursi belakang. Pelaku mendadak berjalan menghampirinya lalu melepas tembakan di arah kepala.
Selanjutnya, pelaku terlibat baku tembak dengan aparat keamanan setempat dan mengalami luka parah. Menurut pernyataan kantor Kejaksaan Agung setempat, pelaku sempat dibawa ke Kejaksaan Agung di Quito, lalu dikonfirmasi tewas oleh petugas ambulans departemen pemadam kebakaran.
Selain Fernando dan pelaku, baku tembak telah membuat luka seorang calon majelis dan dua polisi. Total korban luka mencapai 9 orang. Saat itu, setidaknya ada 12 tembakan yang terdengar.
Presiden Ekuador, Guillermo Lasso, mengaku marah dan terkejut atas peristiwa ini. Menurut dia, kejahatan ini tidak akan dibiarkan begitu saja.
"Kejahatan terorganisir telah berkembang pesat, tetapi beban hukum sepenuhnya akan menimpa mereka," kata Guillermo.
Di sisi lain, pemilihan umum Ekuador bergulir 20 Agustus 2023 mendatang. Jumlah calon yang mengikuti kontestasi sebanyak 8 capres. Salah satu capres adalah Fernando meski bukan calon terkuat saat ini.
Fernando merupakan anggota Majelis Nasional, sebelum Guillermo membubarkannya Mei 2023. Pemilu Ekuador dijadwalkan lebih awal. Mengutip CNN, tujuh capres lainnya sudah mendapatkan perlindungan dari polisi
Profil Fernando Villavicencio
Fernando Villavicencio dikenal sebagai anggota Majelis Nasional di Konstituensi Nasional Ekuador. Pria kelahiran Alausi, 11 Oktober 1963, ini lulusan ilmu jurnalistik dan komunikasi di Cooperative University, Kolombia.
Kariernya sebagai jurnalis dimulai ketika bergabung bersama surat kabar terbesar di Ekuador, El Universo. Fernando termasuk jurnalis kritis dengan berbagai laporan investigasinya, seperti menuduh pemerintahan Presiden Gustavo Noboa korup.
Meski begitu, kredibilitas Fernando sempat dikritik terkait pendanaan yang diterima oleh surat kabar tempatnya bekerja.
Fernando menjadi salah satu sosok pendiri Partai Pachakutik pada 1995. Dia lalu bergabung dengan perusahaan minyak Petroecuador pada 1996 sebagai komunikator sosial, lalu ditunjuk menjadi anggota serikat pekerja sampai 1999. Pada masa pemerintahan Presiden Jamil Mahuad, Fernando disingkirkan melalui pemecatan.
Sosok Fernando begitu lekat dengan masalah hukum di Ekuador. Dia pernah dipenjara 18 bulan selama sesi Majelis Nasional 2013-2014, setelah bersama Clever Jimenez menuduh Presiden Rafael Correa memerintahkan serangan bersenjata di rumah sakit ketika terjadi pemberontakan polisi pada September 2020. Hukuman tersebut berkaitan dengan pasal pencemaran nama baik.
Dia kembali ditangkap atas tuduhan penghinaan dan spionase usai kalah dalam pemilihan umum 2017. Penangkapan ini terkait kritiknya terhadap Pemerintahan Rafael Correa. Fernando lalu pergi ke Peru untuk mencari suaka hingga akhirnya tuduhan padanya dibatalkan pada Februari 2018.
Akhirnya, Fernando mencalonkan diri kembali untuk Majelis Nasional 2021 dengan bergabung bersama Aliansi Kejujuran (Honesty Alliance). Kali ini, dia memenangkan satu kursi. Pada Mei 2023, Majelis Nasional dibubarkan Presiden Guillermo Lasso.
Fernando lantas mengumumkan pencalonannya sebagai Presiden Ekuador pada pemilu 2023. Sayangnya, 10 hari sebelum pelaksanaan pemilu pada 20 Agustus 2023, Fernando ditembak mati.
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Alexander Haryanto