tirto.id - Bima Sakti resmi ditunjuk PSSI sebagai pelatih Timnas Indonesia untuk Piala Dunia U17 2023, yang akan digelar di Tanah Air pada November-Desember tahun ini. Tugas berat jelas bakal dipikul Bima Sakti, yang sudah meniti karir sebagai pelatih sejak 2016 silam.
Ditunjuknya Bima Sakti sebagai pelatih Timnas U17 diumumkan langsung oleh Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, pada Sabtu (24/6/2023) lalu. Atau sesaat usai Indonesia secara resmi dinyatakan sebagai host Piala Dunia U17 2023, untuk menggantikan Peru.
“Kami rasa akan memberikan kesempatan kepada pelatih Bima, kami perlu pelatih-pelatih muda. Di kepengurusan STY (Shin Tae-Yong) itu ada pelatih Nova [Arianto] dan pelatih-pelatih baru, di kepengurusan Indra di SEA Games juga banyak pelatih muda,” jelas Erick dikutip dari Antara.
Sejatinya Bima Sakti bukanlah orang baru dalam lingkup Timnas Indonesia. Sejak ditunjuk menjadi asisten pelatih timnas pada 2017 silam, Bima lantas malang-melintang dalam tim kepelatihan skuad Garuda dari berbagai kelompok usia. Bima pernah turut menangani tim senior, hingga membawa U16 menyabet gelar juara AFF U16 pada 2022 lalu.
Perjalanan Bima sebagai salah satu sosok pelatih muda, tak bisa disepelekan. Mantan pemain Persema Malang ini juga sempat mengalami pasang surut dalam karir kepelatihannya.
Profil Bima Sakti: Perjalanan Karir Kepelatihan
Bima Sakti Tukiman lahir di Balikpapan, pada 23 Januari 1976 (47 tahun). Ia memulai karier kepelatihan pada 2016 silam, ketika dipercaya sebagai pemain merangkap asisten pelatih Persiba Balikpapan di kompetisi ISC A (pengganti ISL saat pembekuan PSSI oleh FIFA). Ketika itu Bima Sakti mengantongi lisensi kepelatihan AFC B.
Menariknya pada 2016 ketika usianya menginjak 40 tahun, Bima memutuskan menunda masa pensiun untuk membantu tim di kota kelahirannya, Persiba Balikpapan. Ia dipercaya sebagai pendamping pelatih Jaino Matos, dan mengantar Persiba finis di peringkat 13 dari total 18 tim pada akhir musim 2016.
Karir kepelatihan Bima Sakti tergolong cepat menanjak. Pada 2016, Bima bahkan sempat ditawari sebagai asisten pelatih Timnas Indonesia, ketika masih di bawah kendali Alfred Riedl. Tapi Bima menolak tawaran tersebut lantaran merasa belum cukup bekal, dan masih ingin fokus di Persiba.
Kesempatan Bima Sakti masuk tim kepelatihan Timnas Merah Putih kembali datang pada 2017, ketika skuad Garuda di bawah kendali Luis Milla. Bima turut mendampingi Milla di SEA Games 2017 dan Asian Games 2018.
Pertengahan 2018, PSSI memutus kerja sama dengan Luis Milla. Imbasnya, Bima yang sejatinya masih minim pengalaman di tim senior lantas ditunjuk untuk memimpin Timnas Indonesia di Piala AFF 2018. Ketika itu Bima juga sudah mengikuti kursus lisensi A AFC.
Debut Bima Sakti sebagai pelatih kepala di Timnas Indonesia berujung tragis usai gagal total di AFF 2018. Ketika itu Timnas Indonesia hanya finis di peringkat 4 klasemen akhir, sekaligus memastikan Evan Dimas dan kawan-kawan tersingkir di fase grup.
Tentu saja Bima menjadi salah satu pihak yang paling disalahkan atas hasil buruk tersebut. Ia lantas lengser dari kursi kepelatihan, dan posisinya kemudian digantikan Simon McMenemy.
Hasil buruk di AFF 2018 tak lantas menyurutkan karir Bima. Ia kembali dipercaya PSSI untuk menukangi Timnas U16. Bima membawa timnya meraih peringkat 3 di AFF U16 2019, lalu mengantar mereka lolos ke putaran final Piala Asia U17 2020 meski akhirnya batal digelar sebagai imbas pandemi COVID-19.
Bersamaan dengan itu, Bima lantas meningkatkan kemampuan kepelatihannya dengan mengikuti kursus lisensi AFC Pro pada 2020. Karir Bima kian matang sebagai pelatih.
Tahun 2022 Bima Sakti kembali ditunjuk sebagai pelatih Timnas U16. Kepercayaan itu langsung dibayar kontan dengan gelar juara AFF U16 2022 di Indonesia. Hanya saja, ia gagal mengantar timnya lolos ke putaran final Piala Asia U17 2023 usai kalah bersaing di babak kualifikasi.
Bima Sakti Pelatih Timnas Indonesia U17
Bima Sakti punya segudang penggalaman berharga yang mematangkan karier kepelatihannya. Saat masih aktif bermain, ia pernah menjadi bagian Sampdoria U19, juga mengikuti kompetisi Serie A Primavera pada 1993.
Pada 1995, Bima Sakti bahkan pernah bermain untuk klub Swedia, Helsingborg. Namun ia hanya bertahan setahun, lalu memilih kembali berkarir di Indonesia. Sedangkan saat menjadi pemain Timnas Indonesia, Bima juga sempat dipercaya memakai ban kapten.
Berbekal pengalaman tersebut, Bima punya gaya kepelatihan yang dianggap bisa membentuk kedisiplinan serta kesolidan tim. Dikutip dari Antara, ketika Piala AFF U16 2022 lalu, Bima menerapkan aturan ketat.
Tak hanya ketika berlatih, Bima juga menerapkan aturan kedislipinan terhadap tim asuhannya yang terkait dengan cara berpakaian serta ketepatan waktu ibadah. Ia juga membatasi penggunaan gawai untuk anak didiknya. Para anggota tim hanya diperkenankan menggunakan ponsel maksimal 4 jam dalam sehari, yakni mulai pukul 17.00 WIB.
Metode yang diterapkan Bima Sakti terbukti mampu meningkatkan mental dan moral bertanding timnya. Alhasil, Bima berhasil menjadi sosok ayah, kakak, hingga teman bagi para pemain.
"Saya melihat langsung ke ruangan rapat anak-anak. Coach Bima sangat baik dalam melakukan pendekatan nonteknis dan memberikan motivasi. Betul-betul ada pendekatan psikologis antara pelatih dan pemain," kesan Ketum PSSI saat itu, Mochammad Iriawan.
Ketika final Piala AFF U16 2022 silam, secara khusus Bima Sakti turut mendatangkan para orang tua pemain ke Stadion Maguwoharjo, venue final kala itu. Hasilnya, Indonesia sukses merengkuh gelar AFF U16 2022, dengan mengalahkan Vietnam.
Metode yang dilakukan Bima agaknya tak hanya terjadi di Indonesia. Pasalnya ketika ajang Piala Dunia 2022 lalu, Timnas Maroko juga melakukan hal nyaris serupa. Mereka mendatangkan ibu dan orang tua pemain ke tribun stadion, alih-alih hanya mengizinkan para wags (pasangan), seperti yang kebanyakan dilakukan tim lain.
"Hal seperti itu sudah kami lakukan sejak tahun 2019, saat timnas U16 masih diperkuat Marselino Ferdinan dan kawan-kawan. Itu ampuh sekali, menjadi pelecut semangat dan motivasi pemain. Saya selalu ingin pemain mengingat jasa orang tua, lalu pelatih-pelatih mereka di SSB atau akademi. Itulah orang-orang yang sangat berjasa bagi mereka," ujar Bima Sakti.
Kini tantangan Bima di Timnas U17 kian besar. Piala Dunia U17 tentu tak bisa disamakan dengan Piala AFF. Kali ini Indoneisa bakal berkompetisi melawan deretan tim terbaik dunia.
Untuk meningkatkan kapasitasnya sebagai pelatih, Bima Sakti saat ini juga masih mengikuti kursus lisensi AFC Pro Diploma. Dengan bekal tersebut diharapkan Timnas U17 Indonesia bisa berbuat banyak di Piala Dunia U17 2023.
Karir Kepelatihan Bima Sakti
- 2016: Asisten pelatih Persiba Balikpapan
- 2017: Asisten pelatih Timnas U23 Indonesia
- 2018: Pelatih interim Timnas Indoneisa
- 2019: Pelatih Timnas U16 Indonesia
- 2022: Pelatih Timnas U16 Indonesia (Juara AFF U16 2022)
- 2023: Asisten pelatih Timnas U22 Indonesia (Emas SEA Games 2023)
- 2023: Pelatih Timnas Indonesia U17
Penulis: Dicky Setyawan
Editor: Oryza Aditama