tirto.id -
Wakil Sekretaris TKN Raja Juli Antoni menegaskan, guyonan itu termasuk rendahan. Seharusnya sebagai pemimpin Prabowo mencari bahasan lain agar retorikanya tak menyinggung sebagian masyarakat.
"Dia ingin guyon tapi kasta guyon seperti ini sangat rendah. Banyak hal yang bisa dijadikan jokes atau guyon, tapi tidak serta merta itu mesti menyinggung masyarakat," tegas Toni pada Tirto, Jumat (30/11/2018).
Menurutnya, Prabowo tak belajar dari pengalaman. Saat pidato 'tampang Boyolali'-nya dipermasalahkan dia sempat meminta maaf. Ketika kasusnya tak lagi diselidik Bawaslu, pidato yang menyinggung ekonomi warga sekitar kembali dilakukan.
Meski tak menyindir masyarakat Yogyakarta tak bisa masuk hotel, tetapi dia menyampaikan bahwa warga Yogyakarta tak punya uang.
"Jauh lebih penting adalah ada kesadaran baru dari calon presiden kira meningkatkan kampanye dengan membicarakan hal yang substansial," jelas Toni lagi.
Prabowo berpidato di depan pendukungnya di kawasan Sasana Hinggil, Kecamatan Keraton, Kota Yogyakarta, Rabu (28/11/2018). Dia sendiri masih teringat kasus 'tampang Boyolali' sebelum melempar guyonan.
"Saya mengerti, wajah-wajah kalian....ini sudah ada yang ngerekam ini dan menunggu saya bilang tampang-tampang," kata Prabowo yang disusul gelak tawa pendukung dan warga.
"Wajah-wajah kalian yang ganteng-ganteng, yang cantik-cantik dan penuh senyum walaupun nggak punya uang, bener kan? Memang rakyat Yogya khas, nggak punya duit masih senyum," kata Prabowo lagi.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Maya Saputri