Menuju konten utama

Prabowo Bingung Candaan 'Tampang Boyolali' & Kenapa Publik Marah?

Masyarakat marah dengan pernyataan "tampang Boyolali" yang pernah terucap oleh Prabowo Subianto karena faktor daerah adalah bagian kebanggaan.

Prabowo Bingung Candaan 'Tampang Boyolali' & Kenapa Publik Marah?
Calon Presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto menyampaikan kata sambutan pada Rakernas Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) di Jakarta, Kamis (11/10/2018). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/ama/18

tirto.id - Pidato Prabowo Subianto soal “tampang Boyolali” berbuntut panjang. Banyak yang menanggapi pernyataan yang dikemukakan calon presiden nomor urut 02 pada Selasa (30/10/2018) lalu itu dengan sinis.

Pada dunia maya orang-orang ramai membuat tagar #SaveBoyolali, biasanya disertai potongan pidato yang dipermasalahkan. Tagar itu pertama kali muncul di Twitter pada Jumat (2/11/2018) sore dan sempat jadi trending topic.

Selain di media sosial, reaksi juga muncul di dunia nyata. Tak hanya menyindir, seseorang bernama Dakun bahkan melaporkan Prabowo ke Polda Metro Jaya Jumat lalu. Ia merasa tersinggung karena menganggap Prabowo sama saja bilang kalau orang Boyolali miskin semua dan tak pernah sanggup menyewa hotel.

Dan itu bukan satu-satunya reaksi yang muncul di dunia nyata. Minggu (4/11/2018) pagi, massa berdemonstrasi di Boyolali memprotes pernyataan Prabowo. Mereka, sebagaimana dilaporkan Detik, membawa beragam spanduk dan poster yang dihiasi tulisan seperti #SaveTampangBoyolali dan #2019TetapTampangboyolali. Pada poster lain tertulis “Tolak Prabowo,” “Prabowo “Harus Minta Maaf,” hingga “Tolak Rasis di Indonesia.”

Mengapa Masyarakat Marah?

Pertanyaan pun muncul: kenapa orang bisa marah karena pernyataan seperti itu?

Dosen dari jurusan Sosiologi Universitas Indonesia Ricardi S. Adnan mengatakan orang marah jika merasa harga dirinya direndahkan. Tempat tinggal atau asal daerah juga termasuk bagian dari harga diri itu. Kemarahan juga bisa semakin besar jika pernyataan bergaya hiperbolis—menyatakan sesuatu secara berlebihan.

"Orang akan merasa tersinggung kalau pride-nya atau dia sendiri merasa dilecehkan," kata Ricardi kepada Tirto, Minggu (4/11/2018).

Orang juga bisa marah jika menerima informasi tak langsung atau bahkan salah menerima informasi.

"Sama saja misalnya kita menerima pesan WhatsApp. Kalau kita tidak face to face tidak tahu ekspresinya orang [yang menyampaikan]. Bertemu sama orang yang sudah akrab saja ngomong 'bego lu' santai saja, kan. Tapi kalau itu disampaikan lewat WhatsApp, wah, bisa marah kita," katanya.

Dalam kasus “muka Boyolali”, kata Richardi, bisa jadi pemicu orang bisa marah hingga turun ke jalan bukan cuma karena pernyataan itu sendiri, tapi bisa juga “dipicu hal-hal lain.” Perlu riset lebih lanjut untuk mengetahui jawaban pastinya.

Kabupaten Boyolali adalah basis suara Joko Widodo sekaligus kandang banteng PDIP. Di pemilu legislatif 2014 lalu, PDIP menguasai 25 kursi DPRD Boyolali dari total 45 kursi. Sementara pada Pilpres, suara Jokowi-JK tiga kali lipat lebih banyak dibanding Prabowo-Hatta Rajasa dengan perbandingan 457.914 (75,91 persen) dan 145.353 (24,09 persen).

Prabowo Bingung Candaan Dipersoalkan

Respons negatif muncul meski Prabowo telah mengaku bahwa ia hanya bercanda. Dia pun heran mengapa reaksi masyarakat berlebihan.

"Saya juga bingung. Kalau saya bercanda dipersoalkan, kalau saya begini begitu dipersoalkan,” kata Prabowo di Kuningan, tadi pagi.

Ia menduga ada motif politik di balik reaksi tersebut. Apa saja pernyataannya, mau benar atau salah, akan selalu dikaitkan dengan pencalonannya sebagai orang nomor satu di Indonesia tahun depan. “Ini adalah politik. Ini adalah musim politik," kata Prabowo lagi.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Lalu Rahadian

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Lalu Rahadian
Penulis: Lalu Rahadian
Editor: Rio Apinino