tirto.id - Epidemiolog dari Griffth University Australia, Dicky Budiman menilai kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Indonesia terbukti efektif menekan penyebaran virus corona COVID-19.
“PPKM ini efektif untuk menekan gelombang satu, gelombang dua, dan gelombang tiga,” kata Dicky kepada Tirto, Kamis (21/4/2022).
Menurut Dicky selama masih dalam situasi yang kritis atau darurat kesehatan, PPKM itu menjadi bagian yang tidak terpisahkan.
Meski kasus Covid-19 saat ini sedang melandai, kedispilinan protokol kesehatan hingga menjalani vaksinasi tetap harus dilakukan. Sehingga, tak ada alasan pula menghentikan PPKM, meskipun kasus COVID-19 sedang melandai.
“Enggak seperti itu. Karena apa? status pandemi masih berlaku, kan belum dicabut oleh WHO [World Health Organization atau Badan Kesehatan Dunia],” ucap dia.
Menurut Dicky, PPKM ini akan memayungi upaya 3T atau tindakan melakukan tes Covid-19 (testing), penelusuran kontak erat (tracing), dan tindak lanjut berupa perawatan pada pasien Covid-19 (treatment). Kemudian 5M atau memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas, serta vaksinasi.
Jika PPKM dicabut, lanjut Dicky, dia mempertanyakan dasarnya. Kecuali status pandemi sudah dicabut. Dia juga mengingatkan jangan sampai ketika status pandemi belum dicabut, lalu merasa “semakin baik”, padahal upaya 3T Indonesia menurun, kapasitas surveilance genomic atau pengawasan genomik masih terbatas, dan adanya ancaman varian baru Covid-19.
“Sehingga, kalau ini dicabut, ya bisa membalik. Memburuk bahkan di beberapa wilayah,” tegas Dicky.
Hal yang senada pun disampaikan oleh Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI), Iwan Ariwan.
“Sampai sekarang indikator PPKM masih efektif untuk memantau transmisi Covid-19 dan respons pemerintah kabupaten/kota, provinsi, serta pusat,” kata Iwan kepada Tirto.
Menurut dia, kalau seluruh kabupaten/kota sudah masuk ke PPKM level 1, Indonesia memerlukan indikator lain untuk memantau transmisi Covid-19. Supaya bisa secara dini mendeteksi potensi kenaikan kembali transmisi virus menular itu.
“Bisa dihentikan nanti bukan sekarang, setelah semua kabupaten/kota stabil di PPKM level 1, karna indikator PPKM menjadi tidak sensitif lagi,” ujar Iwan.
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Bayu Septianto