tirto.id - PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mendata total nilai kerugian akibat pencurian listrik baik di kawasan permukiman, maupun industri setiap tahunnya sekitar Rp10 triliun.
"Saya mohon kepada kawan-kawan wartawan sampaikanlah tolong pencurian-pencurian bagi para pengusaha, industri, perumahan, untuk tidak lakukan pencuri karena tahu angkanya sekitar berapa? Bisa di atas Rp10 triliun. Pencurian itu per tahun." ungkap Direktur Utama PLN, Sofyan Basir di kompleks DPR Jakarta, Selasa (24/4/2018).
Sofyan menjelaskan, ada dua industri yang melakukan pencurian listrik dan nilainya sekitar Rp300 miliar. "Hukumannya pidanalah. Tolong sampaikan itu bahwa mencuri itu pidana," ujarnya.
Ia juga menjelaskan cara PLN mendeteksi pencurian listrik di sebuah wilayah. Misalnya, apabila dalam suatu kompleks rumah mewah ditemukan beberapa rumah yang pemakaian listriknya lebih kecil, maka itu patut dicurigai.
"Dua rumah kecil betul di sederetan 10 rumah. Kami lihat ditinggalin tidak apa kosong? Kalau rumahnya berisi, pasti dia mencuri. Ini tipikal," kata dia.
Sofyan merincikan, pelanggan yang berpotensi melakukan pencurian listrik adalah mereka yang memasang 10 ribu sampai 15 ribu watt. "Semua daerah terdapat pencurian mulai Jakarta, Surabaya, Tangerang. Industri-industri kan merata," ungkapnya.
Untuk mencegah kejadian tersebut, maka PLN berupaya mengganti seluruh teknologi pengukuran listrik dengan smart meter yang dapat melaporkan secara real time.
"Smart meter kami beli ya, kontrolnya dari PLN. Kami lagi berupaya mengganti smart meter. Ini kan lumayan mahal meteran yang bolak-balik itu. Kami kontrolnya dari kantor. Kami lagi mengarah ke sana," teran Sofyan.
Selain itu, untuk menjaring penggunaan listrik yang melakukan kecurangan, maka PLN akan menurunkan ribuan auditor untuk mengecek penggunaan listrik setiap pelanggan rumah tangga.
"Tolong sampaikan ke masyarakat kami turunkan ribuan auditor untuk meriksa ke rumah-rumah," ucapnya.
Lebih lanjut Sofyan mengatakan, meski nilai kerugian akibat pencurian listrik ini senilai Rp10 triliun, tapi kerugian itu hanya 2-3 persen. Pasalnya, omzet PLN secara keseluruhan yang sebesar Rp300 triliun.
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Alexander Haryanto