tirto.id - Deputi bidang pencegahan dan kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Wisnu Widjaja mengatakan potensi kebakaran hutan di Provinsi Riau akan terjadi lagi pada Maret dan Juni 2019.
"Di Riau itu [kebakaran hutan] ada dua semester. Maret bisa berpotensi kebakaran dan setelah itu pada bulan Juni bisa akan terjadi lagi," ujarnya di kantornya, Jakarta Timur, Kamis (28/2/2019).
Hal tersebut dipicu oleh intensitas curah hujan yang rendah sehingga membuat tanah menjadi kering dan gambut mudah terbakar.
Secara mendetail ia menjabarkan, faktor kebakaran hutan memang bisa disebabkan oleh tiga faktor, yakni oksigen, bahan bakaran yang mudah terbakar, dan adanya panas.
"Kalau sudah memenuhi, air tanah sudah turun di bawah 40 sentimeter itu artinya bahan bakaran berupa gambut kering itu berpotensi terbakar sangat mudah. Rokok saja dilepas [di lahan gambut] bisa membakar," ujarnya.
Oleh sebab itu, ia akan terus mengupayakan pemadaman dini dengan membentuk masyarakat peduli api, desa tangguh bencana, serta melibatkan TNI, BPBD, dan Polri. Yang akan siap sedia membantu pemadaman apabila terjadi kebakaran.
Selain itu BNPB juga menyebutkan, siap dengan upaya pemadaman udara seperti membuat hujan buatan. Yang mana melibatkan tujuh helikopter, yang masing-masing berasal dari KLHK satu unit, Sinarmas Group dua unit, TNI AU dua unit, BNPB dua unit, dan satu pesawat Casa 212.
Merujuk data yang dikeluarkan BNPB, dari 1 Januari sampai dengan 26 Februari 2019. Total luas kebakaran hutan di Provinsi Riau mencapai 1178,41 haktare per Kabupaten dengan rincian: Rohil 144 ha, Dumai 65,5 ha, Bengkalis 837 ha, Meranti 20.4 ha, Siak 30 ha, Pekanbaru 21,51 ha, Kampar 19 ha, Pelalan 3 ha, dan Inhil 38 ha.
"Itulah tantangan yang kita hadapi. Selama tiga tahun ini saya kira kita cukup berhasil untuk menahan itu. Tetap terjadi pembakaran, tetapi tidak meluas. Ini yang kita upayakan mati-matian," ujar Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB Wisnu Widjaja.
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Nur Hidayah Perwitasari