tirto.id -
"Sebagai contoh kalau kita lihat kebakaran di Jawa. Itu banyak kejadian yang tidak disengaja. Misalkan orang camping di gunung kemudian dia lupa mematikan api atau membuang puntung rokok itu juga bisa jadi kebakaran," ujarnya ditemui di kantor BNPB, Jakarta Timur, Kamis (28/2/2019).
Apalagi, tambahnya, kalau hal tersebut terjadi di lahan gambut yang kering sebagaimana yang ada di Provinsi Riau. Ketika musim kering, kebakaran gambut menjadi sulit dipadamkan.
Oleh karena itu, selain mengupayakan pemadaman dan pencegahan pada titik api. Kementerian LHK juga mengupayakan penegakan hukum untuk pihak yang tertangkap membakar hutan.
"Kemarin di Bengkalis Riau itu sudah dua orang ditetapkan sebagai tersangka, karena sudah berhasil tertangkap tangan ketika melakukan pembakaran," ujarnya.
Tapi menurutnya juga, tak sedikit kasus kebakaran hutan yang pelakunya sulit untuk ditangkap.
Terlebih lagi di lahan yang asal-usul kepemilikannya tidak jelas. Sehingga memerlukan waktu untuk penyelidikan.
"Dari direktorat penegakan hukum juga sudah melakukan upaya penegakan hukum. Juga dari aparat kepolisian juga sudah turun di lokasi yang terbakar untuk melakukan tugasnya," tandasnya.
Merujuk data yang dikeluarkan BNPB, dari 1 Januari sampai dengan 26 Februari 2019. Total luas kebakaran hutan di Provinsi Riau mencapai 1178,41 haktare per Kabupaten dengan rincian: Rohil 144 ha, Dumai 65,5 ha, Bengkalis 837 ha, Meranti 20.4 ha, Siak 30 ha, Pekanbaru 21,51 ha, Kampar 19 ha, Pelalan 3 ha, dan Inhil 38 ha.
Sedangkan upaya pemadaman melalui udara dengan hujan buatan juga dikerahkan melalui tujuh helikopter, yang masing-masing berasal dari KLHK satu unit, Sinarmas Group dua unit, TNI AU dua unit, BNPB dua unit, dan satu pesawat Casa 212.
"Itulah tantangan yang kita hadapi. Selama tiga tahun ini saya kira kita cukup berhasil untuk menahan itu. Tetap terjadi pembakaran, tetapi tidak meluas. Ini yang kita upayakan mati-matian," ujar Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB Wisnu Widjaja.
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Nur Hidayah Perwitasari